Kamis, 08 Mei 2008

Chairil Anwar Berhasil Cengkeramkan Pengaruhnya di Dunia Pendidikan


www.kompas.com: Rabu, 16/4/2008 | 02:26 WIB
JAKARTA, SELASA -- Chairil Anwar tidak hanya membangkitkan semangat kebangsaan lewat karyanya. Selain memperkaya bahasa Indonesia, lewat puisi-puisi dan esai-esainya, Chairil telah mencengkeramkan pengaruhnya di dunia pendidikan, yang menjadikan anak-anak sekolah senang berpuisi, mencintai puisi dan sastra, bahkan mencintai Indonesia.

Demikian antara lain benang merah yang mengemuka dalam diskusi Seri Tokoh Sejarah Berbicara dengan tema "Mengusung Semangat Kebangsaan dengan Puisi-puisi Chairil Anwar", Selasa (15/4) di Gedung The Habibie Center, Kemang Selatan, Jakarta. Pembicara ahli sastra dari Universitas Indonesia Maman S Mahayana, budayawan Taufiq Ismail, dan anak Chairil Anwar, Evawani Alissa Chairil Anwar.

Maman mengatakan, Chairil dalam perjalanan hidupnya yang pendek (26 Juli 1922 - 28 April 1949), berhasil menanamkan pohon kreativitas yang hingga kini masih terus berkembang-berbuah. Pohon kreativitas berupa sejumlah puisi dan esai-esainya itu sampai sekarang masih terus berbunga-berbuah, sangat mungkin lantaran Chairil Anwar sendiri menanamnya sebagai sikap hidup. Dan itu diperlihatkannya dalam wujud perbuatan.

"Hampir semua buah karya Chairil Anwar laksana merepresentasikan sikap hidup, gagasan, dan perbuatannya. Sikap hidup Chairil Anwar yang paling banyak disoroti para pengamat sastra adalah hasrat mencipta yang didasari semangat kebebasan, tanpa sekatisme, konvensi, dan segala bentuk pemasungan kreatif, " ungkapnya.

Maman berpendapat, gagasan Chairil Anwar, baik yang diwujudkan dalam puisi-puisi maupun esainya dan menegaskan sikap hidup dan pandangannya tentang kesusastraan dan kebudayaan Indonesia, ternyata begitu inspiratif. Itu tidak hanya mempengaruhi teman-teman sesama sastrawan, melainkan para seniman di bidang lain.

Untuk puisi, sebagaimana banyak disinggung para peneliti sastra Indonesia, Chairil telah menanamkan tonggak penting dalam sastra Indonesia atau dalam menghidupkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesusastraan. Taufiq Ismail yang mengaku mengenal Chairil Anwar melalui orang-orang terdekatnya seperti Gadis Rasyid, Dian Tamaela, dan HB Jassin, mengaku sejak SMA sudah membaca seluruh karya Chairil Anwar (ada 74 puisi) berulang kali.

"Saya meniru intensitasnya, tetapi tidak dengan memakai kata-kata yang pernah digunakan Chairil Anwar. Dari 74 puisi Chairil yang saya baca, saya suka sekali puisi (berjudul) Senja di Pelabuhan Kecil. Ini puisi percintaan yang dibuat paling indah dengan bahasa Indonesia," katanya.

Menurut Taufiq, yang membacakan puisi Senja di Pelabuhan Kecil menjelang diskusi ditutup, tenaga dan energi dari puisi-puisi Chairil Anwar luar biasa dan masih bertahan hingga sekarang. Dari 74 puisi Chairil, ada enam puisi yang sangat pekat dengan semangat kebangsaan, seperti Diponegoro, Siap Sedia, Kerawang-Bekasi, dan Persetujuan dengan Bung Karno. (NAL)

Tidak ada komentar: