Rabu, 28 Mei 2008

Dampak Sertifikasi Guru: Gunung Es Mulai Menyembul


Oleh Suyatno

Gara-gara sertifikasi guru diberlakukan, meski keuangan agak seret, banyak guru yang mulai keluar kandangnya. Ibarat puncak gunung es, badan gunung itu mulai menyembul ke permukaan. Banyak guru yang semula berpangku tangan, berleha-leha, dan memori keguruan statis, kini tidak lagi. Mereka berbondong-bondong mengikuti pelatihan berkaitan dengan peningkatan profesinya.

"Saya baru tahu sekarang kalau pendidikan sudah berkembang seperti ini", ujar Nurjanah, salah satu guru di Gresik Jawa Timur. Banyak lagi Nurjanah yang lain, yang berpendapat seperti itu. Mereka mulai mengikuti pelatihan meskipun motif awalnya untuk mendapatkan sertifikat pelatihan agar terisi kolom diklat di dokumen portofolionya.

Beberapa pelatihan yang dipandu penjaga garduguru ini dipadati oleh guru. Bahkan, ada guru yang mengikuti pelatihan sampai beberapa kali karena merasakan manfaat dan ketertarikan terhadap gaya pelatihan. Ujung-ujungnya, guru melakukan perubahan pembelajaran di kelasnya. "Pak, menu yang bapak tawarkan, setelah saya terapkan, ternyata benar-benar menarik bagi siswa", ujar Pak Mukid, Sampang, Madura. Gaya pelatihan yang berpendekatan andragogi rupanya cocok untuk para guru.

Kondisi pelatihan yang marak diikuti oleh guru merupakan tanda bahwa terjadi pengisian pengalaman baru dalam memori guru. Pengalaman itu pada akhirnya dapat berimbas pada proses pembelajaran di kelas. Ibaratnya, guru keluar dari tempurungnya. Jadi, sudah tidak lagi seperti katak dalam tempurung.

Untuk itu, semua lembaga yang berkompeten terhadap pelatihan guru, perlu melaksanakan pelatihan dengan intensif, menarik, bermanfaat, dan dan dapat mengubah pola berpikir guru. Lembaga pelatihan sebaiknya tidak berpikir pregmatis semata dan mengandalkan pemasukan finansial.

Guru yang mulai keluar kandang itu perlu dikawani dengan sentuhan pelatihan yang berpihak pada penyadaran guru. Pelatihan yang asal-asalan harus ditinggalkan. Ada pelatihan yang memberikan 5 sertifikat untuk satu hari. Pelatihan itu merupakan pelatihan yang konyol dan perlu dibreidel izin penyelenggaraannya.

Semua pihak harus berkomitmen tinggi terhadap keberlangsungan kulitas guru. Tidak ada kata lain, kecuali melakukan pelatihan yang baik dan berbobot.

3 komentar:

Sembarangan[dot]Info mengatakan...

tapi yang juga memprihatinkan, banyak guru yang ikut seminar cuma namanya saja, mereka daftar, bayar, tp tdk datang saat pelaksanaan, kemudian minta sertifikat untuk portofolio sertifikasi

Kritik Sastra mengatakan...

Yang menajadi ironi ialah banyaknya lembaga yang kemudain menjadikan sertifikasi ini sebagai ajang kapitalisasi. Artinya, semibar-seminar yang diadakan cuma untuk "bagi-bagi setifikat". Padahal, materi yang diberikan, sering kali diberikan juga dalam acara-acara serupa. Ironisnya lagi, banyak guru yang cuma mengejar sertifikat, bukan materi yang didapatkan. Sungguh, snagat disayangkan guru seperti ini!

Salam!
www.kritiksastra.blogspot.com

GURU MERDEKA mengatakan...

Tapi aku kira masih lebih banyak guru-guru yang ikut pelatihan hanya untuk ngoleksi sertipikat aja, bahkan banyak yang gak datang tapi ikut daftar alias beli sertipikat. Apalagi sekarang banyak muncul penyelenggara pelatihan pendidikan dadakan, karena ini merupakan bisnis baru yang cukup laku keras. So?