Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk tetap melaksanakan ujian nasional pada tahun 2010. Namun, Presiden minta agar penyelenggaraan UN diperbaiki dan disempurnakan serta ditingkatkan kualitasnya.
Sosialisasi yang efektif juga diharapkan Presiden Yudhoyono benar-benar dilakukan. Tujuannya agar semua guru, siswa, dan penyelenggara pendidikan mengetahui dan memiliki pemahaman yang sama mengenai UN. Semua pihak harus tahu standar kelulusan, sistem penilaian, dan pelaksanaan UN.
Keinginan Presiden Yudhoyono itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam keterangan pers seusai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Kamis (7/1/2010). Rapat terbatas dihadiri Wakil Presiden Boediono, Menko Kesra Agung Laksono, dan sejumlah menteri terkait.
Saat memberikan pengantar di awal rapat, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa UN bukan satu-satunya alat ukur yang bisa ditentukan atau dipilih untuk menentukan kelulusan, melainkan bisa dengan cara memadukan aspek-aspek lainnya.
Oleh karena itu, Presiden Yudhoyono mempertimbangkan dua opsi sebelum memutuskan menetapkan UN kembali, yaitu melaksanakan UN dengan memberlakukan ujian ulangan sebagai opsi pertama dan, opsi kedua, kembali ke model lama, yaitu evaluasi belajar tahap akhir nasional (ebtanas) yang diperbarui.
”Dari berbagai pandangan, pertimbangan, yang perlu kami sampaikan bahwa UN itu adalah bagian dari sistem evaluasi. Sistem evaluasi itu adalah bagian dari proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, kalau diistilahkan UN itu sebagai ’pohon’-nya, maka sistem proses belajar-mengajar itu sebagai ’hutan’-nya. Jangan sampai gara-gara kita memperdebatkan urusan pohon tadi, hutannya menjadi tidak terawat,” papar Nuh.
Nuh mengutarakan, tujuan dari ujian nasional ini adalah memadukan antara untuk menentukan kelulusan siswa dan peta atau data kualitas pendidikan. ”Jadi, selain menentukan kelulusan siswa, UN juga bisa dipakai sebagai peta sehingga kalau nanti ada sekolah-sekolah tertentu yang kondisinya tidak bagus, maka kita bisa melakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas di sekolah itu,” ujar Nuh.
Paling tepat
Menurut Nuh, untuk saat ini, dengan berbagai pertimbangan, UN inilah yang dipilih karena metodenya dinilai paling tepat. Tentu ada plus dan minusnya. ”Akan tetapi, nilai positifnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan negatifnya,” ujar Nuh.
Nuh mengatakan, salah satu bentuk penyempurnaan dari pelaksanaan UN tahun 2010 adalah adanya ujian utama, ada ujian susulan bagi yang tidak bisa ujian karena sakit atau berhalangan, dan adanya ujian ulang.
”Dengan adanya ketiga ujian ini, Insya Allah, pemerintah sudah mengakomodasikan apa yang menjadi perhatian masyarakat selama ini,” kata Nuh.
Menurut Nuh, pelaksanaan UN untuk SMP/SMA/SMK sederajat akan dimajukan satu bulan. UN akan dimulai pada pertengahan Maret. Tujuannya agar siswa yang tidak lulus pada mata pelajaran tertentu bisa mengikuti ujian ulang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, siswa memiliki cukup waktu untuk ikut seleksi masuk perguruan tinggi yang diminatinya.
”Apabila masih gagal dalam UN ulang, maka siswa bisa menempuh ujian paket C untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,” ujar Nuh.
UN bukan satu-satunya
Tentang ukuran penilaian kelulusan, Nuh mengatakan, UN bukan satu-satunya penentuan kelulusan. Untuk menentukan kelulusan, ditentukan empat syarat yang harus dipenuhi secara keseluruhan. Pertama, menyelesaikan seluruh program pendidikan di sekolah. Kedua, persyaratan akhlak, budi pekerti, dan tata krama. ”Kalau ada anak nakal yang di luar batas kewajaran, meskipun UN lulus, akan tetapi berperilaku seperti itu, maka ia tetap tidak lulus,” tuturnya.
Yang ketiga, lulus mata pelajaran yang diujikan sekolah. ”Keempat, lulus UN. Meskipun, UN-nya dapat nilai 10, tetapi akhlaknya tidak benar, ya, tidak lulus. Kalaupun UN-nya lulus, tetapi ujian sekolahnya tidak lulus, ya, tidak lulus. Jadi, keempat-empatnya harus dipenuhi,” ungkap Nuh.
Kebut persiapan
Sejumlah kepala sekolah yang dihubungi pada Kamis mengatakan, UN yang secara mendadak dipercepat waktunya memaksa guru dan siswa bekerja keras menyelesaikan materi pelajaran semester genap ini. Pihak sekolah pun menyusun ulang program pembelajaran untuk siswa serta memberikan pelajaran tambahan.
”Langkah ini kami lakukan demi kebaikan siswa,” kata Cucu Saputra, Kepala SMAN 4 Bandung. Maman Suherman, Kepala SMAN 66 Jakarta, mengatakan, materi pelajaran siswa kelas XII terpaksa harus selesai akhir Februari karena UN dipercepat. ”Kami terpaksa memberikan pelajaran tambahan,” ujar Maman. Elin Driana, Koordinator Education Forum, mengatakan, UN semestinya untuk pemetaan kualitas pendidikan. Sekolah yang mutunya rendah harus segera dibantu oleh pemerintah. (Sumber: Kompas.com/HAR/ELN/HEN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar