Oleh Suyatno
Saat ini, banyak guru mengeluh bahkan organisasi kependidikan juga mengeluh akibat diberlakukan Undang-Undang Perlindungan Anak. Porsi guru untuk memukul siswa seakan ditiadakan. Guru takut terkena hukuman. Padahal, dari sisi apapun, memukul siswa itu sungguh menyakitkan. Cara mendidik dengan melukai siswa sebenarnya juga cara penjajah saat memperlunak pribumi. Namun, masih ada cara memukul siswa yang justru memandaikan siswa itu.
Guru disarankan tidak mendidik siswa dengan cara kekerasan fisik karena mental dan fisiknya masih lemah yang bisa berakibat buruk. Siswa harus dilindungi bagaimana pun susahnya dia didik. Jika diberi tahu lewat kata-kata saja tidak cukup, ada cara yang dibolehkan untuk memukulnya tapi bukan sembarang memukul.
Dalam Children's Act 2004 ada batasan-batasan yang diperjelas bagi guru jika ingin memukul siswanya, yaitu tidak boleh menimbulkan bekas atau luka, tidak memukul dengan keras, dan tidak boleh menyebabkan masalah kesehatan mental dalam jangka waktu panjang.
"Guru tidak boleh memukul siswanya dengan sembarangan apalagi jika menggunakan alat," ujar Marjorie Gunnoe, seorang profesor psikologi di Calvin College, Grand Rapids, Michigan, seperti dikutip dari Telegraph, Senin (4/1/2010).
Bagaimana memukul yang diperbolehkan? Gunnoe menjelaskan sebuah tepukan ringan seringkali menjadi cara paling efektif untuk mengajarkannya agar tidak melakukan sesuatu yang berbahaya atau merugikan orang lain. Pukulan ringan itu pun hanya berlaku sampai siswa usianya 6 tahun.
Berdasarkan hasil penelitiannya, anak yang dipukul ringan hingga usia 6 tahun memiliki sifat positif yang lebih baik di antaranya dalam hal akademis dan optimisme, dan tidak memiliki sifat negatif yang buruk. Tapi siswa yang masih sering dipukul hingga usia 11 tahun memiliki sifat negatif seperti terlibat dalam perkelahian.
Penelitian itu juga menunjukkan siswa yang dipukul ringan oleh gurunya hingga usia 6 tahun akan memiliki prestasi sekolah yang lebih baik dan lebih optimis. Siswa itu ini nantinya akan lebih bersemangat dalam hal belajar, mengejar cita-citanya untuk masuk universitas terkemuka serta membantunya lebih optimis dalam hal meraih mimpinya dibandingkan dengan siswa yang tidak pernah dipukul sama sekali oleh gurunya.
Penelitian ini melibatkan 179 remaja yang ditanya mengenai seberapa sering mereka dipukul saat masih anak-anak dan pada usia berapa terakhir kali orangtua memukulnya. Jawaban yang didapat dibandingkan dengan perilakunya termasuk kelakuan negatif seperti anti sosial, aktivitas seksual yang lebih dini, kekerasan, depresi serta kelakuan positif lainnya.
Hal yang boleh dilakukan oleh guru adalah hanya melakukan tepukan ringan, sementara jika lebih dari itu sudah termasuk dalam kekerasan dan merupakan cara mendidik siswa yang salah. Cara mendidik dengan memberikan tepukan ringan jika siswa melakukan kesalahan sebaiknya juga diiringi dengan kata-kata positif agar siswa tahu apa kesalahannya. Jika tepukan ringan tersebut dilakukan dengan bijaksana dan penuh kasih sayang, siswa akan lebih mengerti dan juga membantunya untuk berprestasi di sekolah serta lebih optimis. Tapi guru tidak boleh memukul siswa di daerah wajah atau dengan menggunakan alat, karena bisa mengembangkan masalah-masalah perilaku atau mental seperti menjadi agresif.(sumber: Detikhealth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar