Oleh Suyatno
Mungkin banyak anak-anak autis yang berada di kelas seorang guru untuk sekolah anak-anak normal. Merka kadang membuat marah guru bahkan membuat guru main tangan dengan memukul siswa itu. Jika demikian, bisa jadi, anak tersebut autis. Guru perlu mencermati ciri-ciri anak autis.
Anak-anak autis memang tidak mungkin bersekolah di sekolah umum. Mereka butuh sekolah yang dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda. Namun, di daerah tertentu, banyak sekolah normal dimasuki anak autis akibat keterbatasan guru dan kepala sekolah mendeteksi sejak dini anak autis.
Berikut ini ciri-ciri anak autis. Anak autis memiliki kekurangan dalam hal berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti apa tandanya? Tidak mau melihat ketika dipanggil, tidak merespons ketika diajak bicara, lebih suka sendiri, tidak suka berada di tempat yang ramai, tidak fokus pada suatu kegiatan, melakukan kegiatan tanpa suatu tujuan tertentu (misalnya, hanya berlari-larian tanpa henti di satu ruangan), dan memiliki IQ yang tinggi.
Jika guru menemukan anak-anak dengan kondisi itu, segera guru mendatangi psikolog atau sekolah autis. Kalau tidak, kelainan autis anak itu akan semakin terlambat dan kemungkinan besar akan terjadi penurunan nilai-nilai akademiknya.
Salah satu sekolah autis yang ada di Indonesia adalah D'Knot. Sekolah itu menerapkan metode pembelajaran khusus untuk anak autis, yakni Individual Education Plan (IEP), atau sering disebut one on one learning (satu guru dan satu murid). Di sekolah itu juga ditempatkan orangtua sebagai partner dalam mengajar. Dengan demikian orangtua bisa berkomunikasi dan memantau perkembangan belajar dan terapi si kecil setiap hari. Terdapat sesi konseling, terapi dan evualuasi periodik (rapor dan laporan terapi) yang melibatkan kerjasama antara orangtua, guru, psikolog, terapis, dan tim ahli.
Agar guru dapat lebih fokus dalam membimbing anak didiknya, jumlah murid dibatasi. Dalam satu kelas maksimum hanya ada 8 murid, dengan 3 orang guru dan seorang asisten. Ada parents support group atau pertemuan guru dan orangtua anak autis setiap bulannya untuk bertukar pengalaman.
Terapi standar yang diberikan antara lain evaluasi psikologis, finger print test, terapi wicara, Auditory Verbal Theraphy (AVT), terapi okupasi, speech teraphy, dan bimbingan belajar. Metode lain yang diberikan oleh sekolah yang berlokasi di Tomang, Jakarta Barat ini, adalah Picture Exchange Communication (PEC), yang merupakan metode bagi anak autis yang umumnya sulit berkomunikasi atau enggan berbicara.
Lewat kartu yang menuliskan kebutuhan dan keinginan mereka, kita akan tahu maksud-maksud mereka. Jadi mereka tidak hanya menarik-narik baju kita jika ingin meminta kita melakukan sesuatu. Selain itu, D'Knot juga menyediakan Nanny Academy yang dapat diikuti pengasuh atau baby sitter si anak. Peran mereka juga sangat dibutuhkan, karena umumnya usai berlibur panjang tanpa mengikuti terapi, anak autis akan mengalami penurunan kemampuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar