Perlu diketahui bahwa ternyata hanya empat persen orang yang karena kejeniusannya mampu mengubah dunia. Sisanya adalah orang-orang yang pintar bersosialisasi, mempunyai karakter dan kepribadian kuat.
"Untuk itu kalau nanti memilih sekolah jangan pilih yang hanya menawarkan anak menjadi pintar, tetapi apakah sekolah itu juga memberikan kurikulum untuk mengembangkan potensi dan karakter anak-anak kita," ujar Made Arya Wardhana, Ketua Dua Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog Bagi Ibu Pertiwi (ForADokSi-BIP), ditemui "Pesta Anak" di halaman Monas, Jakarta, Minggu (14/6).
"Untuk itu kami memberikan pendidikan secara holistik berupa body, soul, and mind," tambah Made, sebelum dimulainya acara pesta anak yang dihadiri oleh 100 anak itu.
Made mengatakan, cara yang ditempuhnya untuk mencapai tujuan pengembangan potensi anak adalah melalui tarian, nyanyian, serta yoga.
"Melalui cerita kami diam-diam memberikan pelatihan yoga, mengatur pernapasan untuk meningkatkan daya konsentrasi," ungkapnya.
Hal itu, terang Made, selain dapat meningkatkan konsentrasi, yoga juga bisa membuat anak-anak belajar tenang dan terfokus. Cara tersebut sangat berguna bagi anak yang suka mengompol dan berperilaku sangat aktif.
Menurut Made, ForADokSi-BIP, yang merupakan organisasi sayap dari Yayasan Anand Asram itu, merasa punya tanggung jawab terhadap pendidikan yang menyeluruh. Selama ini, yang terjadi di dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem yang sangat menekankan prestasi. Anak-anak didik lalu dinilai dari tingkat kecerdasan dan prestasi yang diraihnya.
"Pada sistem yang menyeluruh itu guru mengurus kurikulum dan tata cara pengajaran, dokter untuk menjaga kesehatan, dan psikolog untuk perilaku anak didik," tutur Made.
"Dengan sistem ini, potensi anak akan bisa berkembang tidak melulu dari kecerdasan di otak kiri," papar Made.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar