Membaca merupakan pintu gerbang memahami isi dunia. Oleh karena itu, bagaimana jadinya jika siswa sangat rendah dalam membaca pemahaman? Seperti yang dilaporkan kompas.com, 28 Oktober 2oo9, dari hasil penelitian Pusat Penelitian Pendidikan Depdiknas, ditunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengajarkan kemampuan membaca pemahaman sangat minimal. Tentu, banyak faktor penyebabnya yang memerlukan perbaikan. Studi penilaian tersebut dilakukan dengan cara merekam menggunakan video tentang segala kemampuan guru dalam mengajarkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV melalui tahap prainstruksional, instruksional dan evaluasi.
Disebutkan dalam studi itu bahwa kemampuan guru-guru tersebut relatif rendah, yaitu hanya 42,85 % dari ideal. Sementara itu, kemampuan tiap tahapan pembelajaran pada prainstruksional 29,67 %, instruksional 49,55 %, dan evaluasi 24,75 % dari ideal.
Sejurus dengan rendahnya kemampuan guru tersebut, studi ini juga menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong rendah, yaitu hanya 35,64 % untuk tes lokal dan 33,27 % untuk tes PIRLS .
Menurut hasil penelitian ini, beberapa faktor yg secara signifikan memengaruhi kemampuan mengajar guru tersebut adalah status guru dalam kelas. Sedangkan pada faktor pendidikan, pengalaman mengajar tidak signifikan berpengaruh terhadap kemampuan mengajar guru.
Kemampuan pendidikan dan pengalaman guru secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dan membaca pemahaman. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa adalah kebiasaan berbahasa Indonesia.
Kebiasaan membaca dan kondisi sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan siswa. Adapun hasil penelitian tersebut sedang dijadikan salah satu pembahasan seminar Mutu Pendidikan Menengah Hasil Penelitian Puspendik 2009 yg berlangsung hari ini, Rabu (28/10), di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar