Ini tantangan bagi guru di Indonesia dan bukan hambatan. Kemampuan mengajar guru perlu dipacu lagi sampai ke tingkat terdalam sehingga mereka mampu mengeksplorasi potensi siswa dengan hebat. Betapa tidak. Menurut laporan kompas.com, 28 Oktober 2009, ternyata dari tiga hasil studi internasional dinyatakan bahwa, kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di bawah rat-rata skor internasional yang sebesar 500.
Jika dibandingkan dengan siswa internasional, siswa Indonesia hanya mampu menjawab soal dalam kategori rendah dan sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal yang menuntut pemikiran tingkat tinggi.
Demikian hasil tiga studi tersebut mengemuka dalam seminar Mutu Pendidikan dan Menengah Hasil Penelitian Puspendik 2009 di Gedung Depdiknas, Jakarta, Rabu (28/10).
"Tapi kita optimistis, karena skor PISA kita rata-rata 30 poin, kita yakin peraihan di tahun-tahun mendatang bisa lebih baik untuk mendekati rata-rata internasional," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas Mansyur Ramly usai membuka seminar, Rabu (28/10).
Ramly menambahkan, pencapaian mutu pendidikan siswa dalam standar internasional tersebut memang masih harus ditingkatkan. Dua faktor utama, lanjut Ramly, yang perlu diperkuat untuk mengejar ketertinggalan itu antara lain pola dan penggunaan dana BOS serta kualitas tenaga penduduk.
"Hasil studi ini memang untuk memotret kemampuan kita dalam kualifikasi internasional, termasuk SBI. Dari studi inilah kita akan melangkah untuk peningkatan mutu sekolah seperti di negara maju," tambah Ramly.
Adapun tiga studi internasional itu antara lain PIRLS 2006 , PISA 2006 dan TIMSS 2007. Berdasarkan studi PISA tahun 2003, Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara untuk Matematika dan IPA. Pada kedua bidang itu, di Asia Tenggara posisi Indonesia di bawah Malaysia dan Thailand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar