Jumat, 25 April 2008

Hati-Hati dengan Guru Palsu


Oleh Suyatno

Jika saat ini terdapat obat palsu, madu palsu, uang palsu, merek palsu, dan kepalsuan lainnya, di masyarakat pun telah beredar guru palsu. Berhati-hatilah, jika kita akan memasukkan anak ke sekolah. Ciri-ciri guru palsu sama dengan ciri-ciri sesuatu yang palsu lainnya, yakni kemasan mirip tetapi jika dicermati lebih mendalam sangat tampak perbedaannya, biasanya lebih murah, kemasan ala kadarnya, tidak manjur (karena tidak asli), dan mudah rusak. Bisa jadi, jumlah guru palsu lebih banyak dibandingkan guru yang asli. Hanya saja, sampai saat ini belum diadakan pendataan dan penelitian lebih mendalam tentang guru palsu.

Guru palsu sangat mudah dikenali dengan kasat mata tanpa harus dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Berikut ini tips untuk mengenali guru palsu.

Pertama, lihatlah cara mengajarnya. Guru asli cara mengajarnya sangat variatif, dinamis, melibatkan anak, dan bertujuan. Sedangkan guru palsu, cara mengajarnya tidak bergairah, selalu memegang buku sambil menerangkan, duduk saja di meja, murid jenuh, dan kelas tidak bergairah. Besoknya, guru asli akan mengubah cara mengajarnya karena kondisi berubah, materi berubah, dan perkembangan anak mengalami peningkatan. Sedangkan guru palsu, besoknya, dia akan tetap mengajar dengan cara yang sama dari hari sebelumnya. Dia tetap saja pegang buku sambil menerangkan, duduk saja, datar, menjenuhkan, dan murid tidak bergairah.

Kedua, lihatlah medianya. Guru palsu biasanya tidak mempunyai media pembelajaran karena media satu-satunya bagi dirinya adalah alat ucap. Bandingkan dengan guru asli yang selalu memperbarui media pembelajaran berdasarkan perkembanagan siswa dan zamannya, guru palsu sangat jauh dari sisi media. Media bagi guru palsu tidak pentinmg karena menurutnya lebih penting menerangkan dari mulut guru langsung.

Ketiga, lihatlah RPP-nya (rencana pelaksanaan pembelajaran). Guru palsu memang mempunyai RPP namun RPP itu hanya prasyarat saja sehingga RPP dibuat berdasarkan milik temannya atau beli di toko buku. Guru palsu tinggal memfotokopi atau menulis ulang. Guru asli pasti selalu membuat RPP sendiri berdasarkan kondisi siswa, ruang, dan kemasan materi yang akan disajikan. Guru asli sadar bahwa RPP merupakan acuan dasar dalam mengajar sehingga perlu dibuat dengan baik dan teliti. Saat mengajar, guru palsu tidak membawa RPP karena RPP hanya untuk kepala sekolah dan pengawas saja. Bagi guru palsu, mengajar tidak perlu RPP karena sudah hafal.

Keempat, lihatlah sorot matanya. Guru palsu kebanyakan mempunyai sorot mata sayu karena tidak jujur dalam melihat kondisi siswa sebenarnya, kebutuhakn siswa, kemasan materi, dan situasi belajar di kelas. Mata sayu itu terjadi karena menumpuknya kepalsuan itu sendiri. Guru asli selalu mempunyai mata berbinar karena bergairah melihat siswanya berubah dan berkembang secara dinamis.

Kelima, lihatlah bukunya. Guru palsu biasanya tidak mempunyai buku referensi kecuali buku paket saja. Cobalah bermain ke rumahnya, pasti tidak ada satu judul buku pun berkaitan dengan bidang ilmunya. Berbeda dengan guru asli, buku aneka judul ada di rak bukunya untuk satu bidang studi yang diasuhnya. Tiap bulan, guru asli biasanya mendatangi toko buku untuk mencari buku baru. Bahkan, guru asli selalu menjelajah internet untuk keperluan mengisi gelas pengalamannya.

Keenam, lihatlah pengalaman hidupnya. Guru palsu tidak pernah mengisi hidupnya melalui berbagai pertemuan, pelatihan, diskusi, dan komuniats tertentu. Bagi guru palsu, mengikuti kegiatan pertemuan, pelatihan, dan sebagainya merupakan sesuatu yang tidak penting karena mengajarnya ya tetap ceramah dengan alat ucap saja.

Nah, masyarakat harus hati-hati untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tertentu. Lihatlah gurunya apa palsu atau asli. Mumpung belum terlanjur anak diracuni guru palsu, sebaiknya lakukan konsultasi dengan pakarnya, amati guru-guru sekolah yang akan dimasuki, lihat reputasi sekolah, dan yakinkan bahwa sekolah yang akan dituju sangat cocok untuk anak kita.

1 komentar:

Sutining mengatakan...

Sutining

Sungguh fenomena yang Bapak ungkap dalam tulisan tersebut adalah benar-benar nyata di dunia pendidikan saat ini. Banyak guru yang merasa terbebani dengan tugasnya sebagai guru. Malas melakukan inovasi pembelajaran, malas membuat RPP, dan fakta-fakta lain yang sudah Bapak ungkap. Hanya saja saya kurang setuju dengan istilah Bapak " GURU PALSU" seakan-akan kesan yang timbul mereka adalah orang yang menyamar sebagai guru dan tidak mengantongi pendidikan guru. Padahal secara nyata, sebenarnya mereka adalah seorang guru asli hanya saja mungkin cara mengajar dan mengemas pembelajaran dalam kelas yang perlu kita soroti bukan personalnya. Mereka sebelumnya juga berkuliah kan Pak? Namun kita tidak boleh munafik bahwa kadang profesi guru hanya dijadikan untuk mencari uang saja bukan kembali ke tujuan awal untuk menjalankan tugas keguruannya. Selamat ya Pak, tulisan Bapak bagus-bagus.