Rabu, 09 April 2008

Tanpa Siswa, Guru Tidak Ada Apa-Apanya



Oleh Suyatno

Tanpa siswa, guru tidak ada apa-apanya. Bayangkan saja, andai guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik, mengemas materi, memformulasikan proses, namum apabila siswa tanpa perhatian, tanpa motivasi, dan tanpa keseriusan terhadap pembelajaran, tentunya tidak akan terjadi perubahan apa-apa. Kelas hanya berjalan sesuai dengan rel waktu yang disediakan. Kelas terlihat kering tanpa rasa dan hati.
Oleh karena itu, peran siswa sangat menentukan dalam pembelajaran. Memusatkan perhatian anak, memotivasi daya belajarnya, dan membuat pikiran serius berarti juga merupakan hal utama yang perlu dilakukan oleh guru. Kepiawaian guru diuji dengan mengenali perkembangan siswa secara rinci, menyeluruh, dan mendalam.
Selama ini, guru hanya disibukkan dengan RPP dan pengemasan materi tanpa pernah mengasah diri untuk lebih jauh mengenal karakteristik siswa. Jarang guru paham terhadap keunikan siswanya. Semua siswa dianggap sama.
Padahal, siswa itu unik. Siswa satu dengan yang lainnya berbeda dalam segala rasa, segala tindak, dan segala sifatnya. Untuk itu, perlakuan terhadap siswa satu dengan yang lainnya juga harus berbeda. Ada siswa yang hanya dilirik saja termotivasi untuk belajar. Namun, ada pula siswa yang dilirik malah ganti melirik tanpa termotivasi untuk belajar.
Guru bermutu hendaknya juga teramat paham dengan keberagaman perkembangan siswa meskipun mereka berada dalam satu kelas. Begitu pula, kelas yang satu akan berbeda dengan kelas yang lainnya meskipun kelas itu paralel. Guru yang demikian itu pastilah menggunakan metode pembelajaran yang berbeda untuk kelas yang berbeda meski berada dalam paralel.
Guru bermutu juga mampu menyelami karakter khusus yang ditampakkan siswa seperti mata lelah, kepala digoyang-goyangkan, tangan menjuntai terus, kaki disilangkan, dan kinestetis lainnya yang ditunjukkan siswa. Guru adalah pemain orkestra yang paling bagus yang mampu mengenali satu demi satu pemainnya, bunyi musiknya, dan arah suaranya.
Perlu diingat bahwa siswa mempunyai ragam kecerdasan yang utuh meskipun kadang salah satu kecerdasan dapat menonjol. Gagner, pakar kecerdasan majemuk, menyebutkan bahwa anak mempunyai delapan kecerdasan yang apabila disentuh dengan baik akan muncul dan menjadi kekuatan dahsyat bagi anak itu. Kecerdasan anak itulah yang perlu digali oleh guru untuk dijadikan titik berangkat dalam pembelajaran.
Agar guru ada apa-apanya dalam mengajar tentunya guru perlu mengidentifikasi karakter kecerdasan anak di kelas. Bisa jadi, kelas yang akan diajar didominasi anak-anak yang cerdas bahasa sedangkan kelas lainnya yang paralel mempunyai kecerdasan matematika. Jadi, metode mengajar kelas satu dengan lainnya berbeda.
Ingatlah bahwa tiap anak kreatif dan cerdas dalam kondisi apapun. Kekreatifan dan kecerdasan itu harus diangkat ke dalam proses pembelajaran melalui berbagai cara yang menyenangkan. Pada akhirnya, perhatian, motivasi, dan ketertarikan anak dalam keadaan optimal saat guru memainkan pembelajaran. Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar: