Sabtu, 12 April 2008

Goyang Inul untuk Inovasi Pembelajaran



Oleh Suyatno

Masih ingatkah Anda dengan goyang Inul? Berkat goyang Inul, penyanyi dangdut yang disebut raja, Rhoma Irama, mengajak kawan-kawan sealiran untuk mencekal aksi goyang Inul. Namun, Inul jalan terus untuk menggoyang alam bawah sadar manusia sehingga masyarakat tetap saja mengakui kehebatan goyang Inul yang saat ini ditiru oleh entah berapa banyak pedangdut lainnya. Gerak tubuh dieksploitasi total untuk mendapatkan lentur tubuh indah memesona yang memantik decak positif dan negatif penikmatnya.
Inovasi pembelajaran pun tampaknya perlu bergoyang selentur tubuhnya agar memberikan decak bagi siswa sehingga dapat berkesan dan bertahan lama dalam memori anak. Sementara ini, banyak pembelajaran yang numpang lewat dari alam memori siswa. Hari ini diberikan sajian guru, besok siswa sudah lupa apalagi seminggu, sebulan, atau seterusnya. Pembelajaran disajikan hanya untuk memenuhi waktu yang disediakan, target yang digariskan, dan kurikulum yang dipayungkan. Dari 40 siswa dalam satu kelas, mungin hanya 10%-nya yang menyimpan sajian pembelajaran dalam otaknya. Ujung-ujungnya, siswa dipersalahkan, dituding, dan dicap sebagai siswa yang tidak pandaim, statis, dan rendah prestasi.
Cobalah guru "bergoyang Inul" saat di kelas. Goyangkan sajian materi dengan memadukan semua komponen pembelajaran secara total. Materi dikemas dengan metode dan teknik kemudian dibumbui pengaturan kelas yang menyenangkan bagi anak. Olahlah intonasi suara guru sesuai dengan tekanan yang diperlukan. Mainkan pandangan mata, anggukan kepala, kinestetis tangan, dan langkah kaki yang bertujuan. Goyangkan dengan indah sajian tersebut sampai pada titik sentuh yang berkesesuaian dengan inspirasi siswa. Kata Boby DePorter "orkestrakanlah kelas".
Totalitas mengajar dalam kelas perlu diwujudkan dengan sempurna. Konsentrasilah pada pembelajaran yang inovatif. Janganlah terjebak oleh lagu lama pembelajaran, yakni ceramah, pemberian contoh, dan penugasan. Laukanlah perubahan sejalan dengan pertumbuhan pemikiran siswa. Pembelajaran yang sukses ditandai oleh menyatunya guru dengan murid dalam satu goyangan.
Banyak guru yang ingin inovatif namun sudah dihantui terlebih dahulu oleh bayangan ketakutan. Alasan yang sering terlontar sebagai berikut. Pembelajaran inovatif akan (1) memakan waktu banyak, (2) murid terlalu banyak, (3) kelasku belum waktunya diinovatifkan, (4) guru lain tidak melakukan, (5) kepala sekolah diam saja kok, (6) buat apa "neko-neko" (aneh), dan (7) anak tidak akan dapat mengikuti karena kondisinya masih seperti ini.
Padahal, sangat mudah berinovasi asalkan guru berani keluar dari anggapan yang salah di atas. Jangan pedulikan alasan dalam melangkah maju. Lakukan dan nikmati. Niscaya siswa akan suka, senang, termotivasi, perhatian, dan berprestasi. Apapun dapat digunakan untuk bergerak dengan label inovatif.
Percayalah bahwa sebenarnya siswa adalah orang yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajarannya juga harus inovatif dan kreatif. Tidak percaya? Cobalah anak-anak diberi kursi dan piring, selang beberapa menit muncul imajinasi bermobil, beberapa detik jadilah perahu, kemudian jadilah tempat tidur yang semuanya berdasarkan pikiran anak sendiri. Ingatlah bahwa semua anak berpotensi sesuai dengan karakternya masing-masing. Hanya saja, potensi itu tidak sempat muncul karena tertutup oleh memori yang formal dan tegang saat di bangku kelas.
Inovasi merupakan sebuah wujud dari sebuah perubahan yang tidak sekadar berubah menjadi lebih baik. Inovasi merupakan langkah pembaruan yang tersistem dan terstruktur dari berbagai aspek. Dengan inovasi, segalanya akan terbarui untuk tujuan yang lebih baik. Jadilah guru berinovasi yang mampu membuka cakrawala siswa inovatif.
Goyanglah semua potensi guru di kelas sehingga muncul decak siswa yang selanjutnya menanamkan fakta atau konsep ke memori yang terdalam siswa. Tanamlah biji kebenaran mengajar sehingga suatu saat akan memanen generasi yang menakjubkan bagi kemuliaan bangsa. Jangan gentar berinovasi. Segalanya dapat membantu Anda dalam berinovasi asalkan bersedia melakukan wujud nyata di kelas. Selamat bergoyang Inul. Meski Inul sudah lama tidak terdengar lagi, tidak ada salahnya goyangannya digunakan untuk menginspirasikan dalam pembelajaran.

2 komentar:

Kritik Sastra mengatakan...

Lebih asyik lagi kalu ibu gurunya cantik, "ngebor" pelajarannya semakin asyik!

Kritik Sastra mengatakan...

Lebih anyik lagi kalu ibu gurunya cantik. "Ngebor" materi pelajarannya akan semakin diminati siswanya. INgat! cantik bukan sebatas wajah saja, tapi penampilan juga. Begitu khan par abaak dna ibu guru serta siswa siswi sekalian?!