Oleh Suyatno
UAN (Ujian Akhir Nasional)melaju di pusaran pelaksanaan meskipun banyak pro dan kontra mengiringinya. Pusaran itu terjadi pada minggu ini, 23--25 April 2008, untuk SMA/MA/SMK yang kemudian disusul SMP dan SD. Ujian nasional yang berarti serentak se-Indonesia, soal dari pusat, penjagaan ujian berstandar, dan sistem berlaku untuk nasional memang menjadi pusat perhatian para siswa yang berada pada pintu kelas akhir di sekolahnya.
Pada UAN inilah, wujud pertanggungjawaban guru dilihat dan diperlihatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Andai siswa menjawab soal dari materi yang pernah dipelajari bersama guru pada waktu sebelumnya dengan mudah, berarti terjadi pemaknaan kuat dalam diri siswa setelah bertemu dengan guru di kelas. Begitu juga sebaliknya, andai banyak siswa yang kalang kabut, tidak dapat menjawab, berskor rendah, dan pada akhirnya tidak lulus, berarti tidak terjadi pemaknaan materi pelajaran dalam diri siswa meskipun telah bertemu dengan gurunya.
UAN merupakan sebuah indikator dari sebuah ketercapaian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, UAN dapat dijadikan sebuah tolok ukur bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Nah, dalam penerapan peran sebagai indikator itulah, guru perlu menjalani refleksi diri. Sudah benarkah cara mengajar saya?
Guru sejati tidak akan cepat menyalahkan orang lain. Dia tidak akan sepola dengan peribahasa "Buruk muka cermin dibelah". UAN sekarang ini merupakan moment yang sangat tepat untuk instropeksi dan refleksi diri. Rangkai ulang apa yang pernah dilakukan terhadap siswa yang sekarang ujian nasional. Kemudian, temukan simpul penyebab siswa berhasil dan tidak berhasil.
Memang, banyak guru yang cuci tangan dengan melempar handuk ke dalam tubuh siswa. UAN gagal bukan salah guru tetapi salah siswa. Pernyataan itu merupakan pernyataan yang dipakai guru untuk tameng. Walhasil, pada pembelajaran berikutnya, untuk siswa yang akan di pusaran waktu UAN tahun depan, gaya mengajar guru akan tetap dan semakin tetap karena tidak pernah merngevaluasi diri dan tidak pernah merefleksi guru. Yang dilakukan selalu berulang-ulang, yakni try out turunan dari tahun ke tahun.
Bagi guru sejati, kondisi pasca-UAN digunakan sebagai dasar untuk berbuat di tahun depan. Guru sejati tersebut akan tahu bahwa UAN merupakan wujud pertanggungjawaban dirinya terhadap pembelajaran yang pernah dilakukan. Guru sejati tidak akan pernah melempar handuk basah ke orang lain. Dia akan selalu kreatif dalam pembelajaran.
Banyak cara untuk membangun siswa agar lolos UAN selain try out. Misalnya saja melalui permainan pohon konsep, banding soal, puzzle konsep, kartu soal, lagu soal, bedah jawab, dan sebagainya yang justru disukai oleh anak. Memang, pola try out bagus untuk siswa cerdas. lalu bagaimana dengan siswa yang di bawah standar dalam kecerdasan kognitifnya?
Inilah waktu yang teramat tepat bagi guru untuk mempertanggungjawabkan kinerja pribadinya. Kemudian, sekaranglah waktu yang bagus untuk instropeksi diri bagi guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar