Kompas.com melaporkan bahwa perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya banjir informasi yang bisa jadi malah membingungkan. Sekolah perlu memberikan ketrampilan untuk mendapatkan informasi yang tepat serta penggunaan informasi secara tepat.
Demikian mengemuka dalam Workshop Penerapan Literasi Informasi di Sekolah yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi Bandung, Kamis (2/7). Workshop diikuti 90 guru dari sekolah-sekolah di Bandung. S ulfan Zayd, Wakil Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) yang memandu workshop mengatakan, dalam menghadapi banjir informasi, siswa tidak bisa dikungkung. "Adalah lebih baik untuk mengajari mereka mencari dan menyeleksi informasi," kata Sulfan.
Sulfan mencontohkan, ketika seorang siswa mencari informasi di internet, maka ia akan mendapatkan banyak sekali informasi. Dalam tahap ini, siswa perlu memiliki kemampuan untuk memilih informasi yang benar dan tepat. Sebelum mencari informasi, siswa juga harus paham permasalahan sehingga bisa mencari informasi dengan cepat.
Sulfan menambahkan, ketrampilan ini tidak hanya berguna dalam proses belajar siswa. Selanjutnya, kemampuan mencari informasi merupakan salah satu ketrampilan hidup yang akan berguna bagi masa depan siswa, ujar Sulfan.
Ia menambahkan, di sekolah, perpustakaan diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi siswa. Sayangnya, fakta menunjukkan, banyak sekolah belum mengoptimalkan peran perpustakaannya. Banyak perpustakaan dengan koleksi dan sumber daya manusia yang seadanya, kata Sulfan.
Bahkan, dalam perpustakaan sekolah yang sudah bagus sekalipun, belum semua pemanfaatannya optimal. Masalahnya adalah tidak adanya pelibatan guru kelas (atau bidang studi) dalam penggunaan perpustakaan. Padahal, ketika guru dilibatkan, siswa akan aktif mencari informasi di perpustakaan. Ini justru meringankan tugas guru, kata Sulfan.
Panitia workshop, Entin Siti Rukhayah mengatakan, berdasarkan pengalamannya menjadi pustakawan, ia sering mendapati siswa kebingungan mengungkapkan jenis buku yang mereka butuhkan. Misalnya mereka bilang membutuhkan buku tentang gempa, padahal buku tentang gempa itu banyak. Ini artinya ada kelemahan dalam pemahaman masalah, kata Entin. Ia menambahkan, baik guru maupun siswa akan diuntungkan ketika perpustakaan diintegrasikan dalam rencana program pembelajaran (RPP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar