Kamis, 02 Juli 2009

Guru di Mata Mbok Siti (54)

Pagi itu, aku duduk santai di teras depan rumah Mbok Siti sambil menikmati kopi panas. Terlihat berduyun-duyun para penduduk berangkat ke sawah seperti saat kami sekolah dahulu yang bersama-sama jalan ke sekolah. Mereka sangat riuh dengan gaya kelakarnya sendiri. Tiba-tiba, Mbok Siti turut melihat para petani yang memanggul cangkul dan menenteng sabit.

"Itulah kebiasaan di sini secara turun menurun, anakku", katanya lembut. Tanpa disuruh, karena sebuah kewajiban, mereka dengan gembira ke sawah. Begitu juga, guru hendaknya dengan senang hati berangkat ke sekolah tanpa berpikir sebagai sebuah kewajiban saja melainkan sebagai sebuah kenikmatan untuk memberikan sentuhan akademis ke siswanya. "Dengan senag hati, guru harus melangkahkan kaki ke kelas kehidupan yang diasuhnya", jelasnya.

Tidak ada komentar: