Kamis, 27 Maret 2008

(Bahan UTS) Semua Orang Mempunyai Jiwa Kehumasan











Oleh Suyatno

Tidak satupun orang, ketika akan bepergian, tanpa merias wajah, menisir rambut, dan menggunakan baju yang sesuai sebelum berada di tempat tujuan, yakni pesta, kuliah, belanja, atau kegiatan apa saja. Cermin digunakan untuk melihat diri sendiri sambil bertanya, "apakah aku sudah pantas untuk tampil seperti ini?". Bahkan, seseorang dapat berkali-kali melihat cermin dalam sebuah kesempatan di suatu hari hanya untuk meyakinkan diri; pantas atau tidak. Hal yang dilakukan itu sebenarnya sudah merupakan sebuah tindakan kehumasan.
Tindakan kehumasan merupakan perwujudan strategi humas yang berdasarkan strategi humas yang dirancang sebelumnya. Banyak tindakan kehumasan yang sesuai dengan prinsip dasar strateginya tetapi juga banyak tindakan kehumasan yang menyimpang dari strategi dasarnya. Agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, hal apakah yang perlu dilakukan bagi seseorang?
Semua orang mempunyai jiwa kehumasan yang melekat sejak lahir. Jiwa kehumasan tersebut pada perkembangan berikutnya ada yang muncul dalam diri manusia sebagai sesuatu yang dominan sehingga dapat dilihat citra diri seseorang. Namun, ada manusia yang tidak pernah tahu dan percaya akan citra dirinya. Banyak penyebab yang perlu dicari mengapa seseorang mampu menunjukkan citra dirinya. Kemudian, banyak pula penyebab yang juga perlu dicari mengapa seseorang tidak dapat membangun citra dirinya. Apa penyebab keduanya? Tentunya, jika kedua penyebab itu dicari akan semakin menambah keyakinan diri untuk tampil di depan umum secara apik. Sebenarnya, apa saja sih yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasannya? Silakan berkomentar.

83 komentar:

Fiant_Rina mengatakan...

Umumnya pengertian dari kehumasan yang selama ini melekat dalam diri khalayak adalah perihal hunbungan dengan masyarakat. Di manapun tempatnya, kapanpun, perihal tentang kehumasan sangat diperlukan seseorang untuk memperoleh informasi tertentu. Memang benar, apabila dikatakan bahwa ada tindakan-tindakan kehumasan yang menyimpang dari strategi dasarnya. Hal tersebut mungkin dikarenakan oleh adanya ketidakcocokan atau ketidakseimbangan pemberian “servis” antara pemberi dan penerima informasi.
Ketidakseimbangan itu dapat dikaitkan dengan salah satu fungsi dari kehumasan itu sendiri. Salah satu fungsi dari kehumasan adalah dapat memberikan konseling yang didasari oleh pemahaman masalah perilaku manusia. Contoh sederhananya saja, bagaimana mungkin kita bisa memberikan “solusi” kepada seseorang apabial kita tidak tahu permasalahan yang mereka hadapi secara detail? Bgitupun juga sebaliknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, seseorang yang menjadi pihak kehumasan harus mampu membangun komunikasi, baik secara internal (personil) maupun internal (masyarakat/ publik).
Komunikasi penting dilakukan agar kita sebagi pihak kehumasan tidak salah dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, adanya komunikasi dengan masayarakat dapat memotivasi untuk memupuk minat mereka mengenai masalah atau informasi yang kita berikan. Namun, ternyata tidak semua orang mampu melakukan tindakan kehumasan. Padahal jiwa kehumasan sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Faktor kurang percaya diri mungkin salah satu penyebab yang selalu membayangi diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu akan kemampuan yang mereka miliki. Kalau manusia dapat berpikir lebih logis, tidak ada salahnya kan mencoba berani untuk melakukan sesuatu yang baru. Namun, yang sering terjadi dalam diri kita adalah “takut salah”. Kita sering kurang menyadari bahwa kesalahan itu awal untuk mendapatkan kebenaran.
Berangkat dari hal-hal tersebut dalam membangun jiwa kehumasan, manusia atau seseorang harus bisa menempatkan diri sebagai diri sendiri. Tidak ada salahnya jika kita berani mencoba untuk percaya diri dihadapan publik untuk menyampaikan sesuatu. Mungkin saja apa yang kita lakukan sangat bermanfaat bagi orang lain. Yang pasti kalau manusia ada niat dan kemauan saja, menurut saya sudah cukup untuk membangun jiwa kehumasan yang baik (namun tidak terlepas dari rasa percaya diri dan bertanggung jawab). Pepatah mengatakan, kalau kita ada kemauan pasti ada jalan.

Fiant_Rina mengatakan...

Umumnya pengertian dari kehumasan yang selama ini melekat dalam diri khalayak adalah perihal hunbungan dengan masyarakat. Di manapun tempatnya, kapanpun, perihal tentang kehumasan sangat diperlukan seseorang untuk memperoleh informasi tertentu. Memang benar, apabila dikatakan bahwa ada tindakan-tindakan kehumasan yang menyimpang dari strategi dasarnya. Hal tersebut mungkin dikarenakan oleh adanya ketidakcocokan atau ketidakseimbangan pemberian “servis” antara pemberi dan penerima informasi.
Ketidakseimbangan itu dapat dikaitkan dengan salah satu fungsi dari kehumasan itu sendiri. Salah satu fungsi dari kehumasan adalah dapat memberikan konseling yang didasari oleh pemahaman masalah perilaku manusia. Contoh sederhananya saja, bagaimana mungkin kita bisa memberikan “solusi” kepada seseorang apabial kita tidak tahu permasalahan yang mereka hadapi secara detail? Bgitupun juga sebaliknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, seseorang yang menjadi pihak kehumasan harus mampu membangun komunikasi, baik secara internal (personil) maupun internal (masyarakat/ publik).
Komunikasi penting dilakukan agar kita sebagi pihak kehumasan tidak salah dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, adanya komunikasi dengan masayarakat dapat memotivasi untuk memupuk minat mereka mengenai masalah atau informasi yang kita berikan. Namun, ternyata tidak semua orang mampu melakukan tindakan kehumasan. Padahal jiwa kehumasan sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Faktor kurang percaya diri mungkin salah satu penyebab yang selalu membayangi diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu akan kemampuan yang mereka miliki. Kalau manusia dapat berpikir lebih logis, tidak ada salahnya kan mencoba berani untuk melakukan sesuatu yang baru. Namun, yang sering terjadi dalam diri kita adalah “takut salah”. Kita sering kurang menyadari bahwa kesalahan itu awal untuk mendapatkan kebenaran.
Berangkat dari hal-hal tersebut dalam membangun jiwa kehumasan, manusia atau seseorang harus bisa menempatkan diri sebagai diri sendiri. Tidak ada salahnya jika kita berani mencoba untuk percaya diri dihadapan publik untuk menyampaikan sesuatu. Mungkin saja apa yang kita lakukan sangat bermanfaat bagi orang lain. Yang pasti kalau manusia ada niat dan kemauan saja, menurut saya sudah cukup untuk membangun jiwa kehumasan yang baik (namun tidak terlepas dari rasa percaya diri dan bertanggung jawab). Pepatah mengatakan, kalau kita ada kemauan pasti ada jalan.
: PR 2004

MARINA NOOR FIANTI
No. Reg: 042074008
Kelas : PR 2004

Anonim mengatakan...

Salam, noorfianti, kamu adalah mahasiswa pertama yang berkomentar. Selamat ya

suyatno
www.garduguru.blogspot.com

ariesta bagus P mengatakan...

Jika kita mengungkapkan bahwa tiap manusia memiliki jiwa kehumasan, berarti tiap saat, tiap waktu, dan tiap temapt dia harus siap untuk menjadi pion (orang yang terdepan). Maka dia harus memiliki sebuah trik untuk menanggulangi kekurangan dia ketika menjadi humas.
Yang pertama yaitu dia harus memiliki NIAT, dalam hal ini. Tipa orang harus memiliki niat terlebih dahulu agar dia siap secara ;lahiriah menjadi seorang humas. Karena dalam kegiatannya, humas meiliki pelbagai cobaan. Terutama cobaan lahiriah, hal ini terlihat ketika seorang humas harus mundur ketika dibebankan sebuah pekerjaan yang tidak sesuai dengan lahiriahnya. Oleh karena itu, dengan niat yang kuat. Hal-hal yang mengganggu dapat teratasi.
Yang kedua ialah dapat memposisikan diri, maksudnya ialah seorang humas harus bisa memposisikan diri dimanapun dan kapanpun, terutama ketika menghadapi seorang pendengar (costumer). Misalnya ketika dia mendapatkan tugas untuk menjelaskan tentang produk dari sebuah industri, walaupun dia tidak memakai produk tersebut. Tetapi dia harus memposisikan diri bahwa dia adalah salah satu pemakai produk tersebut. Terkadang seorang humas lupa akan tugasnya (menginformasikan sesuatu) dan lebih mengunggulkan tentang dirinya, sehingga apa yang dia katakana tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak produsen (tempat dia bekerja/bertugas).
Yang ketiga ialah bahasa, maksudnya ialah seorang humas harus pandai berbicara dan mengolah kata agar unsure sugesti terhadap pendengar berhasil. Misalnya ialah ketika seorang humas dinas pendidikan sebuah kabupaten akan menginformasikan kepada sekolah menengah pertama di daerahnya tentang sistim pendidikan terbaru. Maka dia harus memakai kosa kata dan data mengolah kalimat yang dapat menginformasikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pihak yang diberi informasi.
Yang keempat adalah tegar dan ikhlas, maksudnya ialah ketika seseorang tegar. Maka dia akan dengan mudah memposisikan diri, misalnya ketika seorang humas PDAM. Ketika dia harus menghadapi komplain dari pelanggan, walaupun di dalam hatinya dia tidak setuju dengan pihak PDAM, tapi dia harus memberikan informasi yang menguntungkan kedua pihak terutama pihak PDAM. Dan ikhlas maksudnya ialah seorang humas harus memiliki jiwa ikhlas ketika melaksanakan tugas. Agar apa yang dia lakukan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan konsep.

Itulah beberapa trik agar menanggulangi kekurangan seseorang humas. Jadi keempat trik di atas terbangun dari kekurangan yang dimiliki seorang humas.


ARIESTA BAGUS P
NIM : 042074031
KELAS : PR 2004

ariesta bagus P mengatakan...

Jika kita mengungkapkan bahwa tiap manusia memiliki jiwa kehumasan, berarti tiap saat, tiap waktu, dan tiap temapt dia harus siap untuk menjadi pion (orang yang terdepan). Maka dia harus memiliki sebuah trik untuk menanggulangi kekurangan dia ketika menjadi humas.
Yang pertama yaitu dia harus memiliki NIAT, dalam hal ini. Tipa orang harus memiliki niat terlebih dahulu agar dia siap secara ;lahiriah menjadi seorang humas. Karena dalam kegiatannya, humas meiliki pelbagai cobaan. Terutama cobaan lahiriah, hal ini terlihat ketika seorang humas harus mundur ketika dibebankan sebuah pekerjaan yang tidak sesuai dengan lahiriahnya. Oleh karena itu, dengan niat yang kuat. Hal-hal yang mengganggu dapat teratasi.
Yang kedua ialah dapat memposisikan diri, maksudnya ialah seorang humas harus bisa memposisikan diri dimanapun dan kapanpun, terutama ketika menghadapi seorang pendengar (costumer). Misalnya ketika dia mendapatkan tugas untuk menjelaskan tentang produk dari sebuah industri, walaupun dia tidak memakai produk tersebut. Tetapi dia harus memposisikan diri bahwa dia adalah salah satu pemakai produk tersebut. Terkadang seorang humas lupa akan tugasnya (menginformasikan sesuatu) dan lebih mengunggulkan tentang dirinya, sehingga apa yang dia katakana tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak produsen (tempat dia bekerja/bertugas).
Yang ketiga ialah bahasa, maksudnya ialah seorang humas harus pandai berbicara dan mengolah kata agar unsure sugesti terhadap pendengar berhasil. Misalnya ialah ketika seorang humas dinas pendidikan sebuah kabupaten akan menginformasikan kepada sekolah menengah pertama di daerahnya tentang sistim pendidikan terbaru. Maka dia harus memakai kosa kata dan data mengolah kalimat yang dapat menginformasikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pihak yang diberi informasi.
Yang keempat adalah tegar dan ikhlas, maksudnya ialah ketika seseorang tegar. Maka dia akan dengan mudah memposisikan diri, misalnya ketika seorang humas PDAM. Ketika dia harus menghadapi komplain dari pelanggan, walaupun di dalam hatinya dia tidak setuju dengan pihak PDAM, tapi dia harus memberikan informasi yang menguntungkan kedua pihak terutama pihak PDAM. Dan ikhlas maksudnya ialah seorang humas harus memiliki jiwa ikhlas ketika melaksanakan tugas. Agar apa yang dia lakukan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan konsep.

Itulah beberapa trik agar menanggulangi kekurangan seseorang humas. Jadi keempat trik di atas terbangun dari kekurangan yang dimiliki seorang humas.


ARIESTA BAGUS P
NIM : 042074031
KELAS : PR 2004

Anonim mengatakan...

Jawabannya adalah...KOMUNIKASI

Salah satu kunci penting kehumasan adalah komunikasi. Apabila kita merujuk pada salah satu pengertian humas yaitu keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dalam menciptakan dan memelihara niat baik serta saling pengertian, maka untuk mewujudkannya tidak lain dan tidak bukan setiap orang akan menggunakan komunikasi sebagai perantaranya. Ketika komunikasi yang terjalin kurang lancar, yang terjadi adalah kesalahpahaman dan kurangnya pengertian antara si pemilik citra diri dengan orang lain (si penilai citra diri).
Melalui komunikasi pula pada akhirnya akan diketahui oleh si pemilik dan atau si pembentuk citra diri mengenai di mana dia berada, bersama siapa dia berada, dan bagaimana seharusnya dia berada, sehingga akan memunculkan suatu sikap mawas diri, cepat tanggap serta merespon aktif setiap fenomena yang terjadi. Semisal, seseorang yang hendak pergi ke pasar, ke kantor, atau ke acara hajatan harus bisa menyesuaikan dandanan dan pakaian yang akan dikenakannya, jangan sampai terjadi “saltum” atau salah kostum.
Mengenai banyaknya tindakan kehumasan yang menyimpang dari strategi dasarnya, hal ini dikarenakan adanya suatu sikap “berlebihan” dalam penerapannya. Sebagaimana kita ketahui, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik pula dampaknya. Suatu nilai lebih (poin plus) memang boleh menjadi tujuan capaian namun jika hal itu menjadi berlebihan (plus-plus) maka tidak perlu juga diterapkan. Seperti yang dilakukan oleh Maria (bukan nama sebenarnya), dalam profesinya sebagai Public Relation sebuah diskotik ia memberikan layanan “plus-plus” demi mendapat tambahan lebih pendapatannya. Nah, hal seperti inilah yang akhirnya memunculkan image buruk bagi seorang PUREL (Public Relation).
Manusia dalam perkembangannya memang selalu dipengaruhi oleh lingkungan, meskipun ada yang mengatakan manusia yang hebat adalah manusia yang tidak terpengaruh oleh lingkungan, namun sebenarnya manusia yang lebih hebat lagi adalah manusia yang menjadi baik di setiap jenis dan aneka ragam lingkungan. Dul Kowi, seorang pekerja kantoran mencalonkan diri sebagai ketua RT, kepribadiannya yang keras dan tertutup membuat ia cukup disegani di kampungnya. Meskipun lingkungan sekitarnya bergaya hidup kampungan dan “urakan” namun Dul Kowi tetap bangga dengan kepribadiannya dan tidak terpengaruh dengan lingkungan karena ia tetap menjadi diri sendiri dan menjaga harkat diri kedudukannya sebagai pekerja kantoran. Berbeda dengan Dul Bayan yang juga merupakan calon ketua RT, meskipun ia pekerja kantoran pindahan dari kampung sebelah namun dalam waktu singkat ia mampu membaur dengan masyarakat sekitar dan tak segan mencopot citra kedudukan dalam masyarakat sebelumnya. Pada saat pemilihan, Dul Bayan terpilih menjadi ketua RT. Hal ini menunjukkan bahwa kurang tepat jika seorang humas harus selalu menjadi diri sendiri / be "your self". Lebih tepatnya adalah bagaimana seorang humas tersebut untuk dapat menjadi orang lain. Dengan menempatkan diri sebagai orang lain maka seorang humas akan tahu apa yang terjadi dan diinginkan oleh orang lain sehingga dalam pembentukan citra dirinya akan dapat dengan mudah diterima oelh orang lain. Namun harus diingat bahwa “menjadi orang lain” dalam hal ini tidaklah dijadikan topeng kebohongan atau tipuan sementara sebab seperti seekor bunglon yang hinggap pada daun busuk berwarna hijau maka tubuhnya akan berubah warna menjadi “hijau yang terindah”, hinggap pada bunga berwarna merah maka warna tubuhnya akan menjadi warna merah yang terindah... sekali lagi “terindah”. Bukankah Bersikap luwes, merespon aktif dan menerima setiap perubahan yang terjadi seperti seekor bunglon jika dibiasakan juga akan membentuk suatu citra diri?
Salah satu penyebab mengapa orang dapat membangun citra dirinya dan ada pula yang tidak adalah karena adanya “kemungkinan”. Seberapa besar kemungkinan yang dapat seseorang prediksikan untuk membangun citra dirinya akan mempengaruhi besarnya niat, usaha, maupun keinginan orang tersebut untuk membangun citra bagi dirinya. Oleh karena itu yang diperlukan oleh manusia untuk membangun jiwa kehumasannya adalah “kemampuan”. Ketika seorang humas menjadi gasing maka ia harus mampu berputar seperti gasing, ketika ia menjadi senter maka ia harus mampu menyala seperti senter, ketika ia menjadi api maka ia harus mampu menyala-nyala seperti api...

Sekian dan terima kasih...

Kunjungi juga blog saya di www.adhie-kunthink.blogspot.com

----------------
RAKHMAD ADHI H
042074017
PEREG 2004
----------------

Anonim mengatakan...

Komentar yang datang kedua adalah milik ariesta bagus dan Rahmat Adhi Hartyanto. Blog anga'ho sangat bagus hanya saja nama blog harus mencerminkan pilihan kata yang diminati semua bloger biar laris dikunjungi. Tampilan sudah bagus.

suyatno
www.garduguru.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Jiwa kehumasan yang ada dalam diri setiap manusia pada dasarnya merupakan pencitraan diri masing-masing individu. Citra diri yang dimunculkan oleh tiap individu bila ditilik dalam hubungannya dengan social, maka ada 2 citra diri yang ada, yakni citra diri yang positif dan citra diri yang negative. Tentu saja setiap citra diri yang muncul ke permukaan masyarakat, jelas menandakan seperti apakah kita? Serta juga tentunya, membuat penilaian tersendiri dalam tiap benak masyarakat.
Masalah pembangunan citra diri yang positif, tentunya sangat berkaitan erat dengan proses pembentukan jiwa kehumasan seseorang. Seseorang yang memiliki jiwa kehumasan yang tertata dengan baik, maka secara langsung pencerminan jati dirinya akan muncul secara alamiah dan terorganisasi dengan baik.
Membangun jiwa kehumasan dalam hubungannya dengan menciptakan citra diri yang positif sangat beragam bentuk dan caranya, antara lain sebagai berikut:
1.Membangun sistem humanistik
Sistem humanistik adalah sistem kemanusiaan yang sejatinya selalu ada dalam diri setiap makhluk Tuhan. Sistem humanistik dapat dibangun dengan mulai saling berbagi terhadap sesama yang membutuhkan. Jika sistem humanistik ini dapat terencana dengan baik, maka alhasil jiwa kehumasan dapat terealisasi dengan baik sebagi contoh seorang perawat kesehatan, yang memiliki jiwa kehumasan dalam hubungannya dengan sistem humanistik, antara lin dengan membeerikan pertolongan kepada pasien yang sedang menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit. Citra positif seorang perawat tersebut mencerminkan ”ikon” , bahwa di dalam dirinya telah mengalir darah kehumasan yang sejatinya tertuang dalam pertolongannya menyembuhkan orang sakit.
2.Memberikan kepercayaan
Kepercayaan adalah salah satu kunci yang dapat menumbuhkan jiwa kehumasan dalam tiap individu. Hal ini berkaitan dengan fungsi seorang humas, yang tiap detik, dan tiap menit selalu berhubungan dengan orang lain. Dengan memberikan modal kepercayaan yang baik, tapi tetap berada dalam batas yang terorganisir, maka klien kita akan merasa dihargai dalam kedudukannya sebagai partner kita. Misalnya ketika dalam sebuah tim kesebelasan sepakbola, yang didalamnya harus terjalin komunikasi yang intern dan ekstern. Dengan mengaplikasikan sistem kepercayaan yang telah ada pada diri masing-masing pemainnnya, maka pada dasarnya secara tidak langsung, maka jiwa kehumasan telah bersemi dalam diri pemain tersebut. Kepercayaan sangat tinggi komitmennya, bisa kita bayangkan jika dalam sebuah tim kesebelasan sepakbola tersebut, tidak ada unsur rasa kepercayaan yang besar kepada pemain yang lain untuk menggiring bola, niscaya pertandingan tersebut akan mengalami kegagalan yang besar. Kepercayaan itulah yang dapat mendorong seorang pribadi untuk memupuk citra positif pada dirinya.
3.Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain
Dengan memiliki sifat sensitif yang kita tanamkan pada diri dan orang lain,akan mempermudah kita melakukan interaksi pada orang lain, baik melakukan komunikasi maupun bekerjasama dalam melakukan sesuatu.
Sekali lagi, komunikasi dan kerjasama adalah pilihan seorang humas agar berhasil dapat menumbuhkan citra. Kepemilikan sifat sensitif ini, tidak lain adalah usaha seorang humas untuk menghargai setiap tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Bisa saja ketika dalam suatu pertemuan rapat kerja, terdapat berbagai pendapat yang datang dari berbagai pihak. Dan tentu saja pendapat tersebut beraneka ragam bentuknya.maka seorang humas harus dapat memiliki sifat sensitif atau rasa kepekaan yang tinggi kepada para peserta rapat yang lain, agar kelak keputusan yang diambil dapat mencapai mufakat.
4.Menumbuhkan rasa empati dan simpati.
Dengan memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi kepada orang lain, kita dapat dengan mudah mengetahui apa yang sedang terjadi dalam individu ketika melakukan proses kerjasama dengan orang tersebut. Rasa empati dan simpati memiliki andil cukup besar dalam menumbuhkan jiwa kehumasan seseorang. Rasa empati dan simpati ini saling berkaitan serta dengan ketiga hal diatas. Rasa empati dan simpati yang ditujukan seorang pemimpin perusahaan kepada anak buahnya, akibat musibah yang terjadi pada anak buahnya tersebut, menjadikan dirinya memiliki citra positif yang baik di mata anak buahnya. Hal ini jelas secara langsung dapat menumbuhkan jiwa kehumasan yang lain pada anak buahnya yang lain
5.Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.
Sangat tepat, bahwa lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual adalah ”ladang” yang baik sebagai tempat untuk menumbuhkan jiwa kehumasan yang sangat baik. Pada dasranya jiwa kehumasan yang terbentuk pada diri seseorang adalah sebagi bentuk manivestasi kenyataan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang melingkupinya. Dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal tiap individu, maka proses penciptaan diri yang positif akan dapat tercapai dengan baik. Dengan memahami tentang seluk beluk yang terjadi dalam lingkungan tersebut, maka diharapkan proses menumbuhkan jiwa kehumasan dalam diri dapat tercapai dengan baik...
SEMOGA...
Oktavia Catur Handini/ PR 2004/042074009


bapak juga bisa mengunjungi blog saya di www.abdisejati.blogspot.com, mohon kritikannya demi perbaikan blog saya, terima kasaih

Anonim mengatakan...

Setiap orang memiliki kemampuan berkomunikasi atau bersosialisasi yang berbeda-beda. Ada beberapa orang yang sangat pintar dalam berkomunikasi atau bersosialisasi tetapi ada juga yang kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Orang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi yang baik akan sangat mudah mengeluarkan atau menunjukkan kemampuannya di didepan banyak orang. Berbeda dengan orang yang kesulitan untuk berkomunikasi atau bersosialisasi, orang tersebuk tidak akan bisa menunjukkan kemampuan pada dirinya di depan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan citra baik dan citra buruk dalam diri seseorang. Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi ditambah dengan kemampuan berkomunikasi yang baik akan membuat citra diri baik di masyarakat. Tetapi rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi saja tidak cukup seseorang harus dapat mengontrol diri dan perilakunya untuk menunjang citra diri yang baik..
orang yang tidak dapat menunjukkan citra diri yang baik di masyarakat biasanya orang yang kurang percaya dengan kemampuan yang dimilikinya. Orang tersebut juga tidak dapat mengontrol diri dan perilakunya. Sehingga dia mendapat citra buruk dalam masyarakat.
Yang diperlukan seseorang untuk membangun citra kehumasan yang baik ialah rasa percaya diri yang kuat. Dengan kepercayaan diri yang kuat seseorang tidak akan pantang menyerah dan akan terus mencobah sesuatu yang baru. Dan tak lupa selalu menjalin kerja sama dengan banyak orang dan menjaga cita diri dengan baik.

Eka Susmiyatun
PR ‘04
042074012

Anonim mengatakan...

Tidak ada yang namanya kegagalan. Kesalahan terjadi dalam hidup untuk membuatmu fokus lebih jelas pada siapa sebenarnya dirimu (Oprah Winfrey).

Perbedaan memang selalu ada pada tiap yang hidup (manusia). Perbedaan tidak hanya pada bentuk (fisik), tetapi juga pada isi (pemikiran, ide, sifat/watak, dan kebiasaan). Justru perbedaan itulah yang membuat hidup lebih hidup. Karena adanya rasa kebergantungan pada ang lain, membuat komunikasi menduduki posisi penting dalam menciptakan suasana harmonis.

Tidak ada yang sempurna, kecuali kesempurnaan itu sendiri (Tuhan). Manusia memang sempurna bila dibandingkan mahkluk ciptaan-Nya yang lain. Meski demikian setiap individu tetap saja memiliki kelebihan dan dan kekurangan masing-masing. Individu selalu berusaha menunjukkan citra atas dirinya, tentu saja yang positif. Meskipun sesungguhnya citra akan terbentuk dengan sendirinya dari perilaku individu secara alamiah. Di antara kita banyak yang pandai membangun citra, namun tidak sedikit pula yang sulit membangun citra diri.

Mereka yang pandai membangun citra tentunya sudah sangat mengenal diri secara utuh. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Mereka cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka memiliki komunitas yang luas dan pandai menempatkan diri. Mereka selalu belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan, dan berusaha keras untuk tidak mengulanginya. Mereka berusaha mengembangkan diri. Suka menolong dan ingin selalu bermanfaat bagi yang lain, serta menghargai orang lain.

Sedangkan mereka yang kurang pandai membangun citra, tentu saja disebabkan kurangnya mengenal diri. Sehingga tidak tahu kelebihan dan kekurangan diri. Kurang memiliki rasa percaya diri, sehingga selalu minder dan cenderung pemalu. Mereka kurang luwes dalam bergaul. Mereka sulit menjalin suatu hubungan dan terlihat tertutup. Dengan demikian orang lain jarang diberi kesempatan untuk mengenal dirinya. 

Banyak hal yang diperlukan untuk membangun citra, di antaranya mengenal diri sendiri, memaksimalkan rasa percaya diri.Berani tampil, berani mengambil resiko, berani mencoba hal baru, selalu memperluas pergaulan dan wawasan. Berorientasi pada hasil, fleksibel dan mampu beradaptasi dengan cepat. Mampu membuat prioritas dan mampu bekerja baik secara mandiri maupun kelompok (team work). Sudahkah kita bisa menjadi seseorang yang bekerja dibidang kehumasan?


TITIK DWI RAMTHI HAKIM
042074027

Anonim mengatakan...

Okta, titik, dan eka, bagus telah memberikan komentar. Tapi, saya belum bisa menilai baik atau buruk karena menunggu pembanding. Banyak jawaban yang sudah ada belum sistematis.

suyatno
www.garduguru.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Sebagai manusia,kita tidak dapat lepas dari peran serta orang lain.terlebih lagi dalam menghadapi kemajuan jaman yang semakin mengarah ke arah globalisasi.oleh karena itu,kita dijuluki sebagai makhluk sosial.hal yang sangat erat kaitannya dengan sosial adalah kehumasan.kehumasan adalah bidang yang berguna untuk proses komunikasi antara pihak yang terkait dengan masyarakat luar.di dalam dunia kehumasan ada beberapa strategi,seseorang dikatakan mampu menyeimbangkan antara tindakan kehumasan dengan strategi dasarnya apabila dia bener-bener mengerti tentang apa itu ilmu kehumasan.selain itu,juga perlu suatu komunikasi.seseorang yang berjiwa humas harus mampu "menjual" apa yang sudah menjadi bagian akan dirinya.entah itu suatu instansi atau pihak tertentu bahlan juga "menjual" diri kita sendiri.proses berinteraksi dengan seseorang juga merupakan hal yang perlu dikuasai seseorang untuk dapat mengembangkan dan "menjual" dirinya.oleh karena itu,citra diri sangat perlu sebagai suatu efek dari kehumasan.salah satu bentuk citra diri itu adalah penampilan.suatu kecantikan atau fisik seseorang tanpa dibekali dengan keterampilan berbicara,mendengar,menyimak,dan menulis tak akan berarti apa-apa pada saat berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.padahal keterampilan itu sellau dipakai dalam suatu ilmu kehumasan dan wujud praktek dalam masyarakat nantinya.selain itu,kepercayaan diri dalam menghadapi masyarakat juga sangat perlu untuk menggali citra diri.jika ada seseorang yang tidak bisa menggali citra diri,itu karena sikap cuek dan apatis terhadap perubahan yg terjadi di masyarakat.jika dia berani mencoba sesuatu yg baru dan tidak takut akan kegagalan,suatu citra diri akan muncul dengan sendirinya.dan dari hal percaya diri kemudian berusaha untuk mencoba dan berani berinteraksi itulah akan menimbulkan suatu sikap mengerti tentang arti suatu hubungan masyarakat dan berani untuk mengaplikasikan kehumasan itu dalam kehidupan yang semakin sarat dengan dunia globalisasi.

Nama: Rahmawati C.
NRM: 042074001 S1 PR-04
email: nink_geulis149@yahoo.com
alamat blog: http://tulisanrahma.blogspot.com

Rosyi mengatakan...

Nama: Rosyidatul Hidayati
NRM: 042074004
Email: rose_efde@yahoo.com
Alamat Blog:
rosyidatulhidayati.blogspot.com
bungamataair.blogspot.com

komentar:
Humas adalah aktivitas komunikasi dua arah dengan publik (perusahaan/organisasi) yang bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, saling percaya, dan saling membantu/kerja sama. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, humas memiliki metode-metode, strategi-strategi, dan formula-formula yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlatih secara filosofis, psikologis, konsep maupun teknis. Dengan demikian, kerja humas tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Tidak pula di”nebeng”kan dalam kerja bagian-bagian lain. Yang dapat dilakukan oleh semua orang adalah sikap/tindakan humas.
Seorang humas bertugas menjaga nama baik perusahaan, namun ada beberapa fenomena yang sering dilakukan oleh praktisi humas berkaitan dengan tugas ini. humas memanipulasi data-data kepada publik dengan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya kepada publik. Hal ini berarti humas tersebut sudah menyimpang dari strategi dasar kehumasan. Agar tindakan kehumasan tidak menyimpang, maka praktisi humas harus berpedoman pada kode etik dalam profesi kehumasan.kode etik kehumasan merupakan bagian dari etika moral terapan dari pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku atau profesi tertentu yang berpedoman dengan tindakan etik mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus dilakukan.
Kode etik kehumasan dapat berlangsung dengan baik apabila dijiwai dengan cita-cita dan nilai luhur yang hidup dalam lingkungan kehumasan karena merupakan perumusan moral yang jadi tolak ukur bagi perilaku kehumasan. Dengan kode etik, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi seorang profesional kehumasan dalam menjalani pekerjaannya dengan selaras tanpa ada penyimpangan-penyimpangan yang menciderai profesinya.
Ada lima prinsip kehumasan yang berkaitan dengan kode etik profesi humas: tanggung jawab, kesabaran, keadilan, kebebasan, dan otonomi. Prinsip kehumasan tersebut berhubungan dengan sikap humas.
Semua orang dapat belajar bersikap seperti humas karena pada hakikatnya semua orang memiliki jiwa humas sejak lahir. Untuk membangun jiwa kehumasan seseorang, ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
1)Ability to Communicate (kemampuan berkomunikasi)
Mampu berkomunikasi dengan baik terhadap orang yang memiliki aneka ragam karakter. Itu berarti harus mampu dan mau berusaha memahami, serta terkadang berusaha untuk bersikap setoleran mungkin kepada setiap orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi penakut atau penjilat.
2)Ability to Organize (kemampuan mengorganisasikan)
Kemampuan mengoraganisasikan berarti mampu mengantisipasi masalah. Jika dia menjadi humas, berarti dia harus berpikir, membuat rencana, membuat laporan dan mengevaluasi setiap program yang dijalankannya.
3)Ability to get on with people (kemampuan bergaul/membina relasi)
Kemampuan ini dapat diartikan sebagai kemampuan menciptakan networking (jaringan) dengan siapa pun. Kemampuan ini memerlukan keluwesan dalam bergaul dan selalu mencerminkan simpatik orang lain.
4)Personal intregity (berkepribadian utuh/jujur)
Kejujuran dapat membentuk kredibilitas (kepercayaan) orang lain.
5)Imagination (memiliki imajinasi yang kuat)
Profesi humas menuntut seseorang yang penuh dengan gagasan atau ide-ide, mampu memcahkan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana yang orisinal dan mengembangkan kreativitas.

Jika lima kemampuan itu diasah terus, maka citra diri pada orang tersebut akan tercipta dengan sendirinya. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Seseorang tidak akan dapat membangun citra diri jika lima kemampuan itu tidak dimiliki. Oleh karena itu, penting untuk menguasai dan menerapkan lima kemampuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Anonim mengatakan...

Kehumasan, bagi orang awam mungkin dapat dikatakan suatu bentuk cara untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dapat juga dikatakan suatu konsep hubungan bermasyarakat, pun mengambil dari kata kehumasan itu sendiri. Orang dapat berbeda-beda pendapat tentang kehumasaan itu sendiri akan tetapi satu hal yang tidak dapat lepas dari pengertian tersebut yaitu tidak dapat ditempuh secara individu karena tidak lepas dari kodrat seorang manusia sebagai makhluk sosial.
Untuk memulainya kita memang perlu tidak hanya memahami masyarakat sekitar tetapi juga mengerti ataupun melakukan suatu bentuk kekerabatan dengan masyarakat sekitar untuk terjalinnya suatu hubungan yang kondusif dan saling membutuhkan satu sama lain. Pembawaan hidup seseorang juga harus sesuai dengan konsep yang ditimbulkan oleh masyarakat sekitar, sebagai contoh : apabila suatu desa rata-rata atau mayoritas kaum perempuannya menggunakan jilbab atau dapat dikatakan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, maka kita hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan cara tidak berpakaian yang seronok atau diluar jalur dari tata cara berpakaian desa tersebut. Seseorang yang tidak percaya diri akan penampilannya biasanya cenderung menutup dirinya sehingga ai merasa tidak pantas untuk bersosialisasi dengan banyak orang, mungkin yang seharusnya dilakukan untuk dapat membangun sebuah jiwa yang memenuhi akan konsep kehumasan ialah seseorang harus dapat menjadi diri sendiri, selain dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri orang tersebut juga tidak perlu lagi tidak dapat membangun citra dirinya sendiri di depan umum.
Dari pernyataan diatas seseorang tidak perlu lagi menyembunyikan jati dirinya hanya karena takut untuk tidak dapat mengembangkan dirinya sendiri didepan umum, selain itu orang tersebut akan menjadi lebih nyaman dengan apa yang telah dipakainya didepan umum. Kehumasan, bagi orang awam mungkin dapat dikatakan suatu bentuk cara untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dapat juga dikatakan suatu konsep hubungan bermasyarakat, pun mengambil dari kata kehumasan itu sendiri. Orang dapat berbeda-beda pendapat tentang kehumasaan itu sendiri akan tetapi satu hal yang tidak dapat lepas dari pengertian tersebut yaitu tidak dapat ditempuh secara individu karena tidak lepas dari kodrat seorang manusia sebagai makhluk sosial.


Eko Prasetyo
042144220
SRN-04

ratnapidato18 mengatakan...

Nama : Ratna Dewi Kartikasari
NRM : 042074018 / PR 2004
Email : g4lih_58@yahoo.com
Blog : http://www.ratnapidato18.blogspot.com

Hal yang perlu dilakukan bagi seseorang agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya ialah dengan menunjukkan bahwa dirinya mampu berhubungan dengan orang lain. Dirimu adalah humasmu. Seseorang akan dapat melakukan sesuatu jika ia mau berusaha dan meyakini bahwa dirinya bisa melakukannya. Dengan berkomunikasi, berinteraksi, berjiwa besar, berusaha sungguh-sungguh, maka tindakan kehumasan yang dilakukannya akan sesuai dengan strategi dasarnya. Seseorang yang mempunyai tujuan, misalnya tujuan dalam berkomunikasi, tujuan berinteraksi, dan lain sebagainya, maka ia akan dapat mengontrol dirinya untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya maupun orang lain. Tindakan humas ialah tindakan yang berhubungan dengan orang atau pihak lain. Jadi agar tindakan kehumasan dapat sesuai dengan strategi dasarnya, maka seseorang harus mampu melakukan hal-hal tersebut di atas.
Jiwa kehumasan seseorang dapat terlihat dari citra diri seseorang. Citra diri seseorang dapat ditunjukkan. Hal ini disebabkan diri seseorang tersebut menyadari bahwa dirinya mempunyai jati diri dan kemampuan dalam berinteraksi dengan pihak lain. Mereka dapat mengikuti hal-hal yang ada disekitarnya, seperti dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan dalam situasi apa saja dapat mengelola hal-hal yang terjadi di sekitarnya atau yang sedang dihadapinya dan dapat berinteraksi dengan baik. Dengan karakter diri yang terbuka, orang lain yang melihat atau mengenal dirinya akan mengetahui citra dirinya. Sedangkan citra diri seseorang tidak dapat dibangun atau ditunjukkan karena orang tersebut kurang dapat berinteaksi dengan orang lain dan sulit untuk mengikuti hal-hal yang ada disekitarnya. Seperti kurang mampu berkomunikasi dengan baik, bicara seperlunya saja, pendiam, tidak akan memulai lebih dahulu sebelum orang lain memulai. Dia kurang mampu mengelola hal-hal yang ada disekitarnya. Seseorang seperti itu biasanya mempunyai karakter tertutup sehingga orang lain kurang dapart mengerti citra diri yang ada pada dirinya.
Dalam membangun jiwa kehumasan seseorang memerlukan jati diri dan kemampuan berinteraksi dengan pihak lain. Memang semua orang mempunyai jiwa kehumasan yang melekat sejak lahir . Namun, apabila mereka tidak menyadarinya, maka mereka tidak dapat membangun jiwa kehumasannya dengan baik. Untuk itu, dengan mengetahui dan menyadari jati dirinya, maka seseorang akan dapat menempatkan dirinya. Dia akan menjaga mulut dan lidahnya saat berbicara, menjaga langkahnya saat berjalan, menjaga telinganya saat mendengar, menjaga matanya saat memandang, dan menjaga citra baik dirinya dimanapun dia berada. Dengan memahami jati dirinya, seseorang akan menyadari bahwa sebenarnya apa yang dia lakukan adalah untuk membangun jiwa kehumasannya. Selain jati diri seseorang harus mampu berinteraksi dengan pihak lain, baik pihak lain secara individu maupun kelompok. Wujud interaksi ini dapat berupa komunikasi, kerja sama, saling bertukar pikiran atau pendapat, dan lain sebagainya. Dengan berinteraksi, seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak sendiri. Dia akan merasa bahwa orang lain membutuhkan dirinya atau sebaliknya. Dengan berinteraksi dengan orang lain, dia akan lebih mudah untuk menyelesaikan urusannya daripada dia melakukannya sendiri. Dia juga tahu apa kekurangan dan kelebihan dirinya dengan bercermin atau bertanya pada orang lain. Jadi untuk membangun jiwa kehumasan seseorang , sedikit banyak memerlukan dua hal tersebut.

Jannahunesa mengatakan...

NAMA : ANISATUL JANNAH
NIM : 042074019
KELAS : PR 2004
EMAIL : jannahanisatul@gmail.com
BLOG : anisa-jannahunesa.blogspot.com

KOMENTAR SAYA:
Pada dasarnya, seseorang dalam mempublikasikan dirinya memang harus menggunakan tindakan kehumasan. Agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, seseorang harus dapat mengetahui tujuan dari melakukan kehumasan tersebut. Jika tidak ada tujuan yang jelas, maka seseorang tidak akan dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan strategi. Sebagai contoh, ketika seseorang berencana menghadiri pesta, maka orang tersebut harus melakukan strategi yaitu dengan menggunakan busana pesta yang sesuai dengan acara. Tentu berbeda dengan seseorang yang tujuan pergi ke pasar, sekolah atau tempat lainnya. Tidak mungkin seseorang jika tujuannya pergi ke pesta lalu menggunakan busana sehari-hari. Hal itu tidak sesuai dengan tujuannya karena adanya kesalahan strategi dalam berpenampilan. Jadi, kuncinya dalam melakukan tindakan kehumasan, terlebih dahulu harus mengetahui tujuan yang jelas dans sesuai.
Semua orang memang memiliki jiwa kehumasan sejak lahir. Jiwa kehumasan bisa dilihat dari citra diri. Namun, tidak semua orang dapat memunculkan citra dirinya, hal itu bisa disebabkan oleh sikap pribadi yang tidak percaya diri akan kemampu annya. Sebagai contoh, misalnya ada seseorang yang sebenarnya mampu berbicara di hadapan publik namun karena seseorang tersebut tidak memiliki percaya diri (malu berhadapan dengan orang banyak, grogi, takut salah dan sebagainya), maka orang tersebut selamanya akan takut untuk mecoba berbicara di depan umum karena tidak ada keberanian dari orang tersebut. Selain tidak adanya percaya diri, bisa juga disebabkan oleh pengalaman orang dalam memahami citra dirinya. Sebagai contoh, walaupun orang tersebut memiliki percaya diri, namun karena tidak didukung oleh pengetahuan tentang berbicara (tidak ada pengalaman untuk berbicara di depan umum), maka orang tersebut tidak akan mampu memunculkan citra dirinya.
Seseorang yang dapat menumbuhkan citra dirinya bisa disebabkan oleh adanya kemampuan yang baik dalam mencari citra dirinya. Orang tersebut bisa mencari mana citra baiknya dan mana citra buruknya. Dari kedua citra tersebut, orang tersebut akan dapat memilih citra baiknya dan mencoba membuang citra buruknya. Citra baiknya akan selalu mereka kembangkan dengan mencari pengalaman yang ada hubungannya dengan citra dirinya. Tentunya kemampuan mencari citra didasarkan atas kemauan , tanpa adanya kemampuan seseorang tidak akan mampu menumbuhkan citra diri.
Berdasarkan uraian di atas, untuk dapat membangun jiwa kehumasan yang harus diperlukan oleh manusia adalah sebagai berikut.

1. keberanian / Kepercayaan Diri
Tanpa adanya keberanian dan kepercayaan diri, seseorang tidak akan mampu membangun jiwa kehimsannya karena telah didahului oleh perasaan takut/tidak berani.
2. kemauan
Apa yang dikerjakan oleh manusia didasarkan atas kemauan. Tanpa adanya kemauan menusia tidak akan mampu membangun jiwa kehumasan yang baik walaupun telah memiliki kepercayaan diri.
3. kemampuan berkomunikasi
Humaa kegiatan utamanya adalah komunukasi. Walaupun kedua hal di atas dimiliki oleh manusia tetap saja manusia tidak akan mampu membangun jiwa kehumasan jika tidak memiliki kemampuan komunikasi yang sesuai dengan citra dirinya. Sebagai contoh, jika seseorang tersebut berhadapan di depan umum harus memiliki kemampuan yang baik dan komunikatif dalam berbicara agar apa yang disampaikan dapat menarik pendengar.
4. selalu mengembangkan pengalaman.
Setelah memiliki kemampuan, manusia tidak cukup berhenti sampai disitu. Tapi, manusia harus selalu mencari pengalaman yang sesuai dengan citra dirinya. Manusia harus mencari informasi-informasi terbaru guna perkembangan citra dirinya.
5. memiliki sikap tanggap dan responsif
Humas selalu berhubungan dengan masyarakat. Jadi, seorang humas yang baik harus mengenali masyarakat yang akan menjadi objek kehumasan. Apa yang terjadi dalam masyarakat harus dapat diketahui oleh seorang humas. Masalah-masalah yang ada harus dapat ditanggapi dan dipecahkan oleh seorang humas.
Itulah pendapat saya tentang hal-hal yang harus dimiliki untuk membangun jiwa kehumasan.

Sutining mengatakan...

SUTINING
PR-04
042074032
E-mail: Xuten.pink@gmail.com
Blog: www.mozaikcerita.blogspot.com

Alhamdulillah soal UTS Bapak sangat spesial bagi saya. Kenapa? Karena langsung berpraktik sesuai dengan bidangnya dengan aplikasi media yang sangat sesuai. Yaitu Humas (Kehumasan)
Saya sangat setuju dengan pendapat Bapak bahwa "Semua orang mempunyai jiwa kehumasan sejak lahir". Kita kembali kepada pengertian yang paling mendasar tentang humas. Hakikatnya humas adalah komunikasi. Jika menilik pengertian tersebut memang tidak ada satu orangpun yang tidak melakukan komunikasi dengan orang lain, kecuali cerita Tarzan yang hidup di tengah hutan dan hany a ditemani oleh hewan-hewan sehingga pada perkembangannya iapun sulit berinteraksi dengan dunia luar. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan manusia, manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain, setiap saat, setiap waktu. Hal itu berarti manusia pasti melakukan tindakan kehumasan dengan sadar atau tanpa didasari. Itulah salah satu alasan mengapa istilah kehumasan selalu dikaitkan dengan istilah Public Relation. Pada perkembangan selanjutnya kita menuju pada sasaran humas yang tidak lain adalah citra publik. Tentu saja citra di sini yang ingin ditampilkan adalah citra positif. Begitu juga manusia secara pribadi agar orang lain mengetahui dan memberikan penilaian yang realistis tentang seseorang. Penilaian tersebut bersifat alami dan tanpa paksaan karena pada dasarnya kadang kita tidak bisa menyadari apa kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Oleh karena itu orang lainlah yang berhak memberikan penilaian itu. Sebelum kita melakukan kegiatan kehumasan di lembaga, organisasi, ataupun perusahaan, ada baiknya kita melakukan kegiatan tersebut dalam diri kita sendiri agar orang lain mempunyai kepercayaan apa yang kita lakukan. Hal-hal yang diperlukan agar seseorang mampu membangun jiwa kehumasannya adalah:

1. Paham akan posisi diri sendiri
Maksudnya seseorang perlu mengenal siapa dia. Hal ini berhubungan dengan kemampuan seseorang, lebih luas lagi berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimikili seseorang. Jika seseorang yang mempunyai kemampuan dalam disiplin tertentu maka tanpa diumumkan kepada khalayakpun maka masyarakat akan mampu menilai sendiri siapa kita. Citra positif akan terbangun tanpa kita sadari. Hal ini berhubungan dengan sifat kehumasan pribadi yang berhubungan dengan kualitas bukan pada cantik tidaknya seseorang karena hal tersebut bersifat relatif dan tidak bisa diukur.

2. Sikap percaya diri
Percaya diri akan membantu seseorang untuk melakukan kegiatan dengan banyak orang. Dia tidak merasa canggung untuk berhubungan (interaksi) dengan siapa saja. Tujuan memiliki sikap percaya diri berhubungan dengan strategi kehumasan yang akan dilakukan. Setiap tindakan yang akan dilakukan dijiwai oleh percaya diri dan kesadaran.

3. Kemampuan komunikasi lisan
Secara tidak sadar Seorang humas harus mempunyai kemampuan komunikasi lisan yang baik karena kegiatan kehumasan selalu berinteralsi dengan orang lain. Pada perkembangannya seorang humas harus memiliki daya persuasif yang tinggi. Akan tetapi berbeda dengan persuasif yang ada dalam dunia iklan yang cenderung berlebihan bahkan mengandung unsur kebohongan. Persuasif yang dimaksudkan tentunya realistis dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tanpa kita umumkan orang lain akan mampu menilai citra yang ada dalam diri kita karena tujuan dari humas itu sendiri adalah terbentuknya saling pengertian, saling percaya, dan menciptakan kerja sama.

Kesimpulan: semua manusia pasti melakukan kegiatan kehumasan baik dalam kapasitasnya sebagai individu ataupun ketika dia adalah seorang humas di lembaga, organisasi, ataupun perusahaan karena satu hal, yaitu komunikasi. Kegiatan kehumasan berhubungan dengan citra yang muncul dari pihak luar publik, oleh karena itu kita harus menghadirkan sesuatu yang positif agar pihak luar juga memberikan citra yang positif terhadap kita. Perbedaannya jika kita berkedudukan sebagai individu pribadi citra tersebut akan terbangun dengan sendirinya sesuai dengan apa yang kita lakukan sehari-hari. Namun jika dalam kapasitas kita di lembaga, organisasi, atau perusahaan tentu saja diperlukan usaha yang terencana agar perusahaan tersebut meniliki citra positif di mata khalayak.

Curahan Hati Perempuan mengatakan...

Seseorang dalam dirinya telah dibekali jiwa kehumasan. Jiwa kehumasan itu diperlukan untuk membangun citra dirinya.Seseorang melakukan berbagai cara agar citra dirinya baik di mata semua orang.Sebelum melakukan tindakan yang akan menunjukkan citra dirinya sering diadakan perencanaan untuk mencapai sasaran itu. Namun strategi yang sudah direncanakan itu sering meleset. Hal ini disebabkan karena seseorag tidak konsisten dengan tujuannya atau sasaran utamanya, dapat juga disebabakan karena faktor lingkungan yang cenderung tidak tetap atau mengalami perubahan.
Hal yang perlu dilakukan oleh seorang humas agar tindak kehumasannya sesuai dengan strategi yang sudah direncanakn ialah 1) ia harus konsisten dengan apa yang telah direncanakan. 2)ia harus tepat sasaran 3)ia harus menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan.
1. Konsisten dengan yang direncanakan
Seorang humas akan berhasil dalam misinya juka ia merencanakan terlebih dahulu apa yang ingin ia lakukan.Menyusun strategi yang jitu agar semua tindakannya tidak sia-sia. Setelah menyusun strategi ini ia harus mematuhi apa yang telah ditulisnya. Agar apa yang telah direncanakan tidak meleset. Ia harus percaya dengan rencannya tidak terpengaruh oleh orang lain. memiliki kepercayaan diri terhadap rencananya.Konsisten terhadap tujuannya.Tujuannya tidak berubah-ubah.
2.Tepat sasaran
Seorang humas harus tepat sasaran. tidak salah sasran. Misalnya tujuannya adalah pergi ke pesta, ia harus memerhatikannya,tidak belok-belok ke tempat yang lain. Dia harus memnyesuaikan tindakan yang dilakukan di pesta itu,apa yang harus ia lakukan di pesta itu, kostum apa yang harus ia kenakan, dll.
3. Menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan.
Seorang humas tidak boleh hanya diam saja ketika terjadi perubahan lingkungan yang dapat mengganggu pembentukan citra dirinya. Misal tujuan seorang humas tadi adalah pergi ke pesta maka ia harus mengenakan pakaian pesta yang anggun, namun ditengah jalan ada seekor anjing yang mengigit bajunya hingga robek. Tetapkah dia akan pergi ke pesta dengan pakaian yang robek itu?Itu akan merusak citra dirinya sebagai seorang yang anggun. segera mungkin, sekreatif mungkin seorang humas harus mengubah bajunya.
Dengan berbagai strategi yang telah direncanakan tadi, ia harus tetap konsisten tanpa terpengaruh oleh orang yang lain agar tindakan yang dilakkukan tetap sesuai dengan strategi yang direncanakan dan tujuan yang diinginkan tercapai.Dengan komunikasi yang baik yang dilakukan oleh seorang humas ia akan mampu memengaruhi orang lain dan dapat menunjukkan citra diri yang baik di mata orang lain. Dalam setiap orang yang memiliki jiwa kehumasan banyak dari mereka yang tidak dapat menunjukkan citra dirinya dan ada beberapa orang yang mampu dengan apik menunjukkan eksistensinya.Sebagian orang mampu membangun citra dirinya, hal ini sebabkan karena ia percaya diri akan kemampuan dirinya. Kepercayaan diri itu ada jika seseorang memiliki mental yang kuat yang dapat menunjang komunikasinya dengan orang lain dan didukung dengan kelebihan yang ia miliki.Mereka dengan bangga menunjukkan kelebihannya untuk memengaruhi orang lain agar dia menjadi dominan diantaranya.Ia akan lebih dipercaya oleh orang lain dengan kelebihan yang ia miliki itu jika dikomunikasikan dengan baik. Seseoranng yang percaya diri dengan dirinya maka ia akan mampu menunjukkan eksistensinya di masyarakat,dan akan menjadi pengaruh bagi mayarakat lainnya. Sebagian orang lagi ada yang tidak dapat menunjukkan citra dirinya hal ini disebabkan karena ia kurang percaya diri. Rasa tidak percaya diri itu muncul disebabkan karena mental yang kurang bernyali, atau dapat juga ada cacat yang ia punyai namun orang itu tidak dapat menutupinya dengan kelebihan yang ia punyai sehingga kelemahan itu tampak menonjol dibandingkan dengan kelebihannya.Untuk menutupi kelemahan ini seseorang haris dengan baik mampu mengomunikasikan kelebihannya agar kelemahannya itu tertutupi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berlatih sesering mengkin/berkomunikasi dengan orang banyak untuk melatih mental kehumasannya. Seseorang yang tidak percaya diri akan menjatuhkan dirinya di muka umum. Untuk menjadi seseorang yang percaya diri ia harus berusaha dan berniat membangun citra yang ada pada dirinya.
Jadi jiwa kehumasan itu dapat ditumbuhkan dengan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap diri sendiri,mental yang kuat sebagai humas dan niat yang baik untuk membangun citra dirinya agar menjadi pengaruh yang baik bagi masyarakat yang lain. Dengan berkomunikasi yang baik pula ia akan dipercaya orang lain.

Nama: Budi Susilowati/052074021/PR 2005

trycheroe.bina.blogspot mengatakan...

Memang semua orang memiliki jiwa kehumasan sejak ia lahir dari rahim sang ibu. Mulai balita/anak-anak tanpa menyadari bahwa keberadaannya sudah termasuk bagian dari kehumasan karena balita sudah bisa menarik perhatian orang lain berkat parasnya yang imut, lucu, mungil membuat kita dan orang lain ingin sekali memeluk, mencium dan menggendongnya. Semuanya tidak lepas dari perannya sendiri dan orang tuanya yang membikin dia lucu dari penampilannya. Menginjak remaja, anak mulai tahu bahwa dalam dirinya terdapat jiwa kehumasan sehingga ia berbuat banyak untuk bisa menarik perhatian orang lain terutama pada anak seusia dia. Semua itu disebabkan rasa “percaya diri” yang tinggi sehingga ia dapat menunjukkan citra dirinya.
Percaya diri memang sangat mutlak diperlukan dalam tindakan kehumasan karena rasa percaya diri dapat menghilangkan sikap pesimis, gugup, takut dan sebagainya. Dengan percaya diri, orang akan dapat lebih mudah/bisa maksimal dalam melaksanakan tindakan humas sehingga ia berhasil dan disegani banyak orang.
Selain rasa percaya diri, tentu “keberanian”lah yang dapat menunjang seseorang untuk menunjukkan citra dirinya. Keberanian yang disertai optimisme yang kuat dapat menimbulkan tindakan kehumasan karena keberanian juga dapat menghapus semua rasa minder, takut, malu dan sebagainya. Dengan demikian jiwa kehumasan seseorang akan selalu melekat/menempel dalam dirinya. Itulah dua hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun tindakan humas dan menunjukkan jati diri seseorang. Kalaupun orang tidak tahu dan tidak dapat membangun citra dirinya berarti rasa percaya diri dan keberanian belum melekat dalam jiwa sehingga dalam bersikap, mereka selalu ragu, mengapung tak tentu arah.Terima kasih.

Surabaya, 2 April 2008
HERU TRI CAHYONO
042074235 / PNB’04
Email: heroetc.bina@gmail.com
heru.tricahyono@yahoo.com
Blog: www.trysheroe-bina.blogspot.com

Arief Sudibyo mengatakan...

Komentar Saya:
Setiap pribadi manusia memiliki pola pikir yang beragam, yang terbentuk selama proses hidupnya, melalui kejadian-kejadian, pengalaman, proses pendidikan di bangku sekolah maupun di keluarga dan melalui interaksi dengan sesama. Beberapa hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir seseorang sehingga akan membentuk citra diri seseorang. Pola pikir seperti ini akan sangat mempengaruhi respon, sikap dan tindakan setiap pribadi atas permasalahan yang dihadapinya. Terkadang seseorang kesulitan dalam merespon/menyikapi permasalahan yang dihadapi karena pola pikir yang ada membatasi dirinya untuk mencari pemecahan yang lebih baik. Seseorang bila menghadapi suatu permasalahan/kesulitan, kemudian ia tak dapat menyikapinya dengan bijak, tentunya ia akan dianggap belum mampu menunjukkan kredibilitasnya kepada masyarakat sehingga otomatis ia juga tidak akan mampu membangun citra dirinya. Untuk itu penataan pola pikir setiap individu sangatlah diperlukan agar dapat membangun citra dirinya sendiri sehingga menambah keyakinan diri untuk tampil ke depan publik/masyarakat.
Menurut saya, berikut 4 cara yang dapat kita diupayakan agar dapat membangun citra diri di depan publik, diantaranya :
1. Membangun Integritas
Integritas merupakan nilai yang sangat fundamental bagi setiap individu. Tanpa adanya integritas pada diri seseorang, maka sulit bagi seseorang untuk berdisiplin maupun bertanggung jawab untuk membawa dirinya sendiri ke arah yang lebih baik.
2. Mengembangkan Kreativitas
Kreativitas sangatlah bagi seseorang dalam memperbaiki penampilannya. Dengan suatu kreativitas, akan menambah kesan kita menjadi lebih menarik, gaya yang lebih inovatif dan selalu baru sehingga secara otomatis citra diri/image kita akan terbangun dengan sendirinya.
3. Membangun Kepemimpinan Diri
Setiap manusia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, yakni untuk memimpin dirinya sendiri. Maka dari itu, tanamkan dari dalam benak kita sendiri bahwa kita harus selalu maju dengan menunjukkan seluruh kemampuan dan bakat kita di depan publik.

4. Komunikasi Lisan
Kegiatan yang paling utama dari kehumasan adalah komunikasi (interaksi dengan pihak lain), artinya berhubungan dengan banyak pihak yang tentu saja modalnya adalah komunikasi langsung/ lisan. Komunikasi tersebut akan mampu memberikan data kepada pihak luar bagaimana kemampuan yang ada dalam diri kita sehingga citra positif akan tercermin dengan sendirinya tanpa kita mengumumkan.
Tidak hanya hal-hal tersebut, ketrampilan kehumasan diri dapat juga tercermin dalam proses interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Proses interaksi itu antara lain : kemampuan kita dalam bergaul dengan masyarakat, rasa saling menghormati kepentingan orang lain, menghargai pendapat orang lain, konsisten pada aturan-aturan main dalam masyarakat, mendorong usaha seseorang untuk memperoleh kemajuan, memberikan pelayanan kepada orang lain dengan baik, memberikan sumbangan pikiran kepada orang yang mengalami kesulitan, berpenampilan baik dan juga menyenangkan bagi orang lain. Beberapa hal di atas secara tidak langsung akan dapat membangun empati dari publik/masyarakat sehingga secara tidak sadar pula citra positif diri kita dalam masyarakat akan terbangun.



Arief Sudibyo/PR`04
042074042
Email : Reeve.Tcruise@gmail.com
Blog : www.Republikpuisi-reeve.com

Larik-Lirik.blogspot.com mengatakan...

Salam sejahtera bapak,

Selama ini tidak dapat dipungkiri lagi keberadaan Humas masih dianggap sebelah mata. Sebab, Humas selalu identik dengan wanita yang berpenampilan menarik, luwes, murah senyum, dan pandai bicara. Hal ini tidak ada bedanya Humas hanya sebagai ornament perusahaan atau organisasi saja.
Padahal keberadaan humas sangat urgen bagi sebuah perusahaan atau lembaga untuk dapat melebarkan sayapnya.
Memang benar apa yang dikatakan bapak bahwa setiap diri manusia memiliki jiwa Humas. Barangkali ini merupakan suatu kelebihan yang tersembunyi dalam diri kita (kalau seandainya saja saya tidak ikut mata kuliah bapak mungkin tidak akan pernah tahu dalam diri kita memiliki jiwa Humas, bahkan berani bicara seperti ini,he3x). Tetapi yang menjadi persoalan bagaimana kita bisa menggali kelebihan tersebut. Semua itu tidak terlepas bagiamana caranya kita mengetahui siapa diri kita dengan menjadikan kelemahan sebagai kelebihan.
Jika dikaitkan apa saja yang dibutuhkan manusia untuk membangun jiwa kehumasan. Menurut saya, jiwa kehumasan dalam diri pribadi seseorang bisa dibangun dengan memiliki; 1.sosialis yang tinggi hingga dapat mengetahui karakter dan lingkungan manusia, 2.introvet alias terbuka, 3.mampu beradaptasi sehingga dapat survive dengan keadaan yang tidak menguntungkan, 4.bertanggungjawab, 5.memiliki dedikasi yang tinggi supaya kerja kita dapat diyakini semua orang, 6.berpikir kritis biar tidak asal nyerocos dalam menanggapi opini khalayak, 7.kreatif agar kita tidak dipandang sebelah mata oleh khalayak dan memiliki strategi-strategi yang jitu, 8.patriotis, kita tidak mudah putus asa memperjuangkan banyak hal, 9.tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan, 10.mempunyai wawasan yang luas alias tiadak kuper, 11.nah, yang terakhir ini yang paling penting yaitu percaya diri, dengan “pd” kita mampu menjadi orang yang optimis dan tidak akan kehilangan kesempatan dan mampu tampil didepan khalayak.
Hanya itu saja yang bisa saya gagas dalam UTS kali ini,bapak.terimakasih

Siti khodijah
042074215 PNA 2004
khodijah.daramadura.blogspot.com

mokhamad umar faruq mengatakan...

Nama :M.Umar Faruq
Kelas :SR’O4/042144032
Email ;mokhamad.faruq@gmail.com
Alamat blog :http://varuq212.blogspot.com


Pada dasarnya setiap manusia mempunyai keinginan untuk dapat dilihat oleh orang lain,dan memang benar pula bahwa dalam jiwa manusia terdapat jiwa kehumasan yang melekat sejak lahir.Ada manusia yang mampu menonjolkan hal itu sehingga orang di sekitarnya dapat melihatnya, tapi ada juga yang tidak dapat menonjolkannya. Itu sejalan dengan bawaan sifat manusia yaitu,ada yang Introvet dan Ekstrovet,manusia yang Introvet tidak dapat menonjolkan dirinya kepada orang lain karena dia cenderung menutup diri terhadap orang disekitarnya,sedangkan manusia yang Ekstrovet kebalikan dari manusia yang Introvet,mereka lebih bisa menonjolkan jati dirinya sehingga bias dilihat oleh orang disekitarnya karena tidak menutup diri dengan orang disekitarnya dan mampu berinteraksi/bersosialisasi taupun berkomunikasi.
Ada berbagai factor yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat menonjolkan kelebihannya kepada masyarakat disekitarnya serta seseorang dapat meonjolkan kelebihannya itu. Salah satunya adalah factor bawaan dari lahir tadi;yaitu:sifat Introvet dan Ekstrovet, trauma pada waktu kecil, serta yang paling penting adalah factor lingkungan. Untuk factor yang terakhir merupakan factor yang dapat mempengaruhi semua factor.Untuk dapat membangun jiwa kehumasan serta menunjukan jiwa kehumasan kepada masyarakat di sekitar adalah dengan lebih banyak bersosialisasi dengan masyarakat,karena dengan itu kita lebih banyak berkomunikasi dan lebih melatih jiwa kehumasan dalam diri.
Agar tindakan kehumasan kita sesuai dengan strategi dasar kehumasan adalah dengan;
1.menciptakan kerjasama dan memeliharanya : dengan menciptakan kerjasama kita sudah membuka jalan bagi diri kita untuk dapat mempromosikan diri kita pada orang lain.
2.terpelihara dan terbentuknya saling pengertian : dengan itu kita menunjukan sikap kita bahwa kita serius untuk mencapai saling kenal dan mengerti.
3.menjaga kepercayaan ; dalam kehumasan saling percaya sangat penting karena untuk dapat masuk ke dalam diri seseorang kita harus membuat mereka percaya sama kita.
Inti dari semua itu adalah sosialisasi(komunikasi, dan lebih membuka diri).

Bambang Purnomo mengatakan...

Bambang purnomo
042144208
Sastra Indonesia SN 04
Bamspur@gmail.com
http://bamspur.blogspot.com

Menurut saya hal sepeerti itu sudah pantas di lakukan pada setiap diri manusia, karena dengan bercermin, atau dengan merias wajah sewaktu kita akan berpergian berarti kita sudah berusaha untuk menunjukkan diri kita inilah saya. Karna aktivitas kehumasan adalah haruslah kita berusaha menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengikuti tersebut.

Agar kegitan kehumasan tersebut tidak menyimpang dari strategi humas, kehumasan dari seseorang atau organisasi harus bersifat terencana atau ter arah, dan berorientasi kedepan. Maka seseorang atau organisasi tidak akan mempunyai puncak keberhasilan tanpa adanya karakteristik dari sebuah karakter kehumasan tersebut.

Pada dasarnya jiwa kehumasan manusia di dasarkan pada manusianya sendiri sejauh mana dia bersosialisasi pada lingkungan, dan lingkungan itulah yang mendukung manusia tersebut terbentuk bagaimana. Dan untuk mengembangkan jiwa kehumasan pada diri seseorang di harapkan pada setiap manusia mempunyai sifat yang percaya diri apa yang di lakukan itu suatu yang benar.

lara mengatakan...

Hal yang perlu dilakukan bagi seseorang agat tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya ialah harus menyesuaikan bebetapa hal yakni konsep diri sebagai pembawa pesan kepada masyarakat.Konsep kegiatan, apakah pesan yang akan disampaikan sesuai dengan tempat, tujuan, perasaan kebutuhanm perbuatan, dan harapan. Kemudian penyesuaian konsep objek, kepada siapa pesan tersebut akan disampaikan, bersifat konkrit atau abstrak. Kemudian konsep interaksi sosial, dalam hal ini menyesuaikan proses pemindahan pesan kepada orang lain yang nantinya disesuaikan dengan konsep aksi bersama antara orang yang satu dengan pihak lainnya. Kesesuaian konsep diri, konsep kegiatan, konsep objek, konsep interaksi sosial, dan konsep aksi bersama akan menciptakan sebuah makna dari tindakan kehumasan yang tidak menyimpang dari strategi dasarnya.

Penyebab seseorang mampu menunjukkan citra dirinya ialah karena seseorang tersebut memiliki persiapan untuk tampil mutlak, memiliki keparcayaan, baik dari diri sendiri ataupun berupa dukungan dari orang lain. Hal terpenting ialah seseorang tersebut memiliki kemampuan yang membuat dirinya sadar bahwa ada nilai plus yang bisa ditampilkan kapada khalayak. Sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak memiliki kemapuan, persiapan, dan kepercayaan akan sulit untuk menyadari nilai plus pada dirinya sehingga tidak mampu untuk menunjukkan citra dirinya.

Hal yang perlu dilakukan manusia untuk membangun juwa kehumasannya ialah kemampuan, kepercayaan, dan kesempatan. Kemampuan yang sudah ada pada diri manusia hanya tinggal diasah dan diarahkan pada suatu bidang tertentu sehingga menciptakan keahlian tersendiri. Kemudian keparcayaan yang akan menjadi kekuatan untuk memperlihatkan kemampuan yang telah dimiliki, baik dari orang lain, lingkungan, dan diri sendiri yang merupakan hal paling utama. Hal terakhir ialah kesempatan. Ketika seseotang telah memiliki kemampuan dan kepercayaan akan kemampuannya tersebut kesempatan memegang peranan sebagai penilai melalui kaca mata orang lain sehingga akan berpengaruh pada karier kahumasan seseorang.

Lara Asih Mulya
PR'04 (042074010)

nopha mengatakan...

Setiap manusia memiliki jiwa kehumasan. Dalam kehumasan, apa yang melekat pada diri seseorang merupakan alat komunikasi antara seseorang tersebut dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain atau publik. Semua yang ada dalam dalam diri seseorang ialah alat untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain atau publik. Sebelum tampil di depan umum, seseorang harus bercermin. Dalam hal ini seseorang harus lebih dahulu mengetahui segala kemampuan, potensi dan kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya. Ia harus sadar akan hal tersebut.seseorang harus benar-benar yakin pada seluruh potensi yang dimilikinya. Seseorang harus mampu melihat dirinya sebagai objek pemikirannya serta berinteraksi dengan dirinya sendiri dan sadar akan dirinya sendiri. Setiap orang harus terus mengoreksi semua tindakannya. Ia harus terus mencari kekurangan dan kelemahan dalam dirinya dan memperbaikinya. Itulah mengapa dikatakan bahwa seseorang bisa berkali-kali melihat ke cermin untuk memastikan “apakah aku sudah pantas untuk tampil seperti ini?”. Seseorang harus benar-benar yakin pada kemampuan yang dimilikinya sebelum mengomunikasikannya ke publik.

Kehumasan merupakan perwujudan strategi humas yang dirancang sebelumnya. Dalam perjalanannya, kegiatan kehumasan tidak selalu berjalan sesuai dengan strategi dasarnya. Agar tindakan kehumasan sesuai dengan konsep dasarnya, seseorang harus melakukan lima konsep yang dikemukakan oleh K. J. Veegers dalam bukunya Realitas Sosial (1965) yakni:
a) Konsep Dir
Manusia mampu melihat dirinya sebagai objek pikirannya sendiri serta berinteraksi dengan dirinya sendiri dan sadar akan dirinya sendiri.
b) Konsep Kegiatan
Manusia merancang kegiatan dalam berbagai hal, seperti tujuan, perasaan, kebutuhan, perbuatan, dan memiliki harapan, cita-cita serta meminta bantuan orang lain. Manusia menjadi konstruktor perilakunay sendiri.
c) Konsep Objek
Objek menjadi sasaran atau perhatian manusia, baik bersifat konkrit (nyata) maupun abstrak yang ada dalam dirinya dan alam sekitarnya.
d) Konsep Interaksi Sosial
Interaksi berarti proses pemindahan diri perilaku yang terlibat secara mental ke posisi pihak lainnya. Jadi, manusia mencoba mencari makna melalui aksi atau kegiatannya yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi sosial dengan orang atau kelompok lain.
e) Konsep Aksi Bersama
Kegiatan kolektif yang timbul dari penyesuaian dan keserasian perbuatan orang yang satu dengan yang lainnya.
Kesimpulannya, seseorang harus mampu melihat potensi yang dimilikinya, merancang segala sesuatu yang akan dilakukannya serta berinteraksi dengan orang lain lebih dahulu sebelum ia bertindak dalam masyarakat (publik).

Citra diri pada seseorang merupakan hal yang dimilikinya sejak ia lahir. Bergantung pada individu tersebut bagaimana ia mampu memunculkan citra dirinya atau bahkan menenggelamkannya (menghilangkan). Setiap orang memiliki kemungkinan, kesempatan, kemampuan, dan kepercayaan diri yang berbeda utnuk menciptakan citra dirinya. Bergantung pada orang tersebut bagaimana cara dia untuk memunculkan apa yang ada dalam dirinya, kemampuannya denagn percaya diri yang dimilikinya. Yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasannya ialah ia harus mampu menyesuaikan diri dalam segala situasi dalam masyarakat dengan kemampuan yang dimilikinya. Seperti air ayng bisa menyesuaikan bentuk dengan tempat yang ditempatinya. Seseorang harus yakin dengan kemampuan, potensi yang dimilikinya serta terus mengoreksi dan memperbaiki kekurangannya.
Demikian komentar saya Pak. Salam…



Nofa Triya Wahyu H.
PR 2004
042074045

manuskripdody.blogspot.com mengatakan...

Pak Yatno, pertama kali Saya lebih ingin berkomentar mengenai blog Anda terlebih dahulu. Saya rasa hal ini sebuah trobosan baru bagi JBSI. Dan secara tidak langsung, Pak Yatno telah memelopori budaya baru di JBSI yakni mengungkapkan pendapat ke depan publik dengan media blog yang tentunya bisa menjadi alternatif dalam berkarya. Saya mengucapkan selamat, karena dengan UTS ini, Bapak berhasil membuka sebuah paradigma dan cakrawala baru bagi teman-teman untuk berkarya. Sekali lagi selamat Pak!
Mengenai tugas UTS yang bapak beri, mungkin saya tak ingin berpanjang lebar serupa teman-teman yang lain.
Pertama, agar tindakan kehumasan sesuai dengan perencanaan strategi, bagi saya individu tersebut harus konsisten, disiplin, serta mempunyai mental tahan uji yang berlaku apabila harus berhadapan dengan khalayak ramai. Memang ketiga mentalitas di atas tidak mudah diwujudkan dan membutuhkan perlatihan nyata di lapangan, tidak sekadar petuah dan perintah di atas kertas. Mungkin pengalamanlah yang akan menguji daya tahan dan kekuatan seseorang dalam menempa tiga mentalitas di atas. Apalagi hal tersebut terkait dengan humas, hubungan masyarakat yang menjadi jembatan penghubung antara institusi dengan masyarakat luas. Tentu yang harus diberikan seorang humas adalah info yang sebenar-benarnya dan sejelas mungkin. Humas adalah peranan vital dalam komunikasi suatu instansi ke dunia luar.
Kedua, seseorang ketika lahir memang mempunyai jiwa kehumasan, bergantung pada lingkungan pergaulan juga yang turut membangun mental seseorang. Yang pasti, faktor pergaulanlah yang membuat seseorang"bercabang"entah menjadi sosok ekstrovert maupun pribadi yang introvert.
Ketiga, mungkin ada banyak faktor yang membentuk jiwa kehumasan seseorang. Namun saya ingin lebih menekankan bahwa titik utama adalah komunikasi. Ya, komunikasi yang membuat pengalaman dan citra diri seorang humas terbentuk. Semakin gencar seseorang berkomunikasi, maka seorang akan semakin terlatih untuk menghadapi bermacam sifat manusia yang akan dihadapi dalam profesi sebagai seorang humas yang profesional. Juga kesadaran dan kemauan untuk belajar dari orang lain. Tentunya pelajaran utama adalah belajar mengenai hidup itu sendiri. Pada hakikatnya, hubungan masyarakat bukan sekadar mata kuliah atau profesi melainkan humas adalah hidup itu sendiri. Sehingga mau tak mau, diri kita adalah humas, setidaknya untuk diri kita sendiri.
Pak Yatno, blog saya ini sendiri sebelumnya saya buat jauh sebelum mata kuliah kehumasan itu berlangsung. Namun karena frekuensi saya yang jarang berada di dunia maya, maka kesannya kok tidak terawat alias gak di openi. Blog saya lebih saya khususkan di dunia sastra, selain juga isu-isu aktual yang mungkin sangat menarik bagi saya untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Kelak, saya ingin blog saya profesional seperti halnya blog para sastrawan, semacam R Giryadi (teaterapakah.blogspot.com), Bonari Nabonenar (bonarine.blogspot.com), Indra Tjahyadi (intjah.blogspot.com) maupun Mashuri (mashurii.blogspot.com) yang sering saya sambangi dan saya gunakan sebagai bahan perbandingan. Mohon Pak Yatno juga memberi masukan dan kritik kepada saya. Insyaallah, masukan Pak Yatno akan sangat bermanfaat bagi perkembangan blog saya ke depan.
Terima kasih.

Dody Kristianto
NIM 042144030
Email : dody.kristianto@gmail.com
Blog : manuskripdody.blogspot.com

www.ilmuku.blogspot.com mengatakan...

Tanpa kita sadari seorang manusia mempunyai jiwa "kehumasan" karena di manapun dan kapanpun kita berpijak kita harus siap membawa diri kita untuk mempromosikan atau menampilkan diri kita masing-masing baik dari sisi kekurangan maupun sisi kelebihan yang ada pada diri kita (positif). Bekal dasar untuk dapat membangun jiwa kehumasan yang harus diperlukan oleh manusia adalah:
1. Keberanian / Kepercayaan Diri
Tanpa adanya keberanian dan kepercayaan diri, seseorang tidak akan mampu membangun jiwa kehumasannya karena telah didahului oleh perasaan takut (minder di depan umum)
2. Kemauan
Tindakan manusia didasarkan atas kemauan. Tanpa adanya kemauan manusia pasti tindakan tersebut dilakukan secara terpaksa dan mendapatkan hasil yang kurang baik.
3. Kemampuan Berkomunikasi
Fondasi dari kehumasan adalah komunikasi.Tanpa adanya komunikasi kehumasan tidak akan berjalan dengan baik karena pembicara harus bisa menyampaikan suatu informasi yang jelas kepada pendengar.
4. Pengalaman.
Pengalaman juga penting untuk dimiliki seseorang karena dapat memberikan masukan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
5. Memiliki Sikap Tanggap dan Responsif
Humas selalu berhubungan dengan masyarakat. Jadi, seorang humas yang baik harus mengenali masyarakat yang akan menjadi objek kehumasan. Apa yang terjadi dalam masyarakat harus dapat diketahui oleh seorang humas.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa seorang humas harus mempunyai bekal-bekal tersebut agar mendapat hasil yang baik.Selain itu juga dapat kita ketahui bahwa pekerjaan seorang humas adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh seorang humas dalam mempromosikan pengertian dan pengetahuan akan seluruh fakta-fakta tentang runtutan situasi atau sebuah situasi dengan sedemikian rupa sehingga mendapatkan simpati akan kejadian tersebut.Pekerjaan Humas
Pada umumnya kesan yang jelek datang dari ketidak-pedulian, prasangka buruk, sikap melawan, dan apatis. Seorang humas harus mampu untuk mengubah hal-hal ini menjadi pengetahuan dan pengertian, penerimaan dan ketertarikan.
Bagian penting dari pekerjaan Humas dalam suatu organisasi adalah :
Kesan (image)
Kesan disini berarti "gambaran yang diperoleh seseorang tentang suatu fakta sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengertian mereka (terhadap suatu produk, orang, atau situasi)".
Pengetahuan dan pengertian
Humas memiliki peran penting dalam membantu menginformasikan pada publik internal (dalam organisasi) dan publik eksternal (luar organisasi) dengan menyediakan informasi akurat dalam format yang mudah dimengerti sehingga ketidak-pedulian akan suatu organisasi, produk, atau tempat dapat diatasi melalui pengetahuan dan pengertian.
Menciptakan ketertarikan
Humas juga harus dapat menciptakan ketertarikan publik dalam suatu situasi atau serial situasi, yang bisa jadi berpengaruh besar dalam suatu organisasi atau sekelompok orang.
Menggunakan strategi kehumasan dalam hal ini bisa menjadi sangat efektif.Penerimaan
Masyarakat mungkin bersikap melawan pada sebuah situasi karena mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi, atau mengapa hal tersebut terjadi. Profesi humas mempunyai peran kunci untuk menjelaskan sebuah situasi atau kejadian dengan sejelas-jelasnya sehingga ketidak-pedulian, dan bahkan sikap menentang, yang menjadi atmosfer disekelilingnya dapat diputar menjadi pengertian dan penerimaan.
Simpati
Dengan mengemukakan informasi secara jelas dan tidak bias, umumnya merupakan cara yang berhasil untuk meraih simpati.

TIADA
GADING
YANG
TAK
RETAK
Oleh karena itu sumbang saran dan kritiknya, saya tunggu lo?!
Terima kasih.........

NB:
Kunjungi blog saya juga yaaa?!


Nama :KHOIRIYAH
kelas/NIM :PNA/042074223
Email :jpr.khoiriyah@gmail.com
WWW.ilmuku.blogspot.com

surat-menyurat mengatakan...

sebenarnya setiap orang memang mempunyai jiwa kehumasan sejak
lahir,dan tanpa dipungkiri semua pasti pernah melekukan kegiatan kehumasan hanya saja kadang mereka tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah kehumasan.itu terjadi karena dalam pikiran kita telah melekat bahwa kehumasan adalah perihal hubungan dengan masyarakat yang biasanya terjadi dalam suatu perusahaan, yakni adanya suatu kerjasama antara perusahaan dengan pihak luar. padahal kehumasan itu sendiri bisa dimanapun tempatnya, kapanpun, dan dilakukan opleh siapapun. perihal kehumasan sangat diperlukan seseorang untuk memperoleh informasi tertentu.seoramg humas harus pintar dan mampu membangun konumikasi baik secara internal maupun eksternal.
untuk menumbuhkan jiwa kehumasan seseorang harus memiliki:
1.Niat dan tanggung jawab.Tiap orang harus memiliki niat terlebih dahulu agar dia siap secara ;lahiriah menjadi seorang humas. Karena dalam kegiatannya, humas meiliki berbagai cobaan. Terutama cobaan lahiriah, hal ini terlihat ketika seorang humas mengeluh ketika dibebankan sebuah pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemempuannya. Oleh karena itu, dengan niat yang kuat seberat apapun pekerjaan itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.niat yang kuat secara tidak langsung akan menunbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal-hal yang mengganggu dapat teratasi dengan mudah.
2.Menumbuhkan rasa empati dan simpati
Dengan memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi kepada orang lain, kita dapat dengan mudah mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri seseorang ketika melakukan proses kerjasama dengan orang tersebut. Rasa empati dan simpati memiliki andil cukup besar dalam menumbuhkan jiwa kehumasan seseorang. Rasa empati dan simpati yang ditujukan seorang pemimpin perusahaan kepada para karyawannya akan menjadikan dirinya memiliki citra positif yang baik di mata mereka. Hal ini jelas secara langsung dapat menumbuhkan jiwa kehumasan yang lain pada anak buahnya yang lain2.
3.Memberikan kepercayaan
Kepercayaan adalah salah satu kunci yang dapat menumbuhkan jiwa kehumasan dalam tiap individu. Hal ini berkaitan dengan fungsi seorang humas, yang tiap detik, dan tiap menit selalu berhubungan dengan orang lain. Dengan memberikan modal kepercayaan yang baik, tapi tetap berada dalam batas yang terorganisir, maka klien atau dustomer kita akan merasa dihargai dalam kedudukannya sebagai partner kita.
4.Percaya Diri
Faktor kurang percaya diri mungkin salah satu penyebab yang selalu membayangi diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu akan kemampuan yang mereka miliki.umtuk menjadi seorang hunas seseorang harus mempunyai rasa perdaya diri dan yakin akan kemampuan mereka.dengan begitu mereka akan selalu berani untuk mencoba sesuatu yang baru.rasa perca diri dapat meningkatkan mutu kerja seseorang dan secara tidak lagsung akan menumbuhkan sikap kepercayaan dan rasa simpatik klien pada diri kita.
5. memiliki sikap tanggap dan responsif
Humas selalu berhubungan dengan masyarakat. Jadi, seorang humas yang baik harus mengenali masyarakat yang akan menjadi objek kehumasan. Apa yang terjadi dalam masyarakat harus dapat diketahui oleh seorang humas. Masalah-masalah yang ada harus dapat ditanggapi dan dipecahkan oleh seorang humas.
6.kemampuan berbahasa
bahasa, maksudnya ialah seorang humas harus pandai berbicara dan mengolah kata agar unsure sugesti terhadap pendengar berhasil. Misalnya dalam memasarkan sebuah produk, seseorang harus menggunakan bahasa yang mampu mempengaruhi dan menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.


fatya rosida /pna
042074221
email : www.fararosida@gmail.com
blog : www.fada21.blogspot.com

Khaleeda mengatakan...

Assalamu’alaykum Wr.Wb

Yup! Saya sepakat dengan Bapak! Benar sekali bahwa setiap orang memiliki jiwa kehumasan sejak lahir. Potensi itu ada dan akan terus terasah menjadi semakin baik jika dia mengenali siapa dirinya! (kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya). Menurut hemat saya, inti dari kehumasan itu sendiri adalah kemampuan memengaruhi orang lain agar ia mau memercayai, menerima, dan menjalankan apa yang kita inginkan serta membuatnya sulit untuk pindah ke “lain hati”. Tentu diperlukan strategi khusus untuk itu! Setiap orang memiliki caranya sendiri agar dapat merebut hati dan meraih simpati orang lain yang dalam hal ini adalah target operasional/sasaran kita. Kalaupun diperjalanan ternyata seorang humas melenceng dan gagal menerapkan strategi yang telah dibuatnya, hal itu dikarenakan ketidakkonsistenan si humas dalam menjalankan langkah-langkah yang telah dirancang sebelumnya. Agar tidak terjadi hal demikian, seorang humas harus memiliki komitmen yang kuat terhadap perencanaan yang ia buat dan selalu mengingat tujuan atau target yang ingin dicapainya. Faktor lainnya adalah kebutuhan publik yang selalu berubah dan rasa keingintahuan public yang semakin besar. Di sini peran media sangat diperlukan.

Pada dasarnya jiwa kehumasan dimiliki oleh siapapun, namun ada sebagian dari mereka yang tidak menyadari bahkan sengaja mengenyampingkan dan tidak mau tahu terhadap potensi kehumasan yang sudah dimilikinya sejak lahir. Bisa jadi faktor lingkunganlah (keluarga, sekolah, dan masayarakat) yang membuatnya demikian. Sejak kecil anak kurang mendapat motivasi untuk terus menggali potensinya dan malah membuatnya menjadi pribadi tertutup (menjaga jarak) dengan orang lain karena lingkungan sekitarnya lebih “peduli” pada kekurangannya. Akibatnya si anak menjadi kurang percaya diri (minder) terhadap dirinya dan malu menampakkan dirinya di depan publik. Atau bisa juga karena si anak kurang mengenali siapa dirinya yang sebenarnya karena tidak berusaha mencari kelebihan untuk kemudian melejitkannya, dan tidak berusaha menerima dengan lapang dada kekurangan yang ada di dirinya untuk kemudian memperbaikinya serta mensyukurinya.

Dari sedikit uraian di atas, dapat kita temukan point-point untuk membangun jiwa kehumasan, antara lain:
1. Kenali dirimu! (Who am I?)
2. Lejitkan potensi yang ada pada dirimu sambil terus memperbaiki kekurangan yang ada dan senantiasa bersyukur padaNya.
3. Objektif (jujur) menilai diri sendiri
4. Tentukan target/sasaran/tujuan yang ingin dicapai
5. Buat perncanaan dan langkah-langkah strategis dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
6. Konsisten dalam menjalankan perencanaan yang telah dibuat.
7. Raih simpati target/sasaran dan usahakan agar target selalu bergantung padamu dan sulit pindah ke “lain hati”
8. Bangun kepercayaan terhadap diri sendiri.
9. Bersikap Asertif, maksudnya: jadilah orang yang tahu kapan harus berkata tidak dan kapan berkata ya. Coba sekali-kali untuk tidak terlalu membayangkan orang lain akan berkomentar apa tentang diri kamu. Dan jangan takut bikin perubahan.
10. Buang rasa takut
11. Positive thinking!
12. and Be your Self!

Selamat mencoba,
Good Luck!

Oleh: Holidah, mahasisiwa PR’05 (052074017)
Email: akhwatzone@gmail.com
najmi_elkhaleeda86@yahoo.com
Blog: www.jelajahkata.blogspot.com
http://akhwatzone.multiply.com

BasRa_Ku mengatakan...

Dari sekian banyak definisi humas dua diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat.
2. Sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.
Dua definisi humas tersebut berkaitan dengan instansi atau lembaga. Namun sebenarnya setiap manusia juga bisa menjadi humas. Prinsip utama humas adalah menciptakan opini publik yang menyenangkan. Tanpa disadari, setiap manusia pasti ingin menciptakan opini publik yang menyenangkan atas dirinya. Ada orang yang mempunyai tingkat kepercayaan diri lebih sehingga dia bisa dengan mudah menciptakan opini publik yang menyenangkan atas dirinya. Namun ada juga orang yang mempunyai rasa percaya diri rendah sehingga kurang bisa membuat orang lain beropini atas dirinya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang tidak bisa menunjukkan kemampuan kehumasannya secara alami. Pertama orang itu kurang percaya diri. Jika seseorang rasa percaya dirinya rendah maka sama saja dengan ia tidak memeberikan kesempatan pada dirinya untuk dinilai orang lain. Apapun yang ia lakukan ia akan merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kelebihan. Faktor kedua adalah lingkungan, sebenarnya faktor lingkungan inilah yang akan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Jika ia terbiasa dengan lingkungan yang tertutup maka akan sulit memunculkan rasa percaya diri pada orang tersebut.
Ada orang yang muncul dengan jiwa kehumasan yang tinggi. Dia bisa membuat orang lain beropini baik atas dirinya. Faktor kepercayaan diri berperan sangat besar dalam hal ini. Jika seseorang sudah mempunyai kepercayaan diri maka dengan mudah ia bisa menciptakan opini publik yang baik. Namun hal ini juga perlu ditunjang dnegna hal-hal lain, seperti kemampuan berkomunikasi yang menyenangkan. Orang bisa terpengaruh apa yang dikatakan orang lain bukan karena apa yang dia sampaikan tapi karena bagaimana seseorang tersebut menyampaikannya. Cara penyampain yang baik tentu akan mendapat reaksi yang baik pula.
Faktor tuntutan keadaan juga bisa memunculkan jiwa humas pada diri seseorang. Misalnya saja seorang kaya raya yang hidup ditengah-tengah masyarakat, jika tidak membawa diri dengan baik maka orang tersebut tidak akan mendapat opini yang baik pula dari orang lain. Karena tuntutan inilah maka jiwa kehumasan seseorang akan muncul dengan sendirinya. Meskipun itu karena sebuah tuntutan yaitu keamanan dari masyarakat sekitar. Demikianlah jiwa kehumasan alami manusia bisa keluar dan membawa dampak yang positif.

Nama: Ressa Ellyana S
No. Reg: 042074040
Pendidikan Reguler 2004
Alamat Blog: www.ressabasra.blogspot.com
Alamat e-mail: re_kiyutpuuol@yahoo.co.id

Anonim mengatakan...

Yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasan yang terpenting adalah rasa percaya diri yang tinggi, karena orang tanpa memiliki rasa percaya diri yang tinggi seseorang akan merasa gugup, dan akan merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu dan itu akan menghambat seseorang untuk membangun jiwa kehumasan yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
Kemampuan seseorang yang lebih spesifik akan mempermudah seseorang untuk membangun jiwa kehumasan yang mereka miliki. Pada saat seseorang sudah memiliki bekal dalam dirinya sendiri maka tidak akan ada halangan yang berarti dalam mengambil keputusan pada saat seseorang menghadapi suatu masalah.
Apabila seseorang sudah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, maka untuk masuk dalam dunia kehumasan akan menjadi lebih mudah. Seseorang tinggal membekali dirinya dengan ilmu kehumasan yang sesuai dengan prinsip dasar strategi kehumasan, apabila seseorang kurang memahami tentang prinsip dasar strategi kehumasan dapat mendalami ilmu tersebut dengan belajar dan sejuta pengalaman yang ada disekitarnya. Itu akan mejadikan seseorang mampu dan sukses dalam melakukan kehumasan untuk diri sendiri dan orang lain. (NUR CHALIMAH (PNB)/ 042074251)

dian mengatakan...

kehumasan bisa diambil dari pengertian dari cara hidup yang Pada umumnya, maksudnya bagaimana orang bersikap dan mengambil keputusan serta jalan hidup yang diambilnya. kehumasan sendiri dimiliki di tiap-tiap kepribadian diri seseorang itu yang berhubungan dengan khalayak sekitar. sedangkan bagaimana memberikan solusi strategi kehumasan agar seimbang kita terlebih dahulu harus mengetahui fungsi kehumasan. karana biasanya para penyampai kurang memperhatikan subjek penyampain akhirnya terjadi ketidakseimbangan tentang penyampaian kehumasan itu sendiri jadi bisa di bilang dalam hal ini mengetahui psikologi dari tiap-tiap subjek. salah satu caranya adalah komunikasi ringan antara penyampai dan subjek.
komunikasi memang sangat penting, tapi terkadang penyampai lupa kalau subjek terkadang malu atau takut menyampaikan inspirasi, yang ingin disampaikanya dikarenakan penyampai kehumasan terlalu serius,seharusnya penyampai menyampaikannya dengan santai namun tetap dalam koridor bahan yang sedang disampaikan, selain itu penyampai juga harus memberikan spirit pada subjek tersampai bisa terinspirasi dan unek-unek yang ada bisa disampaikan dan penyampaian kehumasan bisa berjalan dengan baik.hal ini bisa menimbulkan sugesti yang baik dan subjek dapat mengingat apa yang tersampaikan,jadi penyampai kehumasan harus benar-benar pintar dalam berbicara.
namun dalam hal ini terkadang penyampai kehumasan bisa lupa dan mengabaikan akan tanggung jawabnya. maka terkadang dalam pembelajaran, penyampai humas harus belajar untuk mencari kepercayaan diri akan citra dirinya.Salah satu penyebab mengapa orang dapat membangun citra dirinya dan ada pula yang tidak adalah karena adanya “faktor ketidakpastian”. Seberapa besar ketidakpastian yang dapat seseorang prediksikan untuk membangun citra dirinya akan mempengaruhi besarnya niat, usaha, maupun keinginan orang tersebut untuk membangun citra bagi dirinya. Oleh karena itu yang diperlukan oleh manusia untuk membangun jiwa kehumasannya adalah “kemampuan”. ketika seorang humas harus berkamuflase dengan keadaan papapun kedaan bisa disesuiakan. namun juga dalam batas-batas tertentu.
Membangun jiwa kehumasan dalam hubungannya dengan menciptakan citra diri yang positif sangat beragam bentuk dan caranya, antara lain sebagai berikut:
a.Membangun sistem humanistik
Sistem humanistik adalah sistem kemanusiaan yang sejatinya selalu ada dalam diri setiap makhluk Tuhan. Sistem humanistik dapat dibangun dengan mulai saling berbagi terhadap sesama yang membutuhkan. Jika sistem humanistik ini dapat terencana dengan baik, maka alhasil jiwa kehumasan dapat terealisasi dengan baik sebagi contoh seorang perawat kesehatan, yang memiliki jiwa kehumasan dalam hubungannya dengan sistem humanistik, antara lin dengan membeerikan pertolongan kepada pasien yang sedang menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit. Citra positif seorang perawat tersebut mencerminkan symbol , bahwa di dalam dirinya telah mengalir darah kehumasan yang sejatinya tertuang dalam pertolongannya menyembuhkan orang sakit.
b.Memberikan kepercayaan
Kepercayaan adalah salah satu kunci yang dapat menumbuhkan jiwa kehumasan dalam tiap individu. Hal ini berkaitan dengan fungsi seorang humas, yang tiap detik, dan tiap menit selalu berhubungan dengan orang lain. Dengan memberikan modal kepercayaan yang baik, tapi tetap berada dalam batas yang terorganisir, maka klien kita akan merasa dihargai dalam kedudukannya sebagai partner kita. Misalnya ketika dalam sebuah tim kesebelasan sepakbola, yang didalamnya harus terjalin komunikasi yang intern dan ekstern. Dengan mengaplikasikan sistem kepercayaan yang telah ada pada diri masing-masing pemainnnya, maka pada dasarnya secara tidak langsung, maka jiwa kehumasan telah bersemi dalam diri pemain tersebut. Kepercayaan sangat tinggi komitmennya, bisa kita bayangkan jika dalam sebuah tim kesebelasan sepakbola tersebut, tidak ada unsur rasa kepercayaan yang besar kepada pemain yang lain untuk menggiring bola, niscaya pertandingan tersebut akan mengalami kegagalan yang besar. Kepercayaan itulah yang dapat mendorong seorang pribadi untuk memupuk citra positif pada dirinya.
c.Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain
Dengan memiliki sifat sensitif yang kita tanamkan pada diri dan orang lain,akan mempermudah kita melakukan interaksi pada orang lain, baik melakukan komunikasi maupun bekerjasama dalam melakukan sesuatu.
Sekali lagi, komunikasi dan kerjasama adalah pilihan seorang humas agar berhasil dapat menumbuhkan citra. Kepemilikan sifat sensitif ini, tidak lain adalah usaha seorang humas untuk menghargai setiap tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Bisa saja ketika dalam suatu pertemuan rapat kerja, terdapat berbagai pendapat yang datang dari berbagai pihak. Dan tentu saja pendapat tersebut beraneka ragam bentuknya.maka seorang humas harus dapat memiliki sifat sensitif atau rasa kepekaan yang tinggi kepada para peserta rapat yang lain, agar kelak keputusan yang diambil dapat mencapai mufakat.
d.Menumbuhkan rasa empati dan simpati.
Dengan memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi kepada orang lain, kita dapat dengan mudah mengetahui apa yang sedang terjadi dalam individu ketika melakukan proses kerjasama dengan orang tersebut. Rasa empati dan simpati memiliki andil cukup besar dalam menumbuhkan jiwa kehumasan seseorang. Rasa empati dan simpati ini saling berkaitan serta dengan ketiga hal diatas. Rasa empati dan simpati yang ditujukan seorang pemimpin perusahaan kepada anak buahnya, akibat musibah yang terjadi pada anak buahnya tersebut, menjadikan dirinya memiliki citra positif yang baik di mata anak buahnya. Hal ini jelas secara langsung dapat menumbuhkan jiwa kehumasan yang lain pada anak buahnya yang lain
e.Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung.
Sangat tepat, bahwa lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual adalah lahan basah yang baik sebagai tempat untuk menumbuhkan jiwa kehumasan yang sangat baik. Pada dasranya jiwa kehumasan yang terbentuk pada diri seseorang adalah sebagi bentuk manivestasi kenyataan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang melingkupinya. Dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal tiap individu, maka proses penciptaan diri yang positif akan dapat tercapai dengan baik. Dengan memahami tentang seluk beluk yang terjadi dalam lingkungan tersebut. dan diharapkan semua hal tesebut akan berjalan dengan benar.

Nama: Dian Dewi Safitri
NRM : 042074230
PNB 2004

Anonim mengatakan...

Saya setuju sekali ada asumsi bahwa pada dasarnya semua orang memiliki jiwa dan naluri kehumasan. Agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya yang dilakukan seseorang adalah mencoba mempelajari, memahami strategi, dan mekanisme yang ada dalam kehumasan. Hal ini bisa didapatkan melalui proses belajar untuk mencari tahu, proses interaksi, komunikasi, osialisasi dan pengalaman seseorang.
Untuk membangun citra diri, seseorang perlu menumbuhkan adanya sadar diri pada masing-masing individu serta keberanian untuk menunjukkan eksistensinya. Dalam hal ini komunikasi mutlak diperlukan untuk dapat berinteraksi dengan khalayak. Sehingga tumbuhlah ide-ide baru yang akan mengantarkan seseorang untuk memperoleh bekal pengetahuan guna mendalami jiwa dan kehumasan pada dirinya. Sehingga menumbuhkan kepercayaan diri bahwa dia mampu untuk menunjukkan kemampuannya.
Sedangkan orang yang belum mampu menunjukkan citra dirinya bukan berarti mereka tidak sanggup. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain kurangnya rasa percaya diri, kurangnya berinteraksi dan bersosialisasi yang akan menyurutkan keberaniannya menampilkan diri di depan public. Faktor penghambat inilah yang perlu dihilangkan dengan cara merubah pola pikir seseorang kearah yang lebih terbuka. Sehinnga diharapkan akan lahir jiwa kehumasan atau bahkan praktisi kehumasan yang memiliki beberapa keistimewaan, antaralain:
1.Mampu menghadapi semua orang yang memiliki aneka ragam karakter
2.Mampu berkomunikasi dengan baik
3.Mampu mengorganisir segala sesuatu
4.Memiliki integritas baik dalam profesi maupun dalam kehidupan pribadinya
5.Mampu berimajinasi, artinya daya kreatifnya cukup baik sehingga dia mampu membuat jurnal interaksi.
6.Mampu memperoleh “link” sebanyak-banyaknya dan memiliki akses informasi yang seluas-luasnya.

Novia Rahayu R
042074034
PR 2004
email: novi_dysa@yahoo.com

yulia ti mengatakan...

Assalamualaikum bapak suyatno. Saya selalu salut kepada bapak dan saya bangga memiliki dosen seperti bapak, yang selalu memberikan inovasi terbaru dalam penugasan dan juga dapat membuat mahasiswa yang nantinya menjadi guru tidak katrok lagi dalam masalah teknologi, ya..tidak gaptek gitu.
memang manusia sejak lahir sudah memiliki jiwa kehumasan.bayi sejak lahir memiliki jiwa kehumasan contohnya saja ia bisa menarik siapapun untuk menyayangi dan selalu ingin membuat dia tertawa, Begitupun juga dengan kita sebagai orang dewasa yang harus dapat memiliki jiwa kehumasan dalam diri kita, tujuannya yakni dapat mempromosikan diri kita kepada orang lain walaupun dari sisi kebaikan dan keburukan kita.
Nah,agar kita selalu memiliki jiwa-jiwa kehumasan maka yang harus diperlukan adalah:
1. Memiliki kedisiplinan dan keberanian untuk mempromosikan dirinya, karena jika keberanian dan kedisiplinan tidak muncul pada diri kita, maka kita akan merasa takut melakukan segala sesuatu
2. Harus memiliki integritas dan disiplin untuk memenejemen waktu, karena jika kita tidak disiplin dalam mengelola waktu maka dia tidak akan berhasil mencapai sesuatu itu,dan juga hidupnya akan berantakan.
3. Harus menengembangkan kretivitas yang ada pada dirinya jika tidak dikembangkan hal yang satu ini,maka orang lain tidak akan tahu bagaimana kemampuan dan kelebihan kita.
4. Harus selalu ramah tamah serta sopan dengan orang lain, dan jangan pernah membuat orang lain merasa kecewa dengan kita, karena jika hal itu terjadi maka kepercayaan orang kepada kita akan memudar dan dengan begitu kita membutuhkan waktu yang lama untuk membangun image baik pada orang lain.
5. Jangan pernah ragu-ragu dalam mengambil keputusan, karena orang akan mengira kita selalu tidak tegas dalam segala hal atau yang biasa disebut plin-plan.

Dengan menerapkan jiwa-jiwa kehumasan, maka kita akan dapat menunjukkan jati diri kita dan selalu percaya diri dalam melakukan segala hal, dan segalanya akan terarah. Terima kasih

hai teman-temanku jangan lupa mengunjungi blog aku ya! karena saran dan kritik kalian akan selalu aku butuhkan.

Gresik,3 April 2008
nama:yuliati
no.reg:042074243/PNB'04
jurusan pendidikan bahasa dan sastra indonesia

Email:iyuliati@gmail.com
Blog:www.yuliatiku.blogspot.com

Unknown mengatakan...

Citra diri bisa dibilang sebagai sesutu kebutuhan yang mendasar bagi kita sebagai manusia yang terus menerus berhubungan dengan orang lain, citra diri hubunganya dengan humas adalah sesutu yang bersebelahan karena Jiwa kehumasan yang ada dalam diri setiap manusia pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang. Baik itu karena untuk pengakuan dirinya ataupun hal yang lainya yakni kebutuhan manusia untuk tetap exist dalam kehidupanya.
Citra diri melekat pada setiap orang, yang biasanya dapat dikenali dengan ciri fisik tertentu, contohnya bila kita berkenalan dengan seseorang yang baru pertama kali kita kenal maka yang akan kita lihat pertama kali adalah fisiknya. Orang yang dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pengembangan citra diri yang positif yang mampu ia kembangkan. Orang yang mampu melakukan atau memunculkan citra diri yang positif hal ini maka hubungan dengan masyrakat akan sukses.
Tentu saja tidak semua orang bisa menampilkan citra dirinya. Hal pertama yang diperlukan untuk menunjukan citra diri adalah kita harus dapat mengali potensi diri kita. Profesi yang berhubungan dengan orang banyak maka akan membutuhkan hal ini seperti saya sebutkan diatas. Dan profesi yang membutuhkan citra diri yang positif adalah seorang guru. Kita apabila mempunyai profesi sebagai seorang guru maka yang terdengar dari masyrakat atau pandangan masyrakat adalah orang yang patut dihormati karena profesinya. Kita tingal mengembangkan hal tersebut yakni dengan mengali potensi yang ada pada diri kita.
Pengembangan potensi diri kita guna mengembangan citra diri citra yang berlaku maksudnya citra yang berlaku ialah suatu pandangan yang melekat pada pada pihak luar mengenai sesuatu organisasi atau personal.citra ini terbentuk oleh banyangan orang tentang suatu yang sudah terbentuk secara lazim diketahui oleh masyrakat umum.citra diri yang kita kembangkan adalah citra diri positif atau yang baik. Kemudian kita tingal mengembangkanya. Seperti profesi guru yang diketahui oleh orang secara umum adalah orang yang bersahaja yang mendidik anak didiknya. Juga orang yang memiliki pengetahuan lebih pada suatu bidang sehinga umunya seorang guru dihormati masyarakat umum. Kita tingal memanfaatkan citra yang belaku pada masyarakat.
Citra kehumasan bersumber dari kesan atau impresi yang benar. Kita tidak bisa atau bersusah payah menunjukan bahwa seorang guru adalah pribadi yang sepurna karena hal tersebut tidak akan berhasil atau kita tidak bisa memberikan keadaan yang apa adanya. Yang kita kemas adalah kita sebagi guru juga merupakan manusia biasa yang memiliki kelemahan.
Masyarakat umum akan lebih menghargai kita jika fisik kita sesuai dengan pemikiran mereka sebagai seorang guru yang wajib ditiru, dapat kita mulai pemnagunan citra kita dengan memakai pakaian yang pantas. Atau dengan sifat yang sesuai kita harus mengunakan kata-kata yang sopan.
Peneyebab orang tidak bisa menampilkan citra diri karena ia tidak mampu mengetahui kualitas yang ia punyai, umunya hal ini terbentuk atau terjadi karena sikap kita yang tidak disukai oleh orang lain. Sikap itu antara lain antipati,kecurigaan,masa bodoh , dan lalai.
1.Antipati, sikap ini membawa kita kepada sikap yang akan dimusuhi oleh pihak lain karena tindakan kita yang tidak disukai oleh orang lain.kita tidak bisa melihat seseorang dari penampilan fisiknya saja atau memandang orang lain lebih rendah derajatnya dari kita.
2.Kecurigaan, adalah lebih berat untuk mengatasi rasa curiga daripada sikap antipati, karena prasngka biasanya berakar lama dan diwarisi dari keluarga, pendidikan, etnis, atau malah geografis. Banyaknya orang yang curiga kepada kita sangat membayakan citra kita, diatasi dengan sikap yang terbuka dengan orang lain agar memahami diri kita .
3.Masa bodoh, ialah rasa yang tidak tertarik kepada yang sudah umum kita lakukan kesalahan apabila hal itu kita biarkan maka mengacuhkan hal-hal yang sebenarnya tidak kita lakukan tidak kita lakukan maka menjadi hal yang dapat menampilkan citra positif akan megakibatkan kita tidak bisa menampilakan citra diri kita.
4.Lalai, dalam dunia yang komplek ini setiap orang terdorong untuk mengabaikan banyak hal, tak bisa dielakan. Ada masanya orang bersikap dengan segajah menundah sesuatu perkerjaan yang mengakibatkan hal itu tidak kita laksanakan.
Itulah sikap yang menyebabkan seseorang tidak bisa menmpilkan sikap diri, kita harus menghindari hal tersebut jika ingin menampikan citra diri positif kita. Pembentukan citra diri sangat dibutuhkan politisi baik itu untuk mengakat popularitasnya atau bila ingin menghancurkan lawan politiknya.
Apa yang diperlukan kita untuk membangun jiwa kehumasan adalah mengetahui pentinganya manfaat kehumasan bagi kita, karena sebenarnya kita atau bisa dibilang setiap orang mengalami humas, kecuali adalah sejenis manusia yang seperti tarzan yang tidak perna bertemu dengan manusia yang lain. Yang perlu kita kembangan adalah bagaimana membangun hubungan dengan orang lain guna meningkatkan citra positif kita.
Hal ini dapat kita lakukan dengan pembangunan atau pembiasaan sikap positif yang kita lakukan. Karena humas merupakan bentuk komunikasi dengan begitu yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita mengkomunikasikan kemauan kita dan mengkomunikasikan citra diri kita kepada orang lain. Kesan-kesan apa yang harus kita berikan kepada orang lain agar menarik atau bisa juga kita akan disukai .
Kita harus membuat pembeda dengan orang lain jika kita mengingikan selalu diingat orang lain. Seperti dalam kampanye pemilihan calon gubenur salah satu valon gubenurnya mengunakan ciri fisik sebagai ciri fisik pembeda dengan calon lain. Memang dilihat dari fungsi yang sempit humas bebeda debgan iklan tetapi bila dilihat dari fungsi lebih kecil fungsinya humas sama dengan iklan yakti pemunculan citra diri.
1.Di mana posisi kita sekarang ?
2.Apa yang tidak diketahui masayarakat dan yang dietahui masyarakat tentang kita.
3.Apakah kita mempunyai salah padang terhadap sikap masyarakat.

Nama : PRASETYO GANES ROBENSAH
No : 042074015
: Pr 04

pendidikan dalam bingkai esai mengatakan...

Dian Komalasari
042074029 (PR-04)
indonesiaselayangpandang.blogspot.com


Salah satu perwujudan tindakan kehumasan seseorang adalah erat kaitannya dengan penciptaan citra diri yang dapat dilihat baik dari perilaku, penampilan, dan tanggapan pribadi itu sendiri. Agar tindakan kehumasan seseorang sesuai dengan strategi dasar kehumasan, maka seseorang tersebut harus mampu menciptakan gambaran dan kesan diri di mata orang lain sebagai seorang pribadi sesuai dengan yang diharapkannya. Tentu saja gambaran yang dimaksudkan adalah citra diri yang positif, bukan sesuatu yang sifatnya negative seperti gossip yang didengungkan oleh beberapa artis untuk dapat mendongkrak popularitas, meskipun gossip tersebut terkadang harus dibayar mahal dengan perolehan citra diri yang negatif. Bukan suatu konsep ‘terkenal’ tetapi lebih kepada konsep ‘tercemar’. Oleh karena itu, citra diri yang positif ini harus dibangun dengan landasan (strategi dasar kehumasan) melalui kemampuan menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kapasitas diri melalui sikap yang wajar, sikap yang tidak dibuat-buat, dan tidak berlebihan dengan tetap mencerminkan sikap simpatik; keterdorongan diri untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang baik kepada setiap orang; menunjukkan integritas diri sebagai pribadi yang utuh dan jujur; serta mampu memandang segala sesuatu dengan berbagai sudut pandang untuk suatu penyelesaian masalah dan penentuan sikap yang tidak hanya dari kaca mata diri sendiri tetapi juga memposisikannya dari kaca mata orang lain.


Konsep tentang citra diri seseorang selalu memunculkan efek yang tertunda. Artinya, citra diri seseorang itu diperoleh tidak secara langsung dan simultan tetapi melalui suatu proses perubahan, perkembangan, dan perbaikan diri. Citra diri itu perlu dibangun atau diciptakan dengan mengidentifikasi gambaran atau kesan seperti apa yang ingin dibentuk di mata masyarakat. Ada beberapa factor yang melatarbelakangi kemampuan menunjukkan atau membangun citra diri seseorang, antara lain:
• Kemampuan menjalin komunikasi dengan semua orang yang memiliki aneka ragam karakter baik secara lisan, tulisan, maupun visual. Semakin baik kemampuan menjalin komunikasi seseorang, maka semakin baik pula potensi atau kemampuan yang dimiliki untuk membangun citra diri.
• Kemampuan mengorganisasikan diri, dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri di setiap kondisi yang dihadapi. Pengorganisasian diri ini mencakup lingkup perencanaan, pelaksanaan, pengantisipasian masalah, dan keterlanjutan proses kedepannya agar lebih baik.
• Kemampuan bergaul atau membina relasi, dimana kemampuan ini sangat ditunjang leh adanya kemampuan menjalin komunikasi yang baik. Kemampuan bergaul atau membina relasi ini juga harus didukung dengan kepribadian yang bersifat terbuka dan peduli dengan menghindari sikap tertutup atau eksklusivisme.
• Perwujudan integritas diri dengan landasan sikap jujur, tanggung jawab, dan kepercayaan diri. Setiap permasalahan yang mucul harus dihadapi untuk sebuah pencapaian tujuan yang lebih baik dan bukan pencapaian tujuan yang lebih mudah.
• Pemilikan cita, mimpi, dan imajinasi yang diiringi dengan semangat, kemauan, dan kerja keras untuk mencapainya. Cita, mimpi, dan imajinasi itu penting karena dapat menjadi suatu dorongan dari dalam diri yang begitu kuat pengaruh dn kekuatan yang dimunculkannya. Sastrawan besar seperti Pramoedya pernah mengatakan bahwa “Melalui mimpi kita menggapai dunia, bila telah menggapai dunia janganlah mimpi karena semuanya telah kau miliki”


Setiap orang telah memiliki jiwa kehumasan yang telah melekat alami sejak lahir. Tetapi jiwa kehumasan juga perlu dikembangkan sebagai penunjang keterbangunan citra diri seseorang yang telah terbukti bahwa kcmampuan membangun citra diri antara satu orang dengan yang lainnya berbeda. Untuk membangun jiwa kehumasan seseorang perlu menumbuhkembangkan: sikap simpatik dengan menaruh kepedulian terhadap sesama dan lingkungan; menepis pandangan yang bersifat skeptis maupun sikap kecurigaan dan masa bodoh dengan suatu minat positif kearah penerimaan dan pengertian; pemaknaan diri melalui sebuah perilaku jujur, optimis, dan bertangung jawab; sikap keterbukaan dengan tidak menutup diri atas kritik sebagai suatu sarana perbaikan dan pengembangan diri; kesadaran akan arti pentingnya kebutuhan untuk menjalin dan membina komunikasi dan hubungan yang baik.

majas mengatakan...

Tindakan yang harus dikukan oleh seseorang agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya adalah komunikasi dua arah dengan publik yang bertujuan untuk menimbulkan saling pengertian, saling percaya, dan saling membantu. Setiap orang padadasarnya selau mengalami humas, karena setiap orang butuh untuk bersosialisasi dan berkomunikasi. Dengan mengadakan komunikasi itulah pikiran kita terbuka, emosi dan pikiran kita disentuh kemudian kita bisa saling mengetahui atau mengenal seseorang sehingga terciptalah saling pengertian. Ungkapan "tak kenal maka tak sayang" pada banyak fenomena memberikan jalan disitulah humas berawal. Jadi kegiatan humas dimulai dari menjawa pertanyaan-pertanyaan 1) Siapa, apa, bagaiman, di mana, dan mengapa (diri)kita 2) Sudahkah orang mengenal kita? 3) Apa yang sudah diketahui orang tentang kita? 4) Apa yang seharusnya diketahui orang tentang kita? Pada akhirnya dalam membuat publik saling mengenal. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, dan budaya masing-masing. dengan demikian aktifitas kehumasan harus menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti.
Semua orang mempunyai jiwa kehumasan yang melekat sejak lahir. Jiwa kehumasan tersebut poada perkembangan berikutnya ada yang muncul dalam diri manusia sebagai sesuatu yang dominan yang mampu menunjukkan citra dirinya. Salah satunya yaitu rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang dimiliki setiap orang memiliki kadar yang berbeda, karena rasa percaya diri itu dibangun dengan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang. Jika seseorang sering bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang sekitarnya maka ia cenderung memilik rasa percaya diri. Dia merasa yakin apa yang telah dilakukannya itu benar menurut orang lain. Bahkan ia membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita. Hal itu merupakan suatu kecenderungan yang wajar, karena hampir semua orang memang menyukai fantasi. Berbeda dengan orang yang jarang bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Dia akan sulit unutk membangun citra dirinya, karena kurangnya aktifitas komunikasi yang dilakukannya sehingga orang tidak mengetahui dan mengenal kepribadiaannya. Rasa percaya diri yang dimilikinya sedikit sekali. sehingga dia cenderung tidak percaya dan tidak pernah tahu akan citra diri yang dimilikinya.
Hal yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasannya yaitu dengan komunikasi yang dilakukan manusia dengan orang sekitarnya sehingga orang lain akan saling mengetahui, mengenal, dan mengerti akan diri kita. Dengan terpeliharanya dan terbentuknya saling pengertian antara manusia, maka kan terbentuk pula siklap saling percaya. Untuk mencapai tujuan saling percaya ini prinsip-prinsip komunikasi persuasif dapat diterapkan. Sikap saling percaya ada pada keyakinan seseorang akan kebaikan atau ketulusan orang lain. Kebaikan atau ketulusan masing-masing dapat diukur dengan etika moral maupun materiil yang ditanamkan dan ditunjukkan masing-masing. Di sinilah humas menggunakan prinsip-prinsip komunikasi persuasi. Dengan kepercayaan tersebut maka perilaku positif dapat diraih dan terbentuklah citra yang baik sehingga diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama nyata dalam bentuk perilaku atau termanifestasikan dalam bentuk tindakan tertentu.
Nama : Sri Eka Hidayati
NIM : 042074022/PR 04
blog: chada23-unesa
alamat email: echa_chada@yahoo.com

singa_raja mengatakan...

Humas selama ini kerap diartikan sebagai perihal yang berhubungan dengan masyarakat atau khalayak. Ada beberapa alasan dalam pelaksanaan tindakan humas yang menyimpang dari strategi dasarnya, diantaranya mngkin terdapat adanya persaingan dalam sebuah kinerja misalnya antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Dilihat dari fungsinya, humas menjembatani antara perusahaan/instansi dengan public atau khalayak. Di samping dengan khalayak, humas juga berperan penting di dalam perusahaan itu sendiri. Apabila nantinya terjadi adanya konflik atau problem dalam perusahaan tersebut humas bertugas sebagai penengah. Dalam kenyataan pelaksanaannya, sebagian besar humas memang sering melakukan tindakan yang menyimpang. Alasannya dengan cara seperti ini, untuk mencapai keberhasilan dari humas akan dapat tercapai dengan kata lain humas menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan daripada humas itu sendiri. Tetapi ada juga sebagian dari humas yang pelaksanaan kinerjanya yang sesuai dengan strategi dasarnya.
Sedangkan tindakan seseorang yang harus dilakukan dalam kehumasan agar sesuai dengan strategi dasarnya adalah dengan lebih meningkatkan sosialisasi dengan masyarakat, misalnya dengan membuka diri seluas-luasnya dalam menaerima masukan-masukan, lebih memperluas hubungan/kerjasama dengan orang lain, bisa juga mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kehumasan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jiwa kehumasan itu pada dasarnya sudah melekat pada diri masing-masing seseorang, bisa juga dikatakan telah melekat sejak lahir. Tetapi kenapa masih ada seseorang yang mencari citra dalam dirinya? Hal ini disebabkan karena seseorang tersebut kurang mengakui dan percaya bahwa dirinya mempunyai jiwa kehumasan. Jika seseorang yakin dan percaya bahwa dalam dirinya memiliki citra dan yakin, maka dia tidak akan memiliki rasa tidak mampu mencitrakan dirinya sendiri. Sedangkan untuk alas an seseorang mampu menunjukkan citra akan dirinya yakni seseorang tersebut memang memiliki kemampuan dan ingin diakui oleh orang lain bahwa dirinya itu benar-benar mampu mencitrakan dirinya sendiri kepada orang lain.

Lebih ditekankan lagi bagi seseorang yang ingin membangun jiwa kehumasanhendaknya lebih meningkatkan pensosialisasian dirinya. Kehumasan sendiri mengandung makna hubungan dengan masyarakat. Maka dari itu hubungan yang baik dengan masyarakat sangatlah menjadi cara utama untuk membangun jiwa kehumasan. Tidak hanya itu saja, seseorang yang dikatakan memiliki jiwa kehumasan harus mampu menggaet masyarakat atau public dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan dari humas itu sendiri.

Tulisan Kreatif mengatakan...

Nama : Ahmad Shofi
NRM : 042074255/PNB ‘04
e-mail : fandi.juventini@gmail.com
blogspot : www.karya-dhewe.blogspot.com

Manusia dalam membangun jiwa kehumasannnya minimal harus mempunyai kepribadian yang matang. Kepribadian yang matang merupakan label positif bagi orang yang dianggap telah mencapainya. Sayang, banyak orang tak pernah berpikir menjadi matang. Padahal, kepribadian matang merupakan ukuran perkembangan kepribadian yang sehat.
Tulisan ini menyajikan kriteria yang lebih utuh mengenai kepribadian yang matang dari seorang sesepuh yang ikut merintis Psikologi, yakni Gordon W. Allport (1897-1967). Hingga saat ini teori-teorinya (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat.
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut "partisipasi otentik".
Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, berhubungan dengan banyak orang, atau ide, sejatnya ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan masyarakat, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
2. Relasi Sosial yang Hangat
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
3. Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik.
4. Persepsi Realistis
Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
Artinya, orang-orang sehat selalu memandang dunia secara objektif.
5. Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu tersebut semakin matang.
Orang yang memiliki objektivitas terhadap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif).
7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness).
Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku begini." Terarah tidak harus pasti, tetapi memilih yang terbaik di antara yang paling baik.
Uraian di atas dapat diartikan bahwa kepribadian yang matang adalah kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan dengan bijaksana. Dengan menguasai kepribadian yang matang, saya yakin setiap pribadi akan mempunyai jiwa kehumasan yang mantap. Selain itu, dia juga akan mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan masa dewasa dengan baik, seperti memiliki pekerjaan dan filsafat hidup yang bagus, kondisi batin yang stabil, dan percaya akan citra dirinya sendiri.
Untuk dapat memiliki citra yang baik, perlu adanya profesionalitas di dalam diri seorang humas (PR). Fungsi dan peran humas dapat diibaratkan sebagai indra pada manusia seperti halnya sering disamakan dengan telinga untuk mendengar tentang apapun yang terjadi. Selain itu, dapat juga diibaratkan sebagai mata, yang mampu melihat apapun, serta sebagai mulut, yang harus bisa menyampaikan dinamika yang dihumasinya. Sedangkan eksistensi dari humas itu sendiri dapat ibaratkan seperti wajah, yang nantinya akan nampak bagus atau tidaknya.
Kita memang bukan manusia yang serba sempurna. Kita memang belum dapat juga dibilang humas yang oke. Tapi sebagai manusia, kita harus tetap berusaha, karena berubah gak bisa langsung menit itu juga.

Kunjungi blog saya juga donk... Trims!

8_Oktav mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Selamat pagi Pak Yatno, terima kasih telah memberikan ulangan tengah semester yang mampu menantang kita agar mau berselancar di dunia maya.
Saya setuju dengan Bapak, bahwa pencitraan diri dimulai seseorang dari dalam buaian hingga liang lahatnya.
Menurut saya, manusia memiliki kemampuan alami untuk mencitrakan dirinya bersamaan dengan perkembangan kognitifnya. Tapi bukan dari segi nurture saja, tetapi lingkungan juga berpengaruh. Lingkungan memberikan rangsangan atau stimulus pada manusia untuk mencitrakan diri sebagai responnya. Misalnya seorang laki-laki yang ingin menarik perhatian perempuan yang disukainya. Dia akan melakukan segala cara untuk memikat incaran hatinya. Dia akan mencitrakan dirinya sopan, baik,sholeh dan taat beragama sesuai dengan keinginan perempuan. Laki-laki yang semula berpakaian lusuh dan kurang rapi tiba-tiba menjadi pribadi yang rapi, wangi, dan tampan.Lingkungan juga berperan sebagai pendorong kegiatan kehumasan baik bagi diri sendiri,organisasi dan perusahaan/instansi.Bagi organisasi dan perusahaan/instansi, lingkungan dalam bentuk masyarakat merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan kehumasan. Apapun caranya dilakukan seorang humas untuk membuat kesan baik di masyarakat.

Seseorang dapat memunculkan citra dirinya apabila dia sudah mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya. Citra diri akan nampak bila orang tersebut mampu menampilkan citra positif kelebihan dirinya dengan perilakunya. Sedangkan kelemahannya dapat diatasi dengan baik melalui penguasaan diri yang harus dilakukan secara konsisten.
Dengan mengenal kelebihan dan kelemahan dirinya, maka terbentuklah jati diri yang kuat dan dinamis. Apabila seseorang telah mengenal jati dirinya, itulah kekuatannya untuk menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan orang lain sehingga memeroleh perhatian untuk pencitraan dirinya.
Mengenali jati diri juga akan membuat seseorang menjadi percaya diri,optimis, berkemauan keras, mampu berkomunikasi dengan orang lain, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.Mengapa demikian? karena kesadaran diri seseorang itulah yang membentuk sebuah citra. Kesadaran untuk menjalin hubungan dengan orang lain muncul karena kebutuhan bersosialisasi dengan sesama manusia.
Kesadaran manusia untuk bersosialisasi itulah yang menimbulkan keberanian, kedisiplinan, dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi publik. Jika keberanian telah muncul secara tidak langsung kedisiplinan untuk mencitrakan diri harus diterapkan pula.
Setelah konsisten berpromosi, akan timbullah kemampuan untuk mempengaruhi publik.
Maka dari itu, kehumasan untuk mencitrakan diri merupakan proyeksi secara berkala terhadap diri seseorang dengan memanfaatkan potensi kelebihan dalam diri kita dan meminimalisasikan kelemahan kita di mata publik. Terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb
Aufwiedersehen


Nama :Adek Dwi Oktaviantina
No.Reg:042074244/PNB 2004
Email: Seta_li@yahoo.com
8_oktav@gmail.com
Blog:www.8oktav-adekdwi.blogspot.com

karangan mengatakan...

Tindakan yang dilakukan humas pada dasarnya berpedoman pada strategi humas yang telah dirancang atau direncanakan. Namun kenyataannya, hal tersebut tidak selalu sepenuhnya terjadi. Dimungkinkan, tindakan humas menyimpang dari startegi yang telah direncanakan semula akibat berbagai faktor, misalnya strategi yang telah disusun tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, dan sebagainya.
Agar tindakan seorang humas sesuai dengan strategi dasar yang telah disusun, maka hal-hal yang perlu dilakukan, misalnya.
(1) Berusaha untuk menempatkan diri dalam berbagai situasi. Menjadi bunglon dalam beberapa kesempatan juga perlu dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar lingkungan baru dapat menerima kita, sehingga proses adaptasi berlangsung lebih cepat, namun tanpa mengurangi nilai-nilai pada prinsip yang kita anut.
(2) Meningkatkan potensi diri melalui kegiatan-kegiatan yang dapat menambah pengalaman serta memperkaya ilmu.
(3) Tidak akan turun derajad seseorang ketika bertanya kepada orang lain mengenai suatu hal yang masih mengganjal. Melalui kegiatan diskusi, kita dapat bertukarpikiran, bertukar pendapat sehingga menambah wawasan kita.

Penyebab mengapa seseorang mampu menunjukkan citra dirinya.
(1) Pada dasarnya setiap orang pasti memiliki kelebihan yang belum tentu dimiliki orang lain. Dalam hal ini, orang tersebut mampu mengolah kelebihan yang ada pada dirinya, sehingga bermanfaat bagi orang lain, dan hal tersebut dapat membangun citra dirinya.
(2) Kemampuan orang tersebut dalam bersosialisasi dengan baik, sehingga menimbulkan kesan positif bagi orang lain (masyarakat).
(3) Karena orang tersebut merasa dihargai di masyarakat, tidak merasa tertekan, sehingga dapat leluasa mengembangkan segala potensi positif yang ada pada dirinya.
(4) Memiliki rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi. Potensi baik tanpa didukung kemandirian dan rasa percaya diri maka akan sia-sia belaka. Sebab rasa percaya diri merupakan suatu bentuk keberanian seseorang dalam bertindak sesuatu tanpa tekanan.
(5) Orang tersebut merasa cocok dengan lingkungannya. Citra diri seseorang tidak akan nampak dan muncul tanpa dukungan lingkungan (masyarakat). Apabila orang tersebut dapat diterima di masyarakat, tak heran bila citra dirinya muncul seiring proses bersosialisasi.

Penyebab mengapa seseorang tidak mampu membangun citra dirinya, tidak pernah tahu, bahkan tidak percaya akan citra pada dirinya.
(1) Lingkungan (masyarakat) tidak atau kurang mendukung apa yang menjadi pola pikir seseorang tersebut.
(2) Prinsip hidupnya bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.
(3) Hidupnya merasa tertekan, selalu merasa tidak nyaman. Dan ketidaknyamanan tersebut akhirnya dapat membawa dirinya terpuruk pada pikiran-pikiran negatif yang akan menghantui kehidupannya.
(4) Kurang dapat bersosialisasi terhadap lingkungan, sehingga pengalaman sebagai guru terbaik tidak dapat membantu proses belajarnya.
(5) Merasa minder, sehingga dia kesulitan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya.
Hal-hal yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasannya.
(1)Keberanian untuk menunjukkan jati dirinya.
(2)Menghargai pendapat dan kepentingan orang lain.
(3)Memiliki kemauan untuk terus belajar.
(4)Memiliki rasa keingintahuan yang kuat, yang akan mendorong dirinya agar mencari tahu apa yang belum dia ketahui yang akhirnya membawa dirinya pada proses mencari pengalaman.
(5)Mampu bersosialisasi terhadap lingkungan.
(6)Dapat membina hubungan baik dengan lingkungan (masyarakat).

Wassalam,
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali:)

DHESY PURWANDHANY
042074013

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb,

saya sangat menikmati pengajaran pak Yatno yang menarik dan inovatif dan membuat saya betah di kelas.
Menurut pandangan saya, kehumasan memerlukan usaha secara intensif bagi siapa saja yang ingin mencitrakan dirinya. Sejak kita masih bayi, kita sudah membutuhkan perhatian dari orang lain. Perhatian kita butuhkan saat kita ingin memenuhi kebutuhan dasar kita seperti makan,minum dan membuang hajat. Pada saat bayi kita mencitrakan diri sebagai seseorang yang masih membutuhkan banyak perhatian..

Syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang humas adalah rasa percaya diri dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Seorang humas memiliki kesadaran untuk bersimpati dasn berempati terhadap permasalahan seseorang dalam setiap penampilannya. Seorang humas juga memiliki keberanian untuk menampilkan dirinya dalam bungkus kepribadian yang positif.

Sifat yang harus dimiliki oleh seorang humas yaitu kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi.Dengan berkomunikasi, kemampuan dan skill seseorang dapat dikenal. Contoh yang dapat dilihat adalah acara Superseleb Show, Super mama seleb concert dan Superstar show. Pada acara tersebut, peserta harus bisa mengenalkan dirinya pada juri voters agar dipilih. Berbagai cara dilakukan oleh peserta untuk mempromosikan dirinya. Banyak yang menunjukkan keahlian mereka dengan bermain sulap, menari jaipongan, melawak, dan berbagai unjuk keterampilan lainnya. Promosi diri merupakan alat hipnotis bagi orang lain.
Kita bisa menghipnotis orang lain jika kita mampu berkreasi, percaya diri, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Nama :Meizir Achmady
No.Reg : PNB 2004/0420742
email: Qmeizir@gmail.com

Unknown mengatakan...

Assalammualaikum Wr.Wb
Dalam hidup tak dipungkiri bahwa setiap orang selalu bercermin pada pada dirinya sendiri untuk bisa tampil yang terbaik dan sempurna dihadapan masyarakat, hal ini adalah salah satu usaha manusia untuk dapat menjalin hubungan dengan masyarakat luas atau sudah melakukan hubungan dengan masyarakat. Hal ini bertujuan dengan kita bisa mempersiapkan segala sesuatu ketika kita bepergian atau dimana pun kita berada dengan selalu bercermin didepan kaca untuk bisa berinteraksi, baradaptasi dengan lingkungan kita. kita akan bisa melihat diri kita sendiri setiap orang mengkoreksi diri, dan menepatkan diri dengan masyarakat
Sejak kecil manusia mempunyai jiwa kehumasan yang melekat dalam dirinya tinggal bagaimana cara kita melihat potensi yang ada dalam diri kita untuk bisa di tunjukan pada masyarakat dan bagaimana cara kita untuk menjalin hubungan kerjasama(interaksi yang baik dengan masyarakat). Potensi-potensi yang dimiliki setiap orang harus di publikasikan atau ditunjukan pada masyarakat luas agar masyakat tahu potensi yang kita miliki. Jika kita tidak percaya atau tidak yakin dengan potensi kita yang kita miliki atau diri kita sendiri mana mungkin masyarakat tahu potensi yang kita miliki , bahkan masyarakat luas tidak akan percaya pada diri kita mampu melakukan di masyarakat luas.
Cara untuk membangun jiwa kehumasan adalah (1)kita harus percaya diri akan potensi yang, kita miliki untuk dapat ditunjukan dimasyarakat luas agar mereka percaya kita bisa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat (2)kita harus memiliki atau membangun jiwa dengan memiliki sistem humanistik,(3) kita harus memiliki niat dan rasa tanggung jawab apabila kita ingin menjalin denagn hubungan luas (4) kita memiliki rasa emapti dan rasa simpati dengan apa yang terjadi dalam kehidupan yang adal dalam kehidupan kita dan masih banyak lagi
Yang terpeting dalam menjalin hubungan dengan masyarakat kita harus berinteraksi dengan baik dan menunjukkan potensi yang kita miliki pada masyarakat agar mereka mengetahuinya
NAMA : TITK SUBANDIYA
NIM :042074245 / PNB
Email : titiksubandiya@gmail.com

funchyantiq mengatakan...

Mengapa seseorang mampu menunjukkan citra dirinya. Kemudian, mengapa seseorang tidak dapat membangun citra dirinya.

Citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan atau organisasi; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang, atau organisasi (Canton, seperti dikutip Sukatendel, dalam Soemirat dan Ardianto. 2002: 111-112, dalam http://klipingut.wordpress.com/2007/06/13/lingkungan/)

Tak lepas dari teori, menurut pengalaman saya, seseorang mampu menunjukkan citra diri karena membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, dalam hal ini citra diri positif, antara lain:

Membangun Percaya Diri
Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

Meningkatkan Daya Juang
Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari orang dengan citra diri positif.

Menurut pengalaman saya (lagi) hehehe..., strategi membangun citra diri positif ialah sebagai berikut:

Persiapan
Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan meraih sukses. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berpikir Unggul
Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya.

Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap 'unggul' lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya.
Seringkali orang yang sudah berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Orang yang lebih rendah yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik.

referensi:
- Strategi humas dalam membangun strategi (pmrm.org/files/Suyanto1.doc)
- Strategi Humas PT di Era Kompetisi (www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/052007/04/0902.htm)
- Strategi Humas « KLIPING cyberMEDIA (http://klipingut.wordpress.com/2007/06/13/lingkungan/)

Yah, hanya itulah komen saya, Pak. Untuk hal mengenai seseorang yang tidak dapat membangun citra dirinya, saya tidak bisa mengomentari. Kurang lebihnya mohon maaf. Terima kasih.
Abdus Salam K. I
(042 144 016) Sastra Reg 2004

oia Pak, kunjungi juga blog saya ya !!!
http://artmagine-pleguk.blogspot.com/

Prasojoe mengatakan...

Manusia diciptakan dengan kesempurnaan kemampuan yang luar biasa. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia mempunyai suatu kelebihan yang berbeda-beda, akan tetapi kelebihan tersebut tidak akan muncul apabila setiap individu manusia tersebut tidak diasah atau dikeluarkan.
Sama halnya dengan jiwa kehumasan, setiap orang memiliki jiwa humas yang diperoleh sejak lahir. Akan tetapi jiwa humas tersebut akan menjadi sebuah “butiran kristal” yang berkilauan apabila sering diasah atau dilatih.
Modal dasar dalam mengasah atau melatih jiwa kehumasan adalah menumbuhkan rasa percaya diri, jiwa yang kreatif dan keberanian. Dengan rasa percaya diri, jiwa yang kreatif dan kebaranian seseoarang akan mampu menciptakan hal baru dalam hidupnya. Sesuatu yang dikatakan baru pastilah hal tersebut akan menarik. Seorang humas apabila menciptakan hal yang baru maka hal tersebut akan menarik bagi pihak lain (internal dan eksternal).
Dan kita juga sering menjumpai seseorang yang merasa tidak memiliki jiwa kehumasan, hal tersebut dikarenakan bahwa tidak adanya rasa percaya diri yang tumbuh dalam hidupnya dan jiwa kreatif yang kurang inovatif serta rasa kebaranian yang masih luntur.
Jadi dengan kata lain bahwa seorang humas harus memiliki rasa percaya diri yang tangguh, jiwa yang kreatif penuh inovatif dan rasa keberanian yang kuat.
Demikian komentar saya mengenai humas dalam arttikel bapak. Dan pastilah dalam komentar tersebut banyak kekurang, untuk itu kritikan ataupun komentar bapak saya harapkan!

Nama : Prasojo Dwi Saputro
NR : 042074253
Kelas : PNB 04
E-mail : Prasjoe@gmail.com
Pras_jojoe@yahoo.co.id

aku adalah aku mengatakan...

AGUS SALIM ZARKASIH
NIM : 042144221
KELAS : SRN 2004
2008 April 3
Penikmat sastra mengatakan...


Manusia adalah makhluk yang memiliki kekurangan dan kelebihan, bagaimana kita menyikapi dari kekurangan dan kelebihan tersebut. Dari perihal itu, jiwa kehumasan pada individu harus lebih ditonjolkan untuk menjaga humas. Jadi yang di perlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasannya adalah mengoreksi diri sendiri, itu adalah langkah awal untuk menunnjukkan citra diri. Ketika sadar siapa diri kita, mengerti kekurangan dan kelebihan akan jauh lebih baik jiwa humasnya. Orang lain memandang adalah dari citra yang di tunjukkan pada orang lain.
Dari pernyataan seperti itu, untuk menunnjukkan kehumasan pada orang lain atau masyarakat Yang pertama adalah menyampaikan diri sendiri kepada orang lain dengan sebaik-baiknya, menunnjukkan citra diri, karena citra diri ini orang lain atau masyarakat akan menilai. Kedua adalah mengerti orang lain, selalu memandang segala hal dengan sikap objektif dengan cara menjauhkan jiwa ini dari sifat egois dan harus mengerti siapa lawan bicara untuk menjaga humas agar lebih baik. Ketiga adalah komunikasi, karena komunikasi yang menjembatani diri ini dengan orang lain. Itu adalah hal yang paling utama untuk menunnjukkan jiwa kehumasan. Penyampain yang baik akan sangat memberikan kemudahan untuk menjaga humas.
Terkadang ada juga manusia yang tidak dapat menunnjukkan citra dirinya sendiri. Biasanya orang yang seperti ini kekurangan yang ada pada indifidu tersebut mendominasi akal fikirannya, tidak mau memanfaatkan kekurangan yang ada pada dirinya. Jika hal itu sudah terjadi maka jiwa kehumasannya sudah mati. Berbeda dengan orang yang bisa memnfaatkan kekurangan pada dirinya dan mencari kelebihan seperti apa yang ada pada dirinya yang kurang ini. Seperti yang sering kita lihat di layar televis, sebuah acara empat mata yang menghadirkan bintang tamu friska, wanita buta yang memiliki suara yang sangat indah, dia mengatakan “kekurangan pada diri saya adalah senjata”.

Kekurangan pada diri bukanlah suatu penghalang untuk menuju jiwa kehumasan, dari kekurangan yang ada kita cari dimana kelebihan pada diri ini.

naruto mengatakan...

Bila ditinjau secara etimologis kata “humas” berasala dari kalmiat “hubungan masyarakat”, atau mungkin lebih mudah kita artikan dengan hubungan antara seseorang dengan orang lain ataupun dengan suatu masyarakat. Seperti yang telah bapak contohkan bahwa sebelum bepergian kita merias wajah, menyisir rambut, dan menggunakan baju yang sesuai termasuk dalam tindakan kehumasan, hal tersebut sesuai dengan pepatah orang jawa yang mengatakan bahwa “ajining diri soko lati, ajining rogo soko busono”. Pepatah jawa tersebut mengatakan bahwa harga diri seseorang ditentukan dari perkataan yang ia ucapkan, sedangkan raga/fisik seseorang dinilai dari pakaian yang ia gunakan, pepatah tersebut sudah melekat dalam Masyarakat Jawa. Dalam Masyarakat Jawa selain harus menggunakan pakaian yang sesuai tapi juga “tindak tutur “ seseorang yang juga digunakan sebagian masyarakat jawa dalam menilai seseorang. Sesuai dengan uraian di atas hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita menjadi suatu humas adalah kita itu mampu beradaptasi dengan lingkungan yang akan kita tuju, misalkan kita akan pergi ke acara pernikahan kita akan pergi dengan menggunakan baju yang rapi atau kalau perlu kita akan menggunakan pakaian batik, berbeda kalau kita akan bermain sepak bola dilapangan yang tak harus menggunakan pakaian yang serba rapi untuk dapat diterima untuk bermain bola oleh para pemain lain, bahkan kita datang dengan celana pendek saja kita sudah bisa diterima merekan dengan baik (asal punya kaki untuk bermain sepak bola). Yang kedua adalah “tindak dan tutur”, “tindak “ disini diartikan dengan perilaku seseorang saat berada dalam satu tempat dengan orang lain ataupun dalam suatu masyarakat karena dalam Masyarakat Jawa sendiri terkenal dengan berbagai aturan suatu masyarakat yang sudah menjadi tradisi dalam berkelakuan antara orang sebaya dan orang yang lebih tua atau dalam bahasa jawa dikenal dengan “unggah-ungguh ataupun tindak-tandhuk”. Kata “tutur” disini yang dimaksudkan adalah cara seseorang dalam berbicara antara seseorang dengan orang sebaya dan dengan orang yang lebih tua, baik antar personal ataupun dengan suatu masyarakat. Dalam Masyarakat Jawa sendiri ngenal apa itu “bahasa ngoko, kromo alus, dan kromo inggil”. Pengenalan terhadap budaya suatu masyarakat saya rasa juga perlu karena Negara Indonesia mempunyai banyak sekali terdapat berbaga suku, agama, dan ras karena ada kemungkinan ketika kita melakukan penelitian ditempat yang asing bagi kita yang masyarakatnya sangat tertutup, walaupun masyarakat tersebut sudah menerima kita dengan baik karena kita sudah mematuhi berbagai macam aturan masyarakat setempat , tapi tradisi atau adat-istiadat mereka tidak dapat menerima kita karena kita ini orang asing bagi mereka ataupun ada hal-hal yang mereka sakralkan untuk orang asing. Jika kita mengalami hal seperti tersebut di atas menurrut saya penting sekali kita melakukan pendekatan secara personal dengan tokoh masyarakat setempat tapi tetap dengan tidak mengabaikan berbagai macam larangan dan aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut maka kita akan diterima dengan baik.
Sebenarnya semua orang bisa menunjukan citra dalam dirinya, meskipun ada yang belum bisa menunjukan citra dalam dirinya. Seseorang dalam menunjukan citra dalam dirinya sebagian besar di pengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun lingkungan masyarakat tempat seseorang tinggal karena dalam lingkungan tersebutlah tumbuh rasa percaya diri, jiwa sosial, kegotong-royongan seseorang yang sangat mempengaruhi jiwa kehumasan seseorang. Lingkungan-lingkungan tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menunjukkan citra dirinya untuk mampu menjalin hubungan denngan seseorang ataupun suatu masyarakat. Sebagai contoh adalah seorang pengusaha kaya raya yang tinggal dalam sebuah perumahan mewah dan seorang Ketua RT yang hanya tinggal di sebuah gang. Dalam lingkunagan masyarakat tentu ketua RT ini mempunyai jiwa kehumasan yang lebih baik jika dibandingkan dengan seorang pengusaha kaya raya yang tinggal dalam perumahan yang mungkin sengan tetangga sendiri saja tidak saling kenal.
Kalau menurut saya yang sangat penting dalam membangun jiwa kehumasan yang terpenting adalah rasa percaya diri, kelancaran seseorang dalam berkomunikasi dan kemampuan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat. Sejujurnya kesimpulan di atas saya ambil dari rasa iri saya terhadap teman saya Budi (bukan nama sebenarnya) yang mempunyai dua orang pacar dan banyak sekali teman cewek. Bila Budi dilihat secara fisik tidak ganteng (malah cenderung hitam), untuk masalah keuangan juga pas-pasan (malah cenderung kurang) berangkat dari kekurangannya tersebut saya mulai berpikir buruk tentang Budi, saya sempat berpikir kalau dia adalah sosok yang bisa mengguna-guna cewek. Pikiran buruk saya mengenai Budi mulai hilang saat saya mengenalkanya pada salah seorang teman, dari situ saya tahu bahwa dia adalah sosok yang menyenagkan bagi semua orang dan ia mampu bersosialisasi dengan mudah kepada semua orang walaupun baru ia kenal.
PAMUJI DWI WIDODO
SR 04
042144039
Email : Bendolly10@yahoo.com
Blog : www.Bendolly10.blogspot.com

C 470 ER mengatakan...

Kegiatan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam symbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Guna mencapai komunikasi yang komunikatif, hendaknya seseorang memiliki pengetahuan dasar tentang (a) ethos berarti sumber kepercayaan, orang tersebut harus dapat dipercaya karena yang bersangkutan harus harus memiliki kemampuan, keahlian, dan pengetahuan luas dalam bidang yang dikuasainya dengan baik; (b) pathos berarti imbauan emosional, kemampuan menampilkan “gaya emotif dan persuasif” supaya mampu membangkitkan emosi dan semangat dari khalayak; (c) logos berarti imbauan logis, kemampuan yang dimiliki seorang humas lebih ”bergaya akademisi” dalam menyampaikan pesan agar mudah dimengerti serta dapat diterima oleh nalar para pendengarnya.
Meski memilki ketiga pengetahuan dasar tersebut, terkadang seseorang masih tidak percaya diri. Sebagai manusia rasa tidak percaya diri itu wajar, naluriah dan merupakan sebagian dari rasa takut. Bahkan rasa tidak percaya diri pada awalnya juga dialami oleh pemimpin-pemimpin politik atau bisnis terkemuka di dunia. Rasa itu timbul karena kurangnya pengetahuan. Ketidaktahuan ini menyebabkan ketidakpastian apa yang akan dilakukan. Bagaimana memulainya, bagaimana menarik perhatian pendengar, bagaimana mengakhirinya, semuanya belum diketahui.
Untuk itu kita harus membangun sikap positif mengenai diri kita sendiri dan pendengar kita. Jadi, kita harus percaya diri (self-confidence). Daripada mencoba membuang rasa tidak percaya diri, jadikanlah tidak percaya diri itu sebagai sumber energi yang dapat mendorong kita memiliki vitalitas dan antusiasme sebagai seorang humas. Selain itu, kita harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang kita miliki untuk maju. Segala hal yang telah dilakukan oleh orang lain, yang kemampuannya sama dengan kita, atau bahkan apabila kita merasa lebih mampu dari orang lain itu, dapat juga kita lakukan. Seorang yang jenius atau yang ahli adalah seorang yang telah melatih dan mengembangkan kemampuannya dengan tekun sesuai bakat dan minatnya selama bertahun-tahun. Sebagian besar orang tidak pernah memperhatikan sewaktu sang jenius itu belajar dan berlatih, yang terlihat hanyalah keberhasilan dan kehebatannya. Bagi seorang yang ingin berhasil adalah kegagalan yang pertama janganlah dianggap sebagai sesuatu yang telah berakhir. Dengan demikian mari kita simak motto di bawah ini:
• “Untuk menjadi maju, salah satu jalan harus mampu berbicara di depan umum” (C. Depew, Ekonom terkenal Amerika Serikat)
• “Orang sukses adalah pembicara yang sukses, dan sebaliknya” (Larry King)

Nama : Catur Desi Hariyanto
Kelas : SR’04
NIM : 042144013

E-mail : inluca2812@gmail.com
Blog : inluca-2812.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Memang manusia memiliki jiwa kehumasan sejak lahir, namun belum tentu semua orang dapat menerapkan jiwa kehumasannya dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Sebab, mereka yang tidak memiliki sifat percaya diri sudah barang tentu akan sulit untuk bisa menerapkan sikap kehumasan kepada masyarakat di sekelilingnya. Menurut saya ada beberapa sikap yang harus dimiliki seseorang untuk membangun jiwa kehumasan. Antara lain:
Sikap pertama yang harus dimiliki seseorang untuk membangun jiwa kehumasannya adalah rasa percaya diri. Jika seseorang tidak memepunyai rasa percaya diri, maka ia akan kesulitan dan tidak bisa tampil dengan maksimal di depan umum.Karena dengan sikap percaya diri, ia tidak akan takut salah dan mersa apa yang dilakukannya telah benar walu mungkin masih banyak kekurangan.
Sikap kedua yang harus dimiliki ialah ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Karena dengan adaptasi yang baik, maka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain akan semakin mudah.
Sikap ketiga yang harus dimiliki ialah seseorang harus selalu sadar berada dimana dan apa yang harus dilakukannya. Jika seseorang sadar akan hal itu, maka ia akan punya jiwa kehumasan yang tinggi dan akan selalu tepat dalam tindakannya yang berhubungan dengan masyarakat. Ia akan tahu tindakan apa yang harus dilakukan dalam suatu kondisi tertentu.

Fahrozun Nafi'
042144212
SRN '04

Anonim mengatakan...

ASSALAMUALIKUM.Wr.Wb...Komentar saya tentang Kehumasan.
Pada era saat ini banyak sekali lembaga yang bergerak dibidang kehumasan. Mengapa?,Tahukah anda? jawabnya, menurut pengamatan dan sepengetahuan saya, berangkat dari pengertian Humas sendiri yaitu keseluruhan upaya baik komunikasi atau interaksi antara kedua belah pihak baik organisasi atau individu yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan untuk menciptakan hubungan yang baik dan harmonis antara kedua belah pihak yang berkaitan tersebut.
Dari pengertian Humas tersebut banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari bahwa setiap orang atau individu pasti mempunyai jiwa kehumasan, sejak lahir manusia dilahirkan memiliki konsep untuk bersosialisasi dan berorganisasi.
Disini akan saya paprakan sebuah contoh realita tentang konsep kehumasan. seperti yang terjadi akhir-akhir ini khususnya tentang bencana lumpur lapindo di Sidoarjo, di situ terdapat seseorang atau komisi dari pihak PT. Lapindobrantas yang bertugas sebagai perantara atau penyambung komunikasi antara masyarakat korban bencana dengan pihak PT.Lapindobrantas, komisi tersebut berusaha untuk menampung dan menyampaikan inspirasi atau keinginan masyarakat korban bencana agar mendapat ganti rugi atas bencana yang menimpa mereka, di depan masyarakat pihak/komisi tersebut kelihatan berusaha untuk memenuhi keinginan masyarakat dan memperjuangkan keinginan korban bencana, padahal dibalik itu semua, pihak yang berfungsi sebagai humas adalah pihak yang bernaung pada PT. Lapindobarantas, jadi dapat disimpulkan pihak ini hanya bermanis-manis di hadapan korban bencana lumpur, padahal sebenarnya mereka lebih mendengarkan dan membela pihak yang dinaunginya yaitu PT. Lapindobarantas.
Dari uraian dan contoh peristiwa diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Kehumasan adalah komunikasi secara langsung dan terselubung antara dua belah pihak yang bertujuan untuk mencapai suatu kesepakatan bersama, tetapi dibalik tujuan tersebut masih ada tujuan lain yang lebih dipentingkan pada masing-masing pihak yang berinteraksi.
Untuk menjadi seorang humas yang baik setidaknya mempunyai 4 kunci keberhasilan yaitu :
1. Mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan bermacam-macam jenis karakter seseorang maupun kelompok (publik).
2. Mampu menempatkan dirinya, baik penampilan atau intelktual di berbagai kondisi di lapangan.
3. Memiliki jiwa simpati dan empati terhadap ruang lingkup yang di naunginya.
4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambilnya.
Apabila seorang humas telah memiliki ke4 kunci keberhasilan diatas, dimungkinkan ia akan terhindar dari beban dan kendala yang menghambat kinerja dibidangnya.


Terima Kasih.

Edi Mansur
04274258
PNB 2004
e mail :aidiemans@gmail.com

Kios Olahraga mengatakan...

Seseorang sudah dapat dikatakan melakukuan tindakan kehumasan apabila orang tersebut dapat melakukan suatu tindakan misalnya berpenampilan menarik, memiliki wawasan yang luas komunikatif, luas.seseorang dapat dikatakan menarik apbila cewek berpenampilan cantik,dan cowok berpenampilan cakep.
Agar tindakan kehumasan yang sesuai dengan prinsip strategi yang ada hendaknya seorang humas tersebut harus mempunyai wawasn yang luas dan mengerti akan keinginan konsumennya tersebut.selain itu tugas utama seorang humas adalah sebagai juru informasi, jadi syarat utama seorang humas tidak selalu berpenamoilan yang menarik syarat tersebut merupakan syarat yang selanjutny.jadi pokok utamanya adalah kepintaran dalam segala bidang salah satunya menguasai bahasa asing.Dan strategi humas menyimpang dari prinsipnya di sebabkan oleh tuntutan dari seorang konsumewn yang menginginkan kenyaman lebih oleh sebeb itulah seorang humas menyimpang dari prinsipnya, semat-mata hanya ingin memuaskan konsumen atau juga bisa di sebabkan adanya persaingan dari pihak-pihak perusahaan yana lain atau dari permintaan pasar.
Latar belakang seseorang dapat menunjukkan citra dirinya dengan baik tanpa danya suatu beban disebabkan dengan adanya kepercayaan diri tanpa adanya kepercayaan diri yang kuat citra itu tidak akan keluar sebagaiman yang diinginkannya akan tetapi tidak hanya kepercayaan diri saja yang bisa mendukung untuk tampil dengan baik, cara berpenampilan dan wawasan yang luas juga merupakan modal utama bagio setiap individu atau seorang humas dalam menentukan citra dirinya apabila hal-hal tersebur sudah dimiliki kemungkinan besar hal yang diinginkannya akan terlaksana dengan sebaik mungkin dan hal yang diperlukan manusia dalam membangun jiwa hehumasannya adalh dengan adanya kemauan percaya diri berpenampilan yang menarik. Sebaliknya dengan manusia yang tidak dapat membangun citra dirinya disebabkan adanya atau kuranga rasa percaya diri dan tidak adanya dukungan dari orang-orang terdekatnya oleh sebab itulah dalam membangun jiwa kehumasannya tidak pernah timbul atau tidak pernah ditunjukkannya.
Hal-halyang di perlukan seseorang untuk membangun jiwa kehumasannya adalah berpengetahuan luas, komunikatif, berpenampilan menarik .Akan tetapi hal yang paling utama dan yang paling penting adalah komunikatif karma tugas utam seorang humas adalah membaca situasi, menganalisis dan seorang humas juga di tuntut untuk mengerti tingkah laku dari konsumen dan juga memperhatikan konsumen.

Nama : Rati purwasih
NIM : 042144222
Email : ratihcute_14@yahoo.com

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum.maaf pak baru mengirim komentar. memang setiap manusia yang dilahirkan dimuka bumi ini diberi fitrah yang berbeda-beda, seperti tindakan kehumasan. memang dalam diri manusia ada sifat kehumasan bagaimana sifat tersebut bisa digunakan tergantung diri manusia itu sendiri. Alloh SWT memberi kenikmatan berupa kehumasan harus kita gunakan, dalam hidup bermasyarakat kita perlu bantuan orag lain maka dari itu tindakan kehumasan sangat dibtuhkan agar kita bisa mencapain hal yang kita inginkan sperti kita berkomunikasi sebisa kita agar orang yang kita ajak bicara bisa tertarik dengan diri kita. apabila kita inigin menjadi seseorang yang berjiwa kehumasan atau pandai melobi orang atau pandai mendapat simpati lawan bicara kita maka kita haru mempunyai 3 landasan yang penting. pertama harus mempunyai IQ (intellegentsy Quotient)mengapa perlu sebab orang berbicara itu harus memakai otak bukan memakai lutut, maka dari itu kemampuan berfikir yang kuat,ide-ide berbicara yang cemerlang akan bisa memperkuat kehumasan kita dalam menarik seseorang.
kedua EQ (Emotional Quotient), mengapa emosi cukup berperan dalam hal ini sebab orang yang pandai mengatur emosinya dalam berbicara akan sukses dalam melakukan kehumasan. emosional adalah 40 % penentu keberhasil sebab orang yang bisa mengendalikan berbicara akan menuai suskses, kalu kita berbicara atau sedang bertindak kehumasan dengan lawan bicara kita maka dengarkanlah dia berbicara dan setiap 3 menit mengagugkan kepalmu maka lawanmu akan menghargaimu. ketiga SQ (Spiritual Quetion), memang kehumasan ada dalam diri manusia sejak lahir tetapi kita harus berusaha melaksanakan kehumasan dan berdoa kepada alloh SWT, insyaalloh sifat kehumasan akan bisa diterapkan dengan baik apabila kita selalu mendekatkan diri pada sang pencipta. dengan 3 hal tadi itulah menjadi kunci sukses kita dalam melaksana kehidupan dan kehumasan.maka kita harus pandai pandai mengunakan kehumasan dalam kehidupan sehari-hari ini. kehumasan juga bisa digunakan untuk kebaikan dan bisa juga untuk kejahatan, itu tergantung pada diri manusia itu sendiri yang melaksanakan. apabila kita dilandasi 3 hal tersebut maka tindakan kehumasan akan digunakan pada jalur uang tepat.oke........
hanya itu yang bisa saya komentari.terimakasih pak.

NAMA : Dewi Komariyah
NIM : 042074220
Jur : pend bhs dan sastra indo
web : dewi-impianwismamerah.Blogspot.Com

bakti mengatakan...

Berbicara mengenai kehumasan berarti kunci utamanya pasti manusia dan bahasa. mengapa, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang hidup secara bersosialisasi (masyarakat). dalam bersosialisasi manusia selalu ingin memberikan yang terbaik kepada orang lain, itu atas dasar bahwa manusia ingin dihargai satu sama lain. tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan sikap saling menghargai itu salah satunya dengan berdandan sebelum bebergian (bercermin) seperti yang telah bapak tuliskan di atas. tanpa disadari, ketika berdandan sebetulnya mereka telah melakukan apa yang dinamakan dengan kehumasan. Karena pada dasarnya humas merupakan tindakan ingin diterima orang lain.
mengapa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, itu karena tidak lain dan tidak bukan manusia dilahirkan dengan membawa jiwa kehumasan. namun dalam perkembangannya jiwa kehumasan tersebut terganjal dengan sifat manusia sendiri, seperti yang kita tau bahwa manusia mempunyai dua sifat yaitu introvet (pendiam, tertutup) dan ekstrovet (terbuka). manusia dengan sifat introvet ini cenderung menutup diri dengan dunia luar, tidak peduli (cuek). sifat introvet inilah yang nantinya akan menghambat seseorang dalam bersosialisasi karena tidak mampu memaksimalkan diri. sedangkan orang dengan sifat ekstrovet ini lebih terbuka dengan apa yang ada di sekitarnya (peduli) mampu menonjolkan kelebihan yang ada pada dirinya dan meminimalkan kekurangan yang ada pada diri sehingga ia cenderung baik dalam bersosialisasi.
beberapa penyebab orang tidak mampu menonjolkan diri atau bersifat introvet diantaranya: 1.faktor genetik (keturunan); 2. lingkungan keluarga; 3. gengsi; 4. merasa lebih baik dari orang lain (sombong). terkait dengan ilmu kehumasan menurut saya untuk menumbuhkan jiwa kehumasan pada diri seseorang dengan lebih banyak bersyukur, menghargai diri sendiri guna memicu semangat, berfikir positif, banyak berlatih dengan banyak bersosialisasi dengan masyarkat, tidak ragu-ragu dalam setiap mengambil keputusan, serius dalam menjalani kegiatan, dan percaya diri aje.
dengan begitu kita bisa memaksimalkan potensi yang ada di diri dan menjalankan humas dengan baik sehingga orang lain akan percaya terhadap apa yang kita lakukan, dan jangan lupa sikap terbuka berfipir positif dan percaya diri merupakan jalan keluar untuk dapat mengembangkan dan memaksimalkan diri dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. terima kasih.

Kunjungi juga blok saya hey boz,

intan bakti s.
042074232/pnb
baktiezi-stk.blogspot

ika mengatakan...

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai jiwa kehumasan sejak lahir, terbukti mereka tanpa sadar selalu berusaha menampilkan pesona yang ada pada dirinya pada orang lain sehingga orang lain menjadi tertarik, terkecuai jika ia adalah sejenis tarsan yang hidup di hutan yang hanya ditemani oleh hewan-hewan sehingga pada perkembanganya ia sulit berinteraksi dengan dunia luar (masyarakat). Akan tetapi hal itu berbeda dengan manusia yang selalu berinterksi dengan sesama manusia sehingga selalu mengalami tindakan kehumasan.
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya termasuk kegiatan kehumasan. hal ini disebabkan pandangan masyarakat tentang pengertian kehumasan itu sendiri yang mengartikan bahwa kehumasan adalah hubungan antara perusahaan dengan pihak luar atau pihak dalam perusahaan itu sendiri. Padahal kehumasan itu sendiri dapat diakukan dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun, asalkan tujuan humas bisa tersampaikan. sedangkan tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi atau perorangan (individu) yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak lain yang berkepentingan.
Agar menjadi seorang humas yang baik, kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang humas yang baik, caranya dengan memiliki jiwa-jiwa kehumasan. Terdapat lima hal yang diperlukan agar kita selalu memiliki jiwa-jiwa kehumasan antara lain:
1. Memiliki kedisiplinan dan keberanian untuk mempromosikan dirinya.
Kalau kita memiliki sifat yang selalu disiplin terhadap semua hal dan berani mempromoskan diri kita pada pihak lain, maka kita akan mudah menjadi orang yang berhasil, karena hal ini merupakan salah satu kunci seorang humas yang ingin berhasil.
2. Harus memiliki integitas dan disiplin untuk memenejemen waktu.
Jika kita memiliki integritas dan dapt memenejemen waktu maka apa yang kita lakukan akan dapat dengan mudah berhasil karena semua sudah termenejemen dengan baik. Dan jika kita tidak disiplin dalam mengelola waktu maka dia tidak akan berhasil mencapai sesuatu itu, dan juga hidupnya akan berantakan.
3. Harus dapat menengembangkan kretivitas yang ada pada dirinya.
Karena sebuah kreativitas yang ada pada setiap orang bila tidak dikembangkan, maka orang lain tidak akan tahu bagaimana kemampuan dan kelebihan yang kita miliki.
4. Harus selalu ramah tamah serta sopan dengan orang lain dan jangan pernah membuat orang lain merasa kecewa dengan kita.
Karena jika hal itu terjadi maka kepercayaan orang kepada kita akan memudar kalau sudah begitu akan membutuhkan waktu lama untuk membangun kepercayaan itu kembali.
5. Jangan pernah ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Kalau kita berani dan tegas dalam mengambil keputusan maka orang lain tidak akan menganggap kita, orang yang plin-plan dalam mengambil keputusan.

Ika Agustina S.I
042074259
PNB

ema mengatakan...

Pada dasarnya, humas merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi opini, sikap dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur suatu individu atau sebuah organisasi dengan kepentingan publik dan merencanakan serta melaksanakan program aksi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publik.
Kehumasan diibaratkan sebuah tentara perang untuk mempengaruhi opini publik kepada perusahaan, sedangkan program-programnya merupakan senjata ampuh yang akan digunakan tentara untuk melakukan gerilya kepada publik.
Namun, kurangnya percaya diri , keragu-raguan dengan kemampuan mereka sendiri menjadi kehumasan tidak bisa berjalan sesuai prosedur. Padahal, sebenarnya jiwa kehumasan sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Sehingga dalam hal ini, manusia harus berani mencoba hal-hal baru dan jangan takut untuk gagal karena kegagalan merupakan awal dari keberhasilan.

Ely Ema Wati
042074204/ PNA 04

Kios Olahraga mengatakan...

Penampilan menarik bagi humas wanita berparas cantik, sementara humas pria berwajah tampan. Penampilan cantik atau tampan itu memang bukan syarat yang utama. Tapi penampilan fisik tersebut merupakan nilai tambah untuk meningktakan citra perusahaan . seorang humas tidak harus memiliki ketampanan atau kecantikan namun yang penting, seorang humas harus komunikatif dan memiliki pengetahuan yang luas.
Seorang humas asdalah pelayan yang setiap saat harus siap apabila dibutuhkan perusahaan, seorang humas memiliki beban kerja yang lebih besar. Humas harus siap dalam kondisi bagaimanapun, harus tampoil prima ketika berhadapan dengan orang lain, dan mamapu menjaga hubungan baik dengan siapapun maka dari itu dibutuhkan sikap ramah saat menghadapi orang-orang yang memiliki berbagai macam karakter. Ulasan diatas merupakan sebagian strategi dasar seorang humas. Dan uraian diatas menunjukkan sekali bahwa seorang humas sangat- sangat menyatu dengan perusahaan , baik buruknya perusahaan, mau tidak mau orang akan menilai dari humasnya.
Mengenai penyimpangan strategi kehumasan, penyimpangan berarti terjadi pada saat proses berlangsung, maka hal itu terjadi biasa dikarenakan:
1. menyesuaikan pasar atau konsumen
2. srategi awal gagal.
Sebenarnya penyimpangan akan tertjadi atau tidaknya bergantung pada perusahaan. Jika setelah melakukan penyimpangan perkembangan perusahaan semakin maju dan tidak merugikan pihak manapun baik dari perusahaan, badan kehumasan, ataupun konsumen, kenapa tidak,,hal tersebut untuk dilakukan??? Jadi tindakan menyimpang dari srategi kehumasan yang seperti apa yang harus diluruskan, jika penyimpangan tersebut tidak merusak atau merugikan citra perusahaan, konsumen dan hadan humas.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dan Tuhan tidak menciptakan umatnya secara persis dan mirip sekalipun kembar. Karakter jiwa manusia terbentuk dari gen turunan orang tua, setelah lahir terbantu dengan lingkungan keluarga , masyarakat, sekolah. Jika sekalipun dua manusia lahir dari orang tua yang sama tumbuh pada lingkungan yang sama, bahkan lingkungan sewkolahpun yang sama itu pun tidak menjamin mereka memiliki karakter atau jiwa yang sama.
Saya yakin tidak satupun seseorang di bumi ini yang tidak memiliki jiwa kehumasan karena suatu saat, suatu masa dia pasti akan mempromosikan dirinya pada lingkungan kecil semisal berbincangan dengan orang tua ataupun orang yang terkasih. Memang tidak semua orang dapat berkomunikasi atau bersosialisasi dengan orang yang tidak dikenalnya, hal semacam itu sudah tidak dapat diganggu gugat, jikapun dipaksakan hasil yang ada tidak begitu maksimal. Sedangkan bagi yang dikaruniai mampu membangun jiwa kehumasan dengan baik adalah sebuah anugrah karena tanpa suatu pembelajaran yang khusus dan ketat mereka dapat mengalir dengan sendirinya. Mereka memiliki gen turunan yang sudah ada, tumbuh pada tempat yang mendukung, maka terciptalah baik dengan seangaja atupun tidak sengaja.
Dalam kehumasan dibutuhkan sekali orang yang komunukatif, supel, berpengetahuan luas, juga harus memiliki kemampuan menulis dan menutur secara runut selain itu juga mengusai kemampuan dasar pemasaran dan kemampuan berbahasa Jadi bagi seseorang yang tidak dapat membangun jiwa kehumasan ,akan tidak dapat menduduki posisi humas dalam perusahaan karena tidak akan menguntungkan, dan bukan berarti semua orang yang tidak pandai dalam hal kehumasan tidak pandai dalam hal lain. Seseorang memiliki kekurangan dan kelebihan mungkin dia kurang dalam bidang humas tapi unggul dalam hal lain.
Nama : Maria Hanim
NIM : 042144204
Email : m4HaYana@yahoo.com

Adi_pLekenut mengatakan...

Akhirnya…
Datang juga…
Satu inovasi terbaru oleh pak Yatno di FBS Unesa.
Saya sangat mendukung strategi Bapak dalam penulisan kreatif via blogspot.

Jadi begini pak,
Dalam hidup setiap orang selalu bercermin pada pada dirinya sendiri untuk bisa tampil yang terbaik dan sempurna dihadapan masyarakat untuk mengenali citra dirinya. citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok dalam kepentingan yang berbeda. Citra dapat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita.

Humas (Hubungan Masyarakat) atau dikenal juga sebagai Public Relation sebagai sebuah profesi adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Jiwa kehumasan sebenarnya sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Faktor kurang percaya diri mungkin salah satu penyebab yang selalu membayangi diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu akan kemampuan yang mereka miliki.

Rasa percaya diri yang dimiliki setiap orang memiliki kadar yang berbeda, karena rasa percaya diri itu dibangun dengan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang. Jika seseorang sering bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang sekitarnya maka ia cenderung memilik rasa percaya diri.

Menurut saya, inti dari kehumasan adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain agar seseorang percaya, menerima, dan menjalankan apa yang kita inginkan. Tentu diperlukan strategi khusus untuk itu! Setiap orang memiliki cara tersendiri agar dapat merebut hati dan meraih simpati orang lain yang dalam hal ini adalah tujuan kehumasan.

Aktifitas humas berkaitan dengan fungsi dan peranan kehumasan tersebut tidak terlepas dari etika kehumasan sebagai acuan yang mendasar. Bagi seseorang dalam menjalankan fungsi dan kegiatan sebagai praktisi humas, wajib memiliki kemampuan, keahlian khusus, ketrampilan, berwawasan luas, dan mengetahui serta memahami fungsi etika profesi yang berkaitan dengan kode perilaku, kode etik, dan etika profesi kehumasan. Pelaksanaan tindakan kehumasan harus sesuai dengan pedoman dalam berperilaku, serta apa yang dilakukan secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Oke pak, saya rasa cukup lah…

mia mengatakan...

Contoh yang dihadirkan dalam wacana “ Semua Orang Mempunyai Jiwa Kehumasan” tersebut menurut saya sangat tepat dalam menggambarkan tindakan kehumasan.Orang bepergian diumpamakan sebagai tindakan kehumasan sedangkan merias diri, menyisir rambut , berpakaian rapi diumpamakan sebagai strategi yang dirancang sebelum melakukan tindakan. Dalam kehumasan, strategi perlu dan bahkan bisa dikatakan harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang nyata sesuai dengan tujuan. Tanpa adanya strategi yang dirancang seorang pelaksana tindakan kehumasan biasanya terpaksa akan bertindak secara insting sehingga akan dengan mudah kehilangan arah dan pegangan. Dia tentu akan mudah terpengaruh dan tergoda untuk melakukan suatu hal baru sementara hal yang dilakukan saja belum terselesaikan. Hal tersebut akan mengakibatkan sulitnya untuk memastikan seberapa jauh kemajuan yang dicapai. Kalau sudah begitu sama saja dengan melakukan perbuatan sia- sia ibaratnya seperti orang yang menyetir mobil tanpa arah maka ia akan kehabisan bahan bakar dan tidak sampai tujuan. Karena itu agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasar seseorang itu harus merencanakannya secara matang misalnya pengenalan situasi artinya harus benar- benar paham tentang kondisi , masalah dan subjek yang dihadapi, penetapan tujuan, pemilihan media dan teknik- teknik yang akan digunakan, perencanaan aggaran yang akan dikeluarkan serta pengukuran hasil.
Seseorang kadang dapat dengan mudah menunjukkan citra dirinya karena ia mampu mengeksploitasi apa yang ada dalam dirinya misalnya dia sangat menghargai dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga kepercayaan dirinya akan muncul, punya kemauan untuk berusaha, berperilaku baik dan juga memiliki semangat juang pantang menyerah. Dengan begitu, pada saat dia jatuh atau terpuruk, ia akan berusaha untuk bangkit kembali dan dengan perilakunya yang baik maka orang akan menilai baik pula. Maka citra dirinya sebagai orang yang kuat, baik,dan bersahaja akan tercermin dengan sendirinya.
Sebaliknya, kadang seseorang itu tidak dapat membangun citra dirinya karena ia memiliki jiwa yang lemah dan selalu saja menerima apa adanya ibaratnya kalau orang Jawa “ Nrimo ing pandum “ malas berusaha, minder atau rendah diri, atau kalau dibahasakan Jawa “aku yo ngene iki,bene enekke ngene”. Padahal potensi yang ada dalam diri seseorang itu mungkin belum digali sama sekali.Perilaku yang semacam itu juga yang akan membangun sebuah citra yang buruk sehinnga citra diri yang harus dimiliki itu sama sekali tidak terbangun.
Intinya, yang diperlukan manusia untuk membangun jiwa kehumasan adalah kemauan untuk melatih diri dan mengeksploitasi diri dalam arti menggali kemampuan yang dimiliki , menumbuhkan kepercayaan diri. Hal tersebut sangat diperlukan karena seorang pelaku humas itu selain memilki kemampuan diri tapi juga harus bisa menghadapi khalayak yang akan dihadapi. Kesimpulannya, semua orang memang memiliki jiwa kehumasan untuk dibangun sehingga mampu melakukan tindakan kehumasan dengan baik asalkan orang tersebut mau berusaha dan melatih diri untuk menguasainnya,

Nama : Mia Nike Tritaningrum
NRM : 042074039
Kelas : PR 2004
Email : nene_nice07@yahoo.com

FAKTA & OPINI Pembelajaran Bahasa Indonesia mengatakan...

Jumat, 4 April 2008 ; 3:17 pm
Hal-hal yang mendasar dari kehumasan adalah komunikasi. Suatu tindakan kehumasan agar sesuai dengan strategi dasar haruslah memiliki; (1) pengenalan konsep diri yaitu mampu berkomunikasi dengan diri sendiri. Sebelumnya kita harus berkaca pada diri sendiri akankah kita memiliki suatu kepercayaan akan diri sendiri, (2) pengenalan obyek yaitu mengenali sekeliling kita dengan baik, sehingga kita mampu menghadai segala seuatu, (3) pengenalan kegiatan yaitu sebelum kita melakukan suatu kegiatan alangkah lebih baik jika kita merencanakan terlebih dahulu supaya kita siap untuk melakukan suatu tindakan kehumasan.

Selain pernyataan di atas juga terdapat pernyataan lain yang berhubungan yaitu penyebab seseorang dikatakan mampu menunjukkan citra dirinya dikarenakan orang tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang disesuaikan dengan jiwa kehumasan. Seseorang dapat dikatakan mampu menunjukkan citra dirinya, jika (1) memiliki kemampuan berkomunikasi. Di sini kemampuan berkomunikasi memiliki peranan utama dalam kehumasan. Agar orang tersebut dikatakan mampu menunjukkan citra dirinya, sebaiknya orang tersebut harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi ini merupakan perwakilan dari citra dirinya. Keahlian dalam berkomunikasi memiliki pengaruh besar dalam citra diri seorang humas. Hal kedua yang harus dimiliki yaitu (2) kemampuan mengorganisasikan, kemampuan ini mampu membuat seorang humas mengantisipasi masalah di dalam dan di luar organisasi. Dilihat dari cara mengantisipasinya, orang tersebut mampu menunjukkan citra dirinya. Hal ketiga (3) memiliki kemampuan bergaul/membina relasi, kemampuan ini menampakkan keluwesan dalam bergaul dan mencerminkan simpatik orang lain. Hal ini dapat menunjukkan citra dirinya. Hal keempat (4) berkepribadian utuh dan jujur, dengan adanya kemampuan ini dapat menunjukkan kepercayaan (kredibilitas) orang lain terhadap diri seorang humas. Sehingga kemampuan ini dapat menunjang munculnya citra diri seseorang. Hal kelima (5) memiliki imajinasi yang kuat, dari imajinasi ini dapat memunculkan suatu gagasan-gagasan atau ide, mampu menyelesaikan masalah, menyusun rencana yang orisinil, danmengebangkan imajinasi. Sedangkan penyebab seseorang tidak mampu menunjukkan citra dirinya dikarenakan tidak memiliki seluruh kemampuan di atas atau hanya memiliki salah satu kemampuan di atas.

Beranjak dari pernyataan di atas hal-hal yang diperlukan untuk membangun jiwa kehumasan, antara lain; (1) seorang humas harus mampu melihat sekelilingnya, apapun yang terjadi pada sekelilingnya seorang humas haruslah mengetahuinya, (2) seorang humas haruslah memiliki jiwa yang bertanggung jawab, maksudnya seorang humas haruslah mampu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Misal, segala pernyataannya haruslah mampu dibarengi dengan sifat bertanggung jawab, (3) seorang humas haruslah memiliki jiwa berkomunikasi, jiwa seorang humas haruslah memiliki kemampuan berkomunikasi yang tinggi. Karena kemampuan berkomunikasi merupakan peranan utama dalam jiwa kehumasan. Komunikasi merupakan tolak ukur yang pertama dan utama, (4) seorang humas haruslah memiliki jiwa kepribadian yang utuh dan jujur. Hal ini bisa dijadikan tolak ukur kepercayaan orang lain kepada kita (seorang humas), (5) seorang humas haruslah memiliki jiwa mengorganisasikan, dan (6) seorang humas haruslah memiliki jiwa kepercayaan diri yang tinggi, namun kepercayaan dirinya haruslah disesuaikan dengan kemampuan ang dimilikinya. Keterangan di atas merupakan hal-hal yang membangun jiwa kehumasan.

Maaf sebelumnya Bapak kalau pendapat saya membuat Bapak bingung karena saya sendiri juga masih bingung dengan pendapat saya sendiri.terima kasih.

Wigati Putri (042074014)
PR’04/PBSI

Adi_pLekenut mengatakan...

Akhirnya…
Dating juga…
Satu inovasi terbaru oleh pak Yatno di FBS Unesa.
Saya sangat mendukung strategi Bapak dalam penulisan kreatif via blogspot.

Jadi begini pak,
Dalam hidup setiap orang selalu bercermin pada pada dirinya sendiri untuk bisa tampil yang terbaik dan sempurna dihadapan masyarakat untuk mengenali citra dirinya. citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok dalam kepentingan yang berbeda. Citra dapat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita.

Humas (Hubungan Masyarakat) atau dikenal juga sebagai Public Relation sebagai sebuah profesi adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Jiwa kehumasan sebenarnya sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Faktor kurang percaya diri mungkin salah satu penyebab yang selalu membayangi diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Ragu akan kemampuan yang mereka miliki.

Rasa percaya diri yang dimiliki setiap orang memiliki kadar yang berbeda, karena rasa percaya diri itu dibangun dengan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang. Jika seseorang sering bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang sekitarnya maka ia cenderung memilik rasa percaya diri.

Menurut saya, inti dari kehumasan adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain agar seseorang percaya, menerima, dan menjalankan apa yang kita inginkan. Tentu diperlukan strategi khusus untuk itu! Setiap orang memiliki cara tersendiri agar dapat merebut hati dan meraih simpati orang lain yang dalam hal ini adalah tujuan kehumasan.

Aktifitas humas berkaitan dengan fungsi dan peranan kehumasan tersebut tidak terlepas dari etika kehumasan sebagai acuan yang mendasar. Bagi seseorang dalam menjalankan fungsi dan kegiatan sebagai praktisi humas, wajib memiliki kemampuan, keahlian khusus, ketrampilan, berwawasan luas, dan mengetahui serta memahami fungsi etika profesi yang berkaitan dengan kode perilaku, kode etik, dan etika profesi kehumasan. Pelaksanaan tindakan kehumasan harus sesuai dengan pedoman dalam berperilaku, serta apa yang dilakukan secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Oke pak, saya rasa cukup lah…

Ahmad Adi P
042144038/SR'04

LA-mania mengatakan...

goi

ejaan-bahasaindonesia mengatakan...

Berbicara mengenai citra diri, kita kadang merasa bahwa citra diri kita jelek dibanding orang lain sehingga seseorang akan merasa dirinya selalu rendah, tidak berpengetahuan, berprofil rendah (low profil)atau hal-hal yang bisa membuat dirinya kurang percaya diri. Perasaan seperti inilah yang membuat seseorang menjadi kehilangan citra dirinya. Jika kita mau untuk berpikir yang positif terhadap diri kita pasti kita akan menjadi seorang yang positif pula. Oleh sebab itu jika kita selalu berpikir diri kita positif, mempunyai kemampuan yang lebih, maka kita akan menjadi seseorang yang ada dalam pikiran kita.

Citra diri seseorang memang dipengaruhi juga oleh komunikasi. Jika seseorang dapat bekomunikasi dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan dapat menjalin hubungan dengan orang lain sehingga secara tidak sadar ia telah meningkatkan citra sirinya. Tetapi kadang seseorang juga agak kesulitan dalam membina sebuah komunikasi. Kelemahan dalam berkomunikasi tersebut bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Sebernarnya dalam dirinya sudah terdapat kemampuan untuk berkomunikasi, tetapi karena sejak kecil dia hidup dalam lingkungan orang-orang pendiam, sehingga kemampuan untuk berkomunikasi pun jadi kecil.

Jiwa kehumasan sudah melekat pada diri kita sejak lahir kadang kita juga tidak menyadarinya. Kita melakukan suatu komunikasi dengan orang lain itu sudah termasuk dalam kegiatan humas tapi kebanyakan dari kita tidak menyadari hal itu.Kita mungjkin kurang menyadari bahwa diri kita mempunyai banyak kelebihan dan itu perlu kita tunjukkan pada orang lain. Hal ini bertujuan untuk mensiptakan rasa percaya diri yang terdapat dalam diri kita. Apabila kita percaya pada diri kita akan bisa tampil lebih meyakinkan di hadapan orang lain.
Dari beberapa ulasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seseorang kurang mampu menunjukkan citra dirinya karena dia kurang percaya diri dan juga kurang bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Nama : SULISTYORINI
No. Reg : 042074033
Blog : rini.manshurin.com

istiqomah mengatakan...

Setiap individu memiliki kekurangan dan kelebihn tersendiri. Keunikan tersebut membuat setiap individu ubtuk berkomunikasi dengan yang lainnya, untuk membantu melengkapi dirinya atau menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Demikian juga dengan kehumasan.keberadaannya dalam setiap individu maupun organisasi/lembaga tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan tujuan diadakannya kehumasan tersebut. Humas harus pintar mendekati pihak-pihak yang terkait dengannya. Humas harus dapat meyakinkan pihak-pihak tersebut agar bersedia menjadi temannya, dalam arti dapat membantu peran humas dalam organisasi/lembaga tersebut. Hendahnya humas memperlihatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki tanpa bermaksud merugikan pihak lain yang terkait. Seorang humas harus bisa menjaga nama baik drinya sendiri, organisasi/lembaga yang menaunginya maupun pihak-pihak yang terkait,dalam hal ini adalah khalayak. Sehingga, khalayak akan mempercayai humas tersebut. Dengan demikian, proses komunikasi, tujuan diadakannya humas, serta keberhasilan yang ingin dicapai dapat dengan mudah didapatkan.
nama: istikomah
NR: 042074262
kelas: PNB

echa mengatakan...

Pada dasarnya jiwa kehumasan seseorang memang sudah ada sejak lahir hanya saja jiwa kehumasan seseorang kadang tidak terasah secara optimal sehingga cenderung menjadi sosok yang pendiam dan tak percaya akan kemampuan diri sendiri. Agar seseorang tidak semakin terperosok oleh sikap seperti di atas maka langkah yang harus ditempuh adalah banyak berkomunikasi dan mengenal berbagai karakter banyak orang dengan demikian maka secara tidak langsung jiwa kehumasannya akan muncul. Sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang yang berjiwa humas adalah mampu menjadi sosok yang demokratis yang mampu menerima semua pendapat yang berupa masukan ataupun kritik yang mampu membangun semangatnya dalam menuju ke arah yang lebih baik. Berikut adalah hal yang dapat dilakukan oleh seseorang agar dapat menjadi humas bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
1. percaya diri
Pada dasarnya seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka dia adalah orang yang mampu diandalkan oleh semua orang karena dia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi yang terbaik serta memilliki potensi untuk mengembangkan diri.
2. haus akan pengetahuan
Seorang humas haruslah memiliki pengetahuan yang luas dan selalu memiliki inovatif untuk selalu kreatif dalam mengembangkan pengetahuannya. Karena seorang humas adalah orang yang selalu membuat gebrakan terbaru yang belum terpikirkan oleh publik sebelumnya.
3. berjiwa sosialis
Jika seorang ingin menjadi humas yang baik maka ia harus memiliki jiwa sosialis yang dapat memahami maksud dan keinginan dari publik.


Nama : Richah Tristiawati
Kelas : PNB’04
No.Reg : 042074256

D1K4 mengatakan...

Pada dasarnya setiap manusia yang dilahirkan tanpa disadari memiliki jiwa kehumasan bergantung bagaimana manusia itu mangasah dan mengembangkanya kehumasan yang dimilki. Tindakan kehumasan agar sesuai dengan strategi dasarnya hal yang diperlukan adalah kesediaan untuk dapat melayani public dan membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan public, baik intern maupun eksteren. Selain itu kehumasan selalu ditekankan pada masyarakat bukan hanya pada intansi atau lembaga tertentu
Untuk mengembangkan jiwa kehumasan diperlukan percaya diri karena dengan kepercayaan diri dapat menarik minat orang lain untuk dapat percaya pada diri orang tersebut selain itu saling pengertian juga diperlukan untuk dapat mengembangkan humas tersebut, dalam membangun jiwa kehumasan diperlukan sikap kerja sama dan keramah tamahan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. Sesuai dengan hakikat humas adalah aktivitas maka kehumasan dianalogikan dengan tujuan komunikasi dengan orang lain untuk saling memedukan tujuan bersama.
Nama: Dian kartikawati
NR: 042074238
Kelas: PNB

Gurindam_Yes! mengatakan...

SELAMAT DATANG DI DUNIA MOTIVASI
ADA TIDAK HARUS TERLEBIH DAHULU MENGABDI DI SEBUAH INSTANSI ATAU PERUSAHAAN SEBAGAI HUMAS

Sebelum membaca, silahkan anda pejamkan mata sejenak, tarik nafas dalam-dalam………Hempaskan!

Nah ….. silahkan mulai membaca.
(Jangan lupa baca Basmalah)


Energi Positif Seorang Humas
“ If I tell Mr. Yatno is great and exiting, that is advertising
If somebody else telss you that Mr. Yatno is agreat and exiting, that is sales promotion
If you come and tell me you have hear that Mr. Yatno is great and exiting, that is public relation”

Ketika membaca dua buah artikel yang sejenis (tentang kehumasan dari Suyatno) temukan sebuah relasi yang menghubungkan antara strategi dengan tindakan konkret dalam kehumasan. Seperti dalam sebuah peristiwa yang pernah penulis jumpai dalam sinetron “Cinta Fitri”. Sebuah perusahaan advertising baru menggunakan jasa seorang humas/PR perusahaan untuk memuaskan hasrat klien demi memenangkan sebuah tender besar. Sudah tentu tindakan yang dilakukan humas tersebut telah menginjak-injak kode etik seorang humas. Pun ia telah melenceng dari strategi kehumasan. Secara garis besar perusahaan tersebut tidak ‘cantik’ dalam mengatur strategi.
Sering kita mendengar bahkan menjumpai pihak akademisi di bidang kehumasan mempunyai wawasan teoretis dalam hal strategi kehumasan, bank program kehumasan, serta juataan bank media yang akan digunakan sebagai senjata ampuh dalam sebuah gerilya ketika berhadapan dengan pubik/masyarakat.
Tengoklah “X”, seorang mahasiswa S2 yang sudah 7 tahun berkutat dengan ilmu kehumasan . Otomatis ia seorang akademisi, namun yang ada ia menjadi seorang humas dengan segudang teori tanpa bukti ( NATO - No action Talk Only ). Ia hanya mempedulikan urusan dunianya tanpa memikirkan dunia orang lain. Kehumasan, dari diri untuk pribadi. Pun ada pihak intelektual yang tidak hanya berkutat pada teori saja namun langsung dapat diaplikasikan dalam bermasyarakat (ilustrasi atau perusahaan).
Lihatlah “Y” lulusan S1 yang tidak cakap dengan dunia kehumasan. Dia sekarang mengabdikan diri di perusahaan advertising sebagai seorang advertiser. Dia bertudung sebagai tentara yang senantiasa selalu bersikap reaktif dan antisipatif.
Disebut reaktif sebab ketika dijumpai sejumlah fenomena ia akan segera mereaksi dengan cepat fenomena tersebut. Seperti yang saat ini kita jumpai yakni perang tarif antar operator. Ketika mencium adanya sebuah perang disana, humas tiap operator tidak boleh hanya melihat tersebut tetapi harus ikut serta menjadi panglima perang yang reaktif.
Disebut antisipatif sebab ketika ada sebuah fenomena secara tanggap melakukan tindakan antipasi. Fenomena tersebut seperti halnya seorang penjaga gawang/ kiper. Ketika mengetahui bahwa striker akan menendangkan bola ke arahnya, kiper akan mempersiapkan teknik apa yang akan digunakan untuk menghalau bola masuk ke gawang, (mengkonter pengaruh dari perusahaan lain). Cepat atau lambatnya reaksi bergantung atas kinerja humas tersebut. Sikap reaktif seorang humas sangat menentukan seberapa lama ia akan bertahan di suatu perusahaan lainnya atau instansi.
Kita dapat membayangkan ketika reaksi lamban ditangkap oleh seorang humas, instansi atau perusahaan tidak akan pernah dapat bersaing dalam kancah kehumasan. Si “Y” mempunyai strategi dasar kuat yang harus dimiliki humas orang mampu menunjukkan citra dirinya.

Reaktif inovatif produktif

Sebuah advertiser berkata “Mulutmu Harimaumu”. Hal tersebut mencerminkan bahwa setiap kita adalah humas bagi kita. Kecakapan seorang humas dapat diketahui dengan bagaimana humas tersebut mampu bernegoisasi (lobiying sebelum akhirnya tercipta suatu kesepakatan dengan klien. Citra diri seorang humas bukanlah bakat yang bisa muncul seketika setelah ia menempuh S1 jurusan hubungan international. Kepercayaan atas citra diri akan muncul ketika diasah sejak diri. Yang dimaksud dengan sejak dini ialah sejak dia menempuh pendidikan sekolah menengah pertama. Oleh sebab itu peran orang tua dan guru sangat diharapkan dalam pembentukan kepercayaan diri atau citra diri. Simpulannya guru tak sekedar menstransfer ilmu, tetapi berfungsi sebagai pembakar motivasi siswa untuk memunculkan sisi yang harus dimunculkan. Hal tersebut berhubungan dengan pembentukan mental siswa.
Akan berbeda ketika siswa yang biasa mengikuti kegiatan ekstra OSIS, Pramuka, Rohis,all, Karang taruna dengan siswa yang biasa – biasa saja. Kepercayaan citra diri akan terbentuk di luar dan di dalam kelas. Pembentukan kepercayaan citra diri tersebut akan berpengaruh dalam kemampuannya menunjukkan citra diri kemudian hari.
Kemampuan bernegoisasi sejak dini jika dihubungkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia yakni pada kemampuan dasar berwawancara, presentasi di depan kelas, dll. Jika dihubungkan dengan kegiatan ekstra di luar kelas misalnya ia akan melatih keberanian dalam bernegoisasi dengan pihak – pihak dalam sekolah hingga pihak di luar sekolah. Jadi pada hakekatnya kemampuan menunjukkan citra diri pada humas bergantung pada bagaimana ia dapat membentuk kepercayaan sejak dini. Bagaimana ia dapat menerapkan strategi bernegoisasi dengan berbagai pihak. Bagaimana ia mampu memanajemen keberanian mentalnya.
Nah, saat ini tak jarang juga kita menyaksikan seseorang yang tidak dapat membangun citra dirinya. Yang menjadi penyebabnya ada pada dirinya dan lingkungannya.

 Ada apa denganmu ?
Ketika keyakinan, keoptimisan, keberanian tidak terpancang kuat dalam hati dan jiwa. Pun kehumasan tidak akan sudi mampir walau hanya sebentar. Itulah sebabnya poin yang perlu dipertanyakan pada seseorang yang tidak mampu menjadi humas untuk diri sendiri ialah “ada apa denganmu ?”.

 Bagaimana sekelilingmu ?
“Ketika sebatang pohon pinus yang tumbuh di hutan rimba tak akan sekuat pohon pinus yang tumbuh di rumah kaca ”.
Analogi tersebut berbicara bahwa telanan, pujian, kesulitan, polemik, keberhasilan, kesuksesan, keresahan akan menjadi motivasi tersendiri bagi humas.
Ketika sebatang pohon pinus tumbuh di hutan rimba, apa yang akan dihadapinya?. Dia akan berhadapan dengan para penduduk hutan rimba yang mempunyai rupa dan kepentingan. Sang harimau yang sering mencakari batang pohon tersebut sebagai bentuk pertanda wilayah. Sang babi yang gemar mengencingi bagian bawah pohon tersebut.Sang ulat yang menggerogoti daun pinus tersebut. Sang pelatuk yang hinggap pada ranting pohon tetapi ia mematuki tubuh pohon pinus. Tingkah polah para penghuni rimba merupakan terpaan dari luar yang merongrong instansi/ perusahaan dimana humas tersebut bernaung.
Terpaan dari luar membuat sang humas harus semakin memotivasi untik lebih rektif dan antisipatif. Namun humas yang justru semakin terhimpit dan putus asa menghadapi segala terpaan.

“Semakin tinggi pohon pinus itu, semakin banyak dan kuat terpaan yang akan dihadapi
Semakin tinggi reputasi dan prestasi humas suatu instansi atau perusahaan, semakin banyak permasalahan yang akan dihadapi.”

Ketika tumbuh di dalam rumah kaca, pohon pinus tersebut selalu berada di ZONA AMAN (safety zone) sehingga kecil sekali kemungkinan dia untuk dapat memperkuat benteng pertahanan diri dan memperluas ekspansi. Binatang buas yang mampu menjangkau batangnya, bahkan seranggapun enggan mendekat karena ia tak dapat menjangkau aroma benangsar bunga pinus tersebut.
Ketika seorang humas selalu berada di zona nyaman, ia akan merasa bahwa dirinya selalu berada di zona nyaman ia akan merasa bahwa dirinya selalu berada diatas awan tanpa melihat fenonemayang terjadi sekelilingnya ia merasa selalu berhasil untuk menangani kendala yang akan datang. Hal tersebut seperti dialami oleh seekor katak yang berada dalam tempurung emas.

TAHUKAH ANDA ??
Setelah membaca, memahami, meresapi, dan merenungi deret kata yakinlah bahwa:
1. Tentara terdepanmu ialah keberanian dan kepercayaan diri
2. Tampillah dengan program-program inovasi ialah amunisi terbesarmu, strategi kehumasan “yang cantik”
3. Tahan banting jadikan humas semakin kuat
4. Musuh terbesar humas ialah ketidakaktifan dan ketidakantisipatifan
5. Sukses kehumasan bukan karena selalu dalam safety zone/ safety area
6. Motivasi adalah teman kita sendiri
7. Ingat kebutuhan publik bukan kebutuhan pribadi
8. Ledakkan potensi melalui setiap program cemerlang
Semoga setelah membaca deretan kata ini, anda akan sigh out dan menemukan wajah baru kehumasan pada diri anda. Sekarang bercerminlah!

FURRI KURNIA ADITAMA
052074010
REG 05

nuyunk mengatakan...

Nurul Ainiyah(042144034)
SR'04
email:nuyunk_crut@yahoo.com
Blog:Akusukarasacoklat.blogspot.com

Koment Nuyunk,· Sebenarnya banyak definisi kehumasan, tapi saya mengutip salah satu saja. Kehumasan atau istilah kerennya Public relation pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi, kendati agak lain dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena ciri hakiki dari komunikasi PR adalah two way communications (komunikasi dua arah/timbal balik). Arus timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan PR, sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam PR ( Rachmadi, 1994:7 ).
Suatu hal yang perlu dilakukan bagi seseorang agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya adalah seseorang tersebut harus mampu mengembangkan komunikasi bagi dirinya sendiri maupun orang lain,dan menumbuhkan sikap percaya diri sehingga sesuai dengan strategi kehumasan.
Apabila seseorang dapat melakukan tindakan tersebut niscaya ia dapat menunjukkan kemampuannya dalam membangun citra diri.
Faktor-faktoryang diperlukan manusia dalam membangun jiwa kehumasan:
menurut Melvin Sharpe (dalam Kasali, 2005: 8-9)
1. komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas
2. keterbukaan dan konsistensi terhadap langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh keyakinan orang lain
3. langkah-langkah yang fair untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwill
4. komunikasi dua arah yang terus menerus untuk mencegah keterasingan dan untuk membangun hubungan
5. evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan masyarakat.

LA-mania mengatakan...

Agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, maka kita harus tahu dimana kita berada dan apa yang pantas di lakukan di tempat kita berada. Beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang sangat penting agar tindakan kehumaan lebih tepat. Karena tindak kehumasan sangat berkaitan dengan masyarakat, maka kita harus tahu apa yang baik dan disuka oleh masyarakat disekeliling kita. Dengan tindakan di atas maka akan terjadi keseimbangan dan kecocokan , sehingga dalam menerapkan sesuatu yang berhubungan dengan kehumasan akan mudah dan sesuai dengan strategi dasarnya.
Penyebab seseorang mampu menunjukkan citra dirinya dikarenakan adanya rasa percaya diri dalam diri seseorang. Disamping itu, adanya kelebihan yang melekat pada diri seseorang dimana kelebihan itu tidak dimiliki oleh semua orang. Hal ini akan memunculkan sikap percaya diri yang tinggi sehinnga berani untuk menunjukkan citra dirinya. Seseorang yang tidak dapat menunjukkan citra dirinya adakalanya di pengaruhi oleh rasa minder atau rasa kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri ini bisa timbul karena adanya suatu kekurangan yang ada dalam diri seseorang, sehingga apa yang dilakukannya itu merasa kurang benar walaupun pada kenyataannya apa yang sudah dilakukannya itu benar. Hal tersebut menimbulkan tidak adanya keberanian untuk menujukkan “inilah saya dan beginilah saya”
Yang perlu dilakukan manusia untuk membangun jiwa kehumasan adalah rasa percaya diri dan adanya kesadaran bahwa tiap manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan harus sadar bahwa kekurangan itu bisa disamarkan dengan menampakkan kelebihan yang dimiliki. Kelebihan inilah yang harus dimaksimalkan untuk menunjukkan citra dirinya. Dengan melakukan hal di atas, tentunya kekurangan yang melekat pada diri seseorang tidak akan terlihat karena adanya kelebihan yang telah tampak. Jika sudah begitu, maka akan timbul rasa percaya diri dengan sendirinya.

Fahrozun Nafi'
042144212
SRN 04

Garda Sastra Aleniasi Rumput Berbasis Independen mengatakan...

Sapakat dengan rekan dodi bahwa hal pemberian tugas via blog, bapak telah merberikan sebuah pencerahan terhadap Jurusan kita tercinta JBSI. Saya punjuga ikut mengucapkan selamat dan selamat.

Kembali kepada komentar yang akan saya utarakan. Tindak kehumasan yang seperti dicontohkan pada paragraf pertama menggambarkan bahwa seseorang harus yakin pada dirinya sendiri sebelumia meyakinkan orang lain. Tindakan yang di lakukan di atas merupakan tahap dimana seseorang yang akan melakukan hubungan dengan orang lain (masyarakat) seorang pasti akan berkata pada dirinya sendiri sudah pantaskah saya berhadapan dengan seseorang. Dari sini jelas bahwa seseorang harus menyiapkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum dia lebih jauh bersosialisasi dengan khalayak. Dalam hal ini tindakan tersebut merupakan tahap awal dalam kehumasan, mempersiapkan diri sendiri. Namun yang menjadi pertanyaan saya apakah cukup dengan mempersiapkan secara fisik? Tidak baik fisik, psikis maupun intelejensi kepribadian seorang tersebut harus baik.

Jika berbicara sifat kehumsan yang ada sejak lahir. Hal itu memang sudah pasti, sebagai makhluk yang beragama. Semua agama pasti mengajarkan hubungan secara vertikal maupun horisontal. Hubungan dengan tuhan-Nya dan hubungan dengan sesama manusia. semua manusia pawsti pnya tempat sendiri-sendiri dalam masyarakat. citra seseoranng memang tidak bisa di lihat dari dri sendiri tetapi orang lainlah yang bisa merasa. dalam hal ini yang perlu diutamakan dan menjadi obat penawar agar bisa membangun citra diri adalah. rasa percaya diri dan sifat optimis dalam menatap masa depan adalah jawabnya.
andrea hirata dalam Tetra logio laskar pelagi memberi contoh lewat tokoh ikal ketiak ia mengalami rasa kurang percaya diri dalam menghadapi masa depan.

dan yang terakhir adalah jamngan pernah berhenti bermimpi untuk menjadi orang yang lebih baik.

hanya ini yang bisa saya komentari.
salam seni dan budaya

Arfan Fathoni
042144017
pos-el arfan_garde09@yahoo.com
www.laskarsarbi017.blogspot.com
mohon komentar dan saran.

LA-mania mengatakan...

Agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya, maka kita harus tahu dimana kita berada dan apa yang pantas di lakukan di tempat kita berada. Beradaptasi dengan lingkungan merupakan hal yang sangat penting agar tindakan kehumaan lebih tepat. Karena tindak kehumasan sangat berkaitan dengan masyarakat, maka kita harus tahu apa yang baik dan disuka oleh masyarakat disekeliling kita. Dengan tindakan di atas maka akan terjadi keseimbangan dan kecocokan , sehingga dalam menerapkan sesuatu yang berhubungan dengan kehumasan akan mudah dan sesuai dengan strategi dasarnya.
Penyebab seseorang mampu menunjukkan citra dirinya dikarenakan adanya rasa percaya diri dalam diri seseorang. Disamping itu, adanya kelebihan yang melekat pada diri seseorang dimana kelebihan itu tidak dimiliki oleh semua orang. Hal ini akan memunculkan sikap percaya diri yang tinggi sehinnga berani untuk menunjukkan citra dirinya. Seseorang yang tidak dapat menunjukkan citra dirinya adakalanya di pengaruhi oleh rasa minder atau rasa kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri ini bisa timbul karena adanya suatu kekurangan yang ada dalam diri seseorang, sehingga apa yang dilakukannya itu merasa kurang benar walaupun pada kenyataannya apa yang sudah dilakukannya itu benar. Hal tersebut menimbulkan tidak adanya keberanian untuk menujukkan “inilah saya dan beginilah saya”
Yang perlu dilakukan manusia untuk membangun jiwa kehumasan adalah rasa percaya diri dan adanya kesadaran bahwa tiap manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan harus sadar bahwa kekurangan itu bisa disamarkan dengan menampakkan kelebihan yang dimiliki. Kelebihan inilah yang harus dimaksimalkan untuk menunjukkan citra dirinya. Dengan melakukan hal di atas, tentunya kekurangan yang melekat pada diri seseorang tidak akan terlihat karena adanya kelebihan yang telah tampak. Jika sudah begitu, maka akan timbul rasa percaya diri dengan sendirinya.

Fahrozun Nafi'
042144212
SRN 04

singa_raja mengatakan...

Humas selama ini kerap diartikan sebagai perihal yang berhubungan dengan masyarakat atau khalayak. Ada beberapa alasan dalam pelaksanaan tindakan humas yang menyimpang dari strategi dasarnya, diantaranya mngkin terdapat adanya persaingan dalam sebuah kinerja misalnya antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Dilihat dari fungsinya, humas menjembatani antara perusahaan/instansi dengan public atau khalayak. Di samping dengan khalayak, humas juga berperan penting di dalam perusahaan itu sendiri. Apabila nantinya terjadi adanya konflik atau problem dalam perusahaan tersebut humas bertugas sebagai penengah. Dalam kenyataan pelaksanaannya, sebagian besar humas memang sering melakukan tindakan yang menyimpang. Alasannya dengan cara seperti ini, untuk mencapai keberhasilan dari humas akan dapat tercapai dengan kata lain humas menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan daripada humas itu sendiri. Tetapi ada juga sebagian dari humas yang pelaksanaan kinerjanya yang sesuai dengan strategi dasarnya.
Sedangkan tindakan seseorang yang harus dilakukan dalam kehumasan agar sesuai dengan strategi dasarnya adalah dengan lebih meningkatkan sosialisasi dengan masyarakat, misalnya dengan membuka diri seluas-luasnya dalam menaerima masukan-masukan, lebih memperluas hubungan/kerjasama dengan orang lain, bisa juga mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kehumasan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jiwa kehumasan itu pada dasarnya sudah melekat pada diri masing-masing seseorang, bisa juga dikatakan telah melekat sejak lahir. Tetapi kenapa masih ada seseorang yang mencari citra dalam dirinya? Hal ini disebabkan karena seseorang tersebut kurang mengakui dan percaya bahwa dirinya mempunyai jiwa kehumasan. Jika seseorang yakin dan percaya bahwa dalam dirinya memiliki citra dan yakin, maka dia tidak akan memiliki rasa tidak mampu mencitrakan dirinya sendiri. Sedangkan untuk alas an seseorang mampu menunjukkan citra akan dirinya yakni seseorang tersebut memang memiliki kemampuan dan ingin diakui oleh orang lain bahwa dirinya itu benar-benar mampu mencitrakan dirinya sendiri kepada orang lain.

Lebih ditekankan lagi bagi seseorang yang ingin membangun jiwa kehumasanhendaknya lebih meningkatkan pensosialisasian dirinya. Kehumasan sendiri mengandung makna hubungan dengan masyarakat. Maka dari itu hubungan yang baik dengan masyarakat sangatlah menjadi cara utama untuk membangun jiwa kehumasan. Tidak hanya itu saja, seseorang yang dikatakan memiliki jiwa kehumasan harus mampu menggaet masyarakat atau public dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan dari humas itu sendiri.

satyaka hang wicaaksa
042074210
santyaka-singaraja.blogspot.com

mindless mengatakan...

Mempersiapkan diri untuk tampil di depan umum memeng sudah ditanamkan ketika kita masih kecil.
Orang tua kita selalu mengajarkan agar kita mampu tampil dengan rapi ketika hendak keluar dari rumah, itu pula yang membangun kesadaran diri seseorang untuk meyakinkan diri dia pantas atau tidak muncul, yang dapat diartikan sebuah tindakan kehumasan.
Hal-hal yang diperlukan seseorang untuk membangun jiwa kehumasan adalah
1. Pentingnya membangun kesan (citra diri) yang baik, yang dimaksudkan adalah first impression yang menunjang. lewat pakaian (tidak perlu mahal namun cukup rapi dan bersih), pembawaan diri, tingkah laku (senyum dan keramahan diperlukan), dll.
2. Pengetahuan yang luas sangat diperlukan demi terwujudnya kesan pada poin pertama, dengan demikian orang akan menilai kita lebih. Bukan sekadar pada penampilan luar namun apa yang kita ketahui dan katakan.
3. PeDe atau percaya diri merupakan hal yang juga tak boleh dilupakan. mental untuk tampil
4. Membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan orang baru.

Ratih Yuni Irawati
042144024
Sastra Indonesia 2004

selamat datang mengatakan...

Kepercayaan kepada diri sendiri adalah kunci sukses dalam segala hal. Akan tetapi bagaimana seseorang menemukan kepercayaan itu? Menurut pendapat saya, yang paling penting ialah bahwa seseorang mampu memahami sifatnya sendiri, sebab ia tidak akan mampu memanfaatkan atau mewujudkan sifatnya kecuali jika sadar sepenuhnya bagaimanakah sifatnya itu. Tidak hanya itu, seseorang harus memahami sifat orang-orang di sekitarnya. Dengan begitu seseorang akan mampu berhubungan dengan lebih baik di dalam masyarakatnya.
Strategi tersebut merupakan salah satu perwujudan dari tindakan kehumasan. Seseorang bebas melakukan sesuatu yang mendukung dirinya agar sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Seperti berpakain rapi sebelum rapat atau apa saja. Tentunya berbeda ketika pergi ke sawah dengan berpakain seperti pergi ke kantor. Seseorang harus mampu mencocokkan keadaan terlebih dahulu. Mana yang paling pantas untuk di kenakannya.
Setiap orang juga memiliki potensi dalam hidupnya, yaitu kemampuannya untuk menjadi penguasa segala sesuatu. Penguasa disini diartikan bahwa seseorang bukan hanya mengamati dan menarik kesimpulan tetapi juga dengan tidak terelakkan dan secara aktif mencoba mengaktualisasikan sepenuhnya potensi segala sesuatu demi perbaikan kehidupannya sendiri dan lingkungan masyarakatnya. Seseorang juga tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karena itu perlu adanya kesadaran individu untuk bersosialisasi dalam masyarakat luas. Agar seseorang bisa dianggap dan di setarakan dengan yang lainnya.

kebesaran manusia seutuhnya
tidak bisa dinyatakan seorang manusia saja
Kearifan semua harus
digabung secara bebas dan jangan tanggung-tanggung
Tugas manusia ialah menyadari
jalannya berinteraksi yang otentik
Hanya dengan demikian ia mengejawantahkan potensinya.


Pengen lebih kreatif lagi, kunjungi bloger yang tertera di bawah ini!

Fatkur Rozi
042144206
SRN 2004 Sastra Indonesia
Email: kurt_c59@yahoo.co.id
www.zerospoot.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Menuru saya pada umumnya pengertian dari kehumasan yang selama ini melekat dalam diri khalayak adalah perihal hunbungan dengan masyarakat. Di manapun tempatnya, kapanpun, perihal tentang kehumasan sangat diperlukan seseorang untuk memperoleh informasi tertentu.
Terkadang seorang humas lupa akan tugasnya (menginformasikan sesuatu) dan lebih mengunggulkan tentang dirinya, sehingga apa yang dia katakana tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak produsen (tempat dia bekerja/bertugas).
Setiap orang memiliki jiwa kehumasan misalnya mampu untuk berbicara pada setiap orang. Diperusahaan-peruahaan besar khususnya, di bidang kehumasan orang mampu mempromosikan produknya.
Seseorang harus mampu melihat dirinya sebagai objek pemikirannya serta berinteraksi dengan dirinya sendiri dan sadar akan dirinya sendiri. Setiap orang harus terus mengoreksi semua tindakannya. Ia harus terus mencari kekurangan dan kelemahan dalam dirinya dan memperbaikinya.
Tujuan humas pada akhirnya adalah membuat publik dan organisasi atau lembaga yang saling mengenal. baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan maupun budaya masing-masing dengan demikian, aktivitas kehumasan haruslah menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti hal tersebut. sifat komunikasinya cenderung informatif saja.

Nama : Tyas Wahya P.
NR : 042074237
Kelas : PNB 04

abdul basir mengatakan...

Semua orang memunyai jiwa kehumasan, karena manusia adalah makhluk sosial. Sebagai mahkluk social, manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya. Maka dari itu manusia membutuhkan komunikasi. Dengan komunikasi seseorang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya kepada orang lain. Begitu halnya dengan konsep kehumasan, bahwa kehumasan dibangun dengan cara berkomunikasi. Semakin lancar komunikasi yang dilakukan seseorang maka akan semakin tinggi adanya saling pengertian yang disampaikan.
Benar apa yang dikatakan pak Yatno bahwa ada jiwa kehumasan yang muncul dalam diri manusia sebagai sesuatu yang dominan sehingga otomatis dapat dilihat citra diri seseorang secara langsung Namun, ada juga manusia yang tidak pernah tahu dan percaya akan citra dirinya. Untuk melihat daya dan potensi jiwa kehumasan yang muncul dalam diri seseorang mungkin bisa kita dilihat secara langsung dari cara dia berkomunikasi dan juga cara dia berinteraksi, baik dalam hubungannya dengan pekerjaannya maupun dengan masyarakat di sekelilingnya.Dan untuk mengembangkan daya kecakapan yang sudah ada itu maka diperlukan tindakan untuk membangun citra, di antaranya dengan cara mengenal diri sendiri, memaksimalkan rasa percaya diri, berani tampil beda, berani mengambil resiko dari apa yang telah dilakukan, berani mencoba hal baru, selalu memperluas ilmu pengetahuan dan memperluas pergaulan serta wawasan.
Bagi seseorang yang tak pernah tahu dan mengerti potensi kehumasan yang dimilikinya tentunya diperlukan adanya sesuatu yang pembelajaran yang positif, hal-hal positif yang dapat membangun citra diri, paham akan posisi diri sendiri, percaya diri sendiri, dan mengembangkan kemampuan komunikasi lisan.
Mungkin dengan cara tersebut kita dapat menemukan citra diri kita dan menemukan citra diri kita secara maksimal dan positif.
demikian komentar saya, terima kasih..


ABDUL BASIR
042074044
pend.Bhs dan Sastra Indonesia-2004 /reguler

empire earth II mengatakan...

Death macth for life

Jika malam ini mulai retak
Akan kubinasakan kelabu di baitmu
Lalu siapa tau warna kelabu hatiku
Jika si pembalang tua mulai renta
Sayuh payuh kau lempar di buihnya
Terhapus ombak oleh warna
Aku hilang di lautan tak bertuan
Mencari jalan yang telah hilang
Aku bukan diriku yang pernah ku tau
Atau dirimu yang mengenaliku
Blitar,14 mei 2007


The mean of life

Apabila berbicara tentang tindak kehumasan prinsip dasar yang harus sesorang sadari adalah cara pandang pribadi masing-masing, dalam psikologi humanistic setiap individu harus memahami manusia sebagai totalitas, tidak hanya memntingkan kebutuhan fisik semata. Manusia harus berkembang lebih dari itu misalnya moral, nilai-nilai kehidupan, sikap dan sebagainya agar manusia dapat bersosialisasi dengan baik, sebab nmanusia adalah makluk social yang tak mungkin dapat hidup sendiri, antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan.
Meskipun jiwa kehumasan melekat sejak lahir apabila seseorang tidak mampu menguasai dirinya maka semua yang dilakukannya akan sia-sia. Mau tidak mau, akhirnya pengakuan orang lainpun sangat berarti bagi setiap individu dan baik sadar maupun tak sadar manusia akan memburu pengakuan manusia lainnya . Misalkan orang akan mencari pengetahuan sampai kapanpun, agar berguna bagi masyarakat lainnya dan secara tidak sadar pengakuan manusia lainlah yang di buru pertama kali oleh manusia tersebut. Pikiran manusia selalu aktif dan dinamis. Hasil dari kreasi fikiran yang dinamis disebut dengan kreatifitas. Dan melalui kreatifitas itulah manusia berkreasi untuk menujukan aktualisasi dirinya serta mencari arti hidup ini.
Seperti pepatah jawa mengatakan “urip ora mung mampir ngombe” (dalam bahasa Indonesia, hidup tidak sekedar singgah untuk minum ). Apabila diresapi maksud dari pepatah jawa tersebut sangatlah dalam. Hidup ini bukanlah suatu pesta yang berawal dari senang dan berakhir dengan senang, hidup lebih berarti dari itu dan kata arti dari hidup itulah yang perlu dicari setiap individu meski secara tak sadar naluri manusia mencarinya sejak ia lahir namun akan lebih berarti lagi apabila manusia mencari arti hidupnya dengan mata hati dan fikiran yang sadar atau hidup. Kenapa aku disini? Untuk apa aku disini ? apakah ada tempat lain setelah tempat ini? Dan apa yang aku lakukan sekarang?

dadang yudiantoro
042144023/SR" 04
goth.them@gmail.com
goththem.blogspot.com

michie_gitoe.... mengatakan...

Salam Pak Yatno keren....
Bapak keren dech, inovatif, asyik banget, pokoke TOP lha......!!!
Jujur, saya sangat bahagia atas tugas UTS yang Bapak berikan. Terima kasih ya Pak.....

Bagian humas (hubungan masyarakat) atau PR (public relation) semakin dirasakan kebutuhannya. Nyaris semua perusahaan atau lembaga menyadari bahwa bagian ini bisa menjadi ujung tombak bagi keberhasilan produk mereka. Kendati penting, belum semua insan perhumasan menghayati tugasnya. Bagian humas juga bukan kosmetik yang berfungsi untuk menutupi kekurangan agar terlihat cantik. Humas ibarat sebuah jendela. Sebelum mencapai pintu, orang bisa memandang melalui jendela tersebut. Ironisnya, walau dibutuhkan, terkadang beberapa pimpinan merasa tak memerlukan bagian ini. Jika terjadi sesuatu masalah besar yang berkaitan langsung dengan masyarakat barulah bagian humas dimajukan. Dalam pelaksanaan pekerjaannya seorang praktisi humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Bahwa proses humas (tahapan fact finding, planning, communicating, evaluation). sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial.
Dalam proses tersebut kita jumpai teknik-teknik dan koordinasi tertentu yang dipergunakan oleh kelompok orang-orang yang disebut manajer di dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu sendiri. Proses ini pun mencakup fungsi-fungsi dasar dengan pendekatan analistik seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dalam melaksanakan manajemen (POAC, Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Dengan melihat proses peranan manajemen dan hubungan masyarakat (humas) dalam suatu organisasi yang sudah dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa manajemen itu adalah upaya menyusun sasaran dan kerja sama melalui orang lain. Di samping itu, untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif dan agar pekerjaan terlaksana dengan baik. Fungsi dan tanggung jawab manajer humas hendaknya mengupayakan terjadinya hubungan yang lancar dan efektif antara semua bagian dalam perusahaan di satu sisi dan antara perusahaan itu dengan publik internal dan publik eksternal.

Citra adalah suatu penggambaran tentang objek. Biasanya lewat bahasa. Warna putih menggambarkan ketulusan, kesucian, bersih dan apa adanya. Objek yang memilih warna putih sebagai atribut kadangkala tidak hanya bermaksud menunjukkan identitas dirinya melainkan juga mengkomunikasikan gambaran (citra) dirinya sebagi objek yang penuh ketulusan, bersih dan apa adanya. Pemilihan kata "menyesuaikan harga" dimaksudkan sebagai pencitraan "keputusan yang penuh pertimbangan" dari pada memilih kata "menaikkan harga" karena hanya akan mencitrakan kesewenang-wenangan. Citra dapat sebagai hasil manipulasi sama halnya sebuah kata dapat digunakan untuk berbohong. Citra dengan demikian bisa bersifat sementara, hanya ketika seseorang mendengar, membaca, melihat, sebuah objek yang sedang dicitrakan. Citra merupakan gambaran perusahaan/objek yang diperoleh melalui persepsi (kesimpulan dan penafsiran) orang lain (= baca, publik)terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh perusahaan/objek. Disinilah kajian komunikasi kembali relevan dihubungkan dengan citra, yakni suatu usaha mengkonstruksi pesan untuk disebar luaskan kepada khalayak sehingga hasil dari konstruksi pesan tersebut dapat dipersepsikan oleh khalayak sesuai dengan harapan pengonstruksi pesan. Konstruksi sebuah pesan melalui simbol-simbol verbal menjadi perhatian tersendiri dalam kajian humas. Bahkan mungkin ini merupakan periode terpanjang dalam paradigma kerja humas. Para praktisi humas selalu diberi beban yang lebih dalam upaya mengkonstruksi pesan-pesan perusahaan melalui media publisitas. Keahlian menulis, memilih kata, diksi, metafora, dan kalimat-kalimat tertentu yang sering ditugaskan kepada para praktisi humas kadangkala menjebak para praktisi untuk menggunakan bahasa sebagai 'pemanis', retoris, euphisme bahasa. Semua dilakukan demi sebuah citra atau image.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membangun jiwa kehumasan. Seorang public relations harus komunikatif dan memiliki pengetahuan yang luas. Komunikatif dan berpengetahuan luas menjadi syarat utama seorang PR, karena tugas-tugas PR berkaitan dengan proses membaca situasi, menganalisis, kemudian mengkomunikasikannya. Pengetahuan luas sangat diperlukan karena tugas PR tak hanya berkaitan dengan pembangunan citra perusahaan. Syarat lain untuk menjadi PR masih sangat banyak. Selain komunikatif, supel, berpengetahuan luas, dan berpenampilan menarik, para PR pun harus memiliki jaringan hubungan yang sangat luas. ''Para public relations juga harus memiliki kemampuan menulis dan menutur secara runut. Selain itu, kemampuan dasar pemasaran dan kemampuan Bahasa Inggris juga mesti dimiliki oleh humas.
Seorang humas juga mesti memiliki sifat rendah hati., karena ia akan selalu siap mendengar segala keluhan orang lain. Dan yang terakhir, seorang humas mesti memiliki kepekaan tinggi. PR harus peka terhadap situasi lingkungan sekitar, karena mereka mesti membangun dan menjaga hubungan baik. Sikap kejujuran juga harus ditanamkan, karena PR itu sendiri bertugas membangun kepercayaan dengan pihak lain.

Nama : Henny Hermawati
NIM : 042074037
Kelas : PR 2004

Warga LarOs sejati mengatakan...

Kehumasan ialah sebuah jantung yang terus berdenyut dan tentunya sangat menentukan keajaiban yang akan terjadi pada perubahan pada perusahaan yang sedang di-humas-i tersebut. Ketenaran atau keterkenalan yang akan dialami oleh sebuah perusahaan akan sangat ditentukan oleh berbagai keajaiban yang dilakukan oleh pihak humas yang sedang bertugas. Humas memang sangat berperan penting, karena humas yang menjadi penyambung dengan masyarakat.

Ibaratnya humas itu seperti kacang telor, yang sebenarnya di dalam kacang tersebut ada sebuah kenikmatan yang tiada tara. Jadi humas itu ialah dalemannya perusahaan yang menentukan rasa dan prestasi perusahaan tersebut di mata masyarakat.

Kata lain, humas itu kunci dari nama baik sebuah perusahaan.

HERU SUSANTO mengatakan...

MENGAPA BAPAK MENGINGATKAN SAYA KEPADA SI “DIA”?: MEMAHAMI CITRA DAN REALITA

Oleh: Heru Susanto

Ketika membaca pernyataan Drs. Suyatno, M.Pd., saya jadi teringat teman perempuan dari Kobe, Jepang, yang pernah memberikan ungkapan mesra kepada saya. “Heru, kamu jangan hanya mengandalkan pemikiran saja, tetapi kamu juga harus cakep. Percuma pintar tetapi tidak memperhatikan penampilan!”, wasiat yang masih melekat dalam ubun-ubun dari perempuan negeri-empat-musim bermata sipit.

Saya menganggap pernyataan itulah yang paling romantis dari pertemuan kami. Kenapa romantis? Saat itulah pertemuan filosofis dari dua budaya yang berbeda mulai berbenturan dan secara tidak sadar memengaruhi pemikiran saya. Dulu saya beranggapan bahwa penampilan adalah bagian kesekian kali yang perlu diperhatikan, yang intinya penampilan itu bukan sesuatu yang penting. Yang paling penting adalah pemikiran. Bila sekarang saya disuruh memilih dari dua pilihan, yakni 1) pemikiran lebih penting daripada penampilan atau 2) penampilan lebih penting daripada pemikiran, saya pasti akan memohon dengan sangat hormat untuk mengajukan pilihan yang ketiga. Menurut saya, kenapa bila ada yang paling baik, kita hanya sekadar memilih yang baik? Entah Anda setuju atau tidak setuju, yang pasti saya akan memunculkan pilihan yang ketiga, yakni pemikiran dan penampilan sama-sama pentingnya bagi kehidupan ini.

Kenangan tersebut pulalah yang memicu hasrat saya untuk menarik suatu benang simetri dalam memahami citra dan realita yang sangat berpengaruh terhadap jiwa kehumasan. Menurut saya, jiwa kehumasan sama-sama romantisnya dari kisah mesra menjalani kehidupan yang tidak terlepas dari citra dan realita. Namun, memang ada beberapa permasalahan mengenai jiwa kehumasan, yakni tidak semua manusia mampu memunculkan jiwa kehumasannya dan justru muncul penyimpangan terhadap strategi awal kehumasan itu sendiri.

Dalam tulisan ini, saya memang tidak akan memberikan tips secara teknis bagaimana panduan untuk menjadi manusia berjiwa kehumasan, layaknya panduan cara pembuatan tempe maupun tahu yang terancam gulung-tikar karena bahan baku dan bahan bakar melambung tinggi di negeri ini. Akan tetapi, saya mencoba mengupas tentang hakikat jiwa kehumasan secara filosofis dalam menanggapi permasalahan yang diajukan oleh Drs. Suyatno, M.Pd. berdasarkan citra dan realita.

Meyakini Takdir Citra

Saya tidak akan mendefinisikan citra secara detail dalam tulisan ini. Namun, yang paling penting adalah memahami apa itu citra justru dari pengaruhnya. Sadar atau tidak, semua orang pada dasarnya tertarik pada segala sesuatu. Saat mereka mulai menyadari ketertarikannya pada sesuatu, mereka mulai berpikir untuk membuat sesuatu mulai tertarik pada dirinya. Inilah yang saya sebut sebagai “arus-putar-pencitraan” Anda tidak percaya? Silakan cermati ilustrasi berikut ini!

Ketika manusia masih bayi, ia tidak akan pernah lepas pula dari pengaruh citra. Bila banyi tersebut diberi suatu pengaruh lain dari luar, seperti senyum ibunya atau benda yang berwarna mencolok, bayi tersebut akan memberikan respons, entah tersenyum, mengguman, atau menangis. Apa yang menyebabkan bayi tersebut tersenyum, mengguman, atau menangis, hal itu dikarenakan pengaruh citra. Citra yang dihasilkan dari suatu apa pun dapat diterima maupun ditolak oleh si bayi.

Ketika manusia beranjak pada masa anak-anak yang paling bersemangat dalam dunia bermain, ia akan mudah tertarik dengan berbagai permainan atau segala sesuatu yang berbentuk hiburan. Bila anak-anak berhadapan dengan layar televisi, ia akan lebih mudah terpengaruh oleh film, salah satunya film kartun. Tokoh yang ada dalam film tersebut secara tidak langsung akan memengaruhi kondisi anak. Oleh sebab itu, tidak jarang anak-anak sering membeli berbagai aksesoris yang identik dengan penampilan tokoh dalam film.

Setelah manusia lepas dari masa anak-anak, ia memasuki masa remaja. Dalam masa remaja, manusia tampaknya mulai sadar dengan pengaruh citra. Yang sering terjadi pada masa remaja adalah mulai memerhatikan lawan jenis. Tidak jarang para remaja sering bergonta-ganti model baju untuk menunjukkan penampilannya. Dari sinilah, seseorang mulai tertarik dengan citra yang dihasilkan oleh penampilan. Oleh sebab itu, para remaja mulai bersemangat untuk membangun citra agar dapat menarik perhatian lawan jenis. Kondisi seperti ini akan berlanjut hingga manusia berada pada titik akhir kehidupan.

Semua ilustrasi tersebut pada dasarnya adalah spirit yang harus disadari dalam jiwa kehumasan. Pengaruh citra sangat kuat dalam setiap peristiwa dalam kehidupan. Sejak manusia mulai menjadi pendatang baru dalam dunia ini, ia telah ditakdirkan untuk menjadi makhluk yang terpengaruhi citra dan pada perkembangannya, mereka ditakdirkan pula untuk membentuk sebuah citra.

Memahami kehumasan pada dasarnya juga harus memahami pencitraan. Takdir mengenai citra yang melekat dalam manusia yang pada akhirnya dinamakan sebagai jiwa kehumasan inilah yang harus diyakini terlebih dahulu. Perlu disadari, keyakinan terhadap takdir citra dan kuatnya pengaruh citra terhadap kehidupan juga memunculkan permasalahan tersendiri.

Pencitraan yang Kebablasan

Pencitraan yang kebablasan (hiperpencitraan) dalam kehidupan tampaknya sering terjadi. Konsekuensi yang logis dari pencitraan seperti ini adalah kekecewaan bagi sesama. Kenyataan inilah yang menurut saya sebagai salah satu dari penyimpangan strategi dasar kehumasan.

Beberapa penyimpangan yang sering terjadi dalam proses pencitraan antara lain, pengiklanan produk dan pengiklanan (kampanye) tokoh politik. Walaupun kehumasan tidak sekadar pengiklanan maupun kampanye politik, tidak dapat dipungkiri keduanya merupakan bagian dari spirit kehumasan.

Dalam pengiklanan serta kampanye tokoh politik, pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang sering digunakan. Keampuhannya tampaknya dijadikan senjata hipnotis yang tidak kalah mengerikan dengan senjata pemusnah massal. Banyak pengiklanan produk yang berusaha menyosialisasikan secara berlebihan dengan menutupi segala keburukan yang terdapat dalam produk tersebut. Seakan-akan pencintraan digunakan untuk memunculkan citra yang paling ampuh buat produk yang dipromosikan tanpa mempertimbangkan lagi konsekuensi yang ditimbulkannya.

Akibat pencitraan yang berlebihan seperti ini, penyosialisasian produk telah menyimpang dari strategi awal, yang ingin menjadikan produk dikenal masyarakat luas dan memuaskan. Yang terjadi justru sebaliknya, masyarakat mulai menjauhi produk tersebut karena merasa dikecewakan.

Kenyataan seperti itu juga sering terjadi dalam kampanye politik. Banyak para tokoh politik yang sering menggunakan pencitraan sebagai senjata andalan. Yang dilakukan dalam dunia politik seperti ini sering disebut sebagai pencitraan politik (politic of image). Tokoh politik sering dicitraan sebagai tokoh yang penuh tanggung jawab, ramah, bijaksana, adil dan segala sesuatu yang seakan-akan dapat menutupi kelemahan. Dengan pencitraan seperti ini, orang cacat hukum dapat menjelma sebagai orang bajik berbudi luhur. Keadaan seperti inilah yang dapat memunculkan kekecewaan terhadap masyarakat.

Pencitraan yang kebablasan tersebut memunculkan realita semu. Realita semu tersebut memang dapat mengubah sebuah emosi, kondisi psikis, pemikiran masyarakat karena daya sugestinya yang kuat. Akan tetapi, pada akhirnya, realita semu tadi memunculkan ketidakpuasan yang dapat memberikan predikat cacat pada salah satu produk maupun figur.

Realita sebagai Pusat Peraduan

Realita di sini lebih ditekankan pada realita yang sesungguhnya, bukan realita semu akibat pincitraan yang kebablasan. Realita di sini lebih mengacu pada kesadaran. Kesadaran mengenai apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan akan ke mana merupakan pertanyaan dari kesadaran tentang realita.

Pengenalan tentang realita diri, khususnya memang perlu ditekankan. Apa yang perlu disadari, siapa dirinya sehingga harus disadari, mengapa harus disadari, dan bagaimana menyadari, dan setelah itu akan ke mana merupakan tindakan-tindakan memahami realita.

Konsep realita ini harus jelas. Misalnya produk yang dicitrakan harus dipahami sebagai realita dirinya sendiri (produk itu sendiri). Untuk apa produk (diri) dicitrakan, kelemaham dan kelebihan apa yang dimiliki produk (diri) tersebut harus diyakini sebagai realita sebenarnya. Tidak ada penambahan dan pengurangan dalam pengenalannya sebagai suatu produk atau figur.

Ketika realita tersebut dijadikan landasan kesadaran yang kuat, kepercayaan masyarakat akan menguatkan produk maupun figur. Dari sinilah, pelurusan terhadap penyimpangan strategi dasar mulai diluruskan. Kembalinya segala sesuatu pada realita sebenarnya merupakan kontrol konstruktif untuk mengembalikan penyimpangan ke tendensi awal yang diharapkan. Saat itulah, sealita semu mulai ditinggalkan.


Hubungannya Pemikiran dengan Penampilan?

Manusia memang tidak semua mampu memunculkan jiwa kehumasan dalam dirinya sebagai suatu yang dominan. Hal itu memang benar adanya karena ada manusia yang lantang menunjukkan eksistensi dirinya dengan mengoptimalkan pencitraan dan juga ada yang malu-malu menunjukkan eksistensi dirinya. Penyebab permasalahan tersebut memang sangat kompleks, akan tetapi tampaknya kurang pahamnya dan tidak sadarnya akan takdir dirinya sebagai manusia penuh citra dan realita sebagai penyebab awal.

Bagaimana mewujudkan dalam diri manusia tentang jiwa kehumasan agar optimal? Jawabannya ialah masukkan diri Anda untuk memahami takdir diri sebagai manusia yang penuh citra. Dengan memahami takdir citra dalam manusia, keyakinan akan kekuatan citra diri dapat membangkitkan eksistensi manusia. Untuk tidak menyimpang dari strategi dasar kehumasan tersebut, pemahaman serta kesadaran terhadap ralita tetap harus diyakini sebagai kontrol konstruktif. Hal itu disebabkan citra dan realita adalah jiwa kehumasan yang paling utama harus disadari oleh manusia.

Bagaimana hubungannya dengan pemikiran dan penampilan? Ketika manusia mulai meyakini pemikiran dan penampilan sebagai satu kesatuan yang utuh, disitulah citra dan realita telah dipahami sebagai jiwa kehumasan yang hakiki. Saat itulah, saya harus mengucapkan terima kasih kepada Drs. Suyatno, M.Pd. karena telah mengingatkan saya pada si dia! “Don’t forget me!”, sabda Citra dan Realita kepada manusia yang ingin dikenal eksistensinya.



Heru Susanto NIM 042074016
Mahasiswa P. Bahasa dan Sastra Indonesia
Redaktur tabloid Gema Unesa, salah satu penggagas “Aufklarung” (Kajian Filsafat Unesa)
hr_eksis@yahoo.co.id

empire earth II mengatakan...

sulitnya jadi manusia, semoga malam tak pernah padam dengan chaya bulan

My Muharram mengatakan...

pak yatno, komentar saya kok ga ada buat uts. kemarin malam kira-kira pukul 21.00 saya komentar. saya cek lagi ternyata tidak ada.

Bukan Sekedar Kata mengatakan...

Setiap orang memang memiliki jiwa humas, tergantung cara setiap individu dalam mengasah kemampuan tersebut agar dapat menampilkan dan merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sisi humas dalam diri seseorang dapat dibentuk. Setiap orang dapat membentuk sikap mental yang positif dalam dirinya. Kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap mentalnya. Orang yang mempunyai sikap mental negatif cenderung menarik hal-hal negatif yang terjadi dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang mempunyai sikap mental yang positif akan menarik hal-hal yang positif dalam hidupnya.

Sosialisasi memiliki fungsi untuk mengembangkan diri agar berani tampil di muka umum. Hal yang perlu dikembangkan ialah menerapkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk menampilkan suatu peranan tertentu yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara kapasistas yang perlu dikembangkan dalam kemampuan atau keterampilan untuk menunjukkan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam peran-peran yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan dan kemampuan untuk hidup dengan orang lain yang memiliki harapan-harapan untuk saling menyesuaikan perilaku antara pribadi sesuai dengan peran-peran yang dimiliki.

Dalam membangun jiwa humas, kita harus waspada terhadap munculnya perasaan negatif yang bisa merusak. Diantaranya rasa putus asa, frustasi, depresi, benci, iri hati, dan sebagainya. Kita harus mencari penyebab dari permasalahan yang ada. Perkuatlah pikiran dengan hal-hal yang positif. Misalnya, rasa iri hati bersumber dari perasaan tidak mampu dari diri sendiri. Cobalah menetralisir dengan mencari hiburan, refresing, dan sebagainya.

Untuk menampilkan sisi humas yang ada dalam diri setiap orang, maka setiap individu haruslah berusaha untuk melihat sisi positif dibalik situasi negatif. Ambilah hikmah dibalik sebuah musibah, carilah berkah dibalik semua masalah, petiklah pelajaran dibalik setiap kegagalan. Anggaplah kegagalan sebuah sukses yang tertunda. Anggaplah hambatan-hambatan sebagai sebuah tantangan bukan ancaman. Mulailah menghargai diri sendiri dengan tidak menyalahkan diri sendiri terhadap kesalahan yang dilakukan dan berusahalah untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Selain pembentukan dari dalam diri, kemampuan seseorang dalam menampilkan jati diri dapat diasah dengan berbagai cara. Misalnya, melihat orang lain bersosialisasi, berkomunikasi dengan individu lain, bergabung dalam sebuah komunitas, dan yang terpenting memupuk rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan faktor yang sangat penting dalam menampilkan kemampuan humas seseorang. Dengan memiliki rasa percaya diri maka setiap individu akan tampil lebih memiliki performansi yang menarik. Setiap orang yang merasa percaya akan kemampuan diri, maka begitupun orang akan percaya pada setiap perkataan dan tindakan orang tersebut. Dengan demikian kita telah menampilkan jiwa humas dalam diri kita.

Pak, maaf, saya mengirim lagi komentar saya kemarin kok nggak masuk-masuk.
salam sejahtera dan sehat selalu.

Nurina Kurnia Safitri
(042144011\SR04)

nia mengatakan...

PAK YATNO……, middle test nya oke buanget Pak! Langsung praktek kayak gini bisa membuat mahasiswa lebih kreatif dan yang jelas lebih melek teknologi..hehe!! Pokoknya salut deh sama pengajaran bapak….

Ehmm… Hal-hal yang perlu dilakukan agar tindakan kehumasan sesuai dengan strategi dasarnya adalah dengan memfokuskan tindak kehumasan terhadap sasaran yang ingin dicapai, tiondak kehumasan tidak boleh melenceng dari apa yang menjadi tujuan awalnya serta konsisten dengan apa yang ditelah direncanakan dan dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan perkembangan hidup dan IPTEK.
Saya sangat setuju dengan pernyataan bapak bahwa setiap orang mempunyai kemampuan humas sejak lahir. Humas pada dasarnya adalah bagaimana kita membentuk citra diri kita dimata masyarakat. Citra Diri ini perlu dipahami lebih dulu maknanya, karena merupakan suatu produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya. Dari sini seseorang membangun sebuah gambaran tentang dirinya, yang menurut keyakinannya benar. Citra Diri sebenarnya adalah "Konsepsi Anda sendiri mengenai seperti apakah diri Anda sebenarnya". Seseorang ada yang mempunya citra diri yang dominan hidupnya dan ada yang tidak, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

• Pola Pikir Individu
Dalam hidup bermasyarakat setiap individu mengalami berbagai masalah kejadian, seperti bertemu orang-orang baru dan lain sebagainya. Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal. Dia tidak akan memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena selalu merasa dirinya serba “kurang”, jika dia tidak mampu menghargai dirinya sendiri maka orang lainpun tidak akan bisa menghargainya sehingga dia tidak dapat membangun citra diri yang positif. Sedangkan individu dengan percaya diri yang tinggi, akan percaya pada kemampuan dirinya, ia akan menemukan hal-hal yang positif dalam dirinya, ia mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain, sehingga dalam berkomunikasi orang-orang yang mempercayai dirinya sendiri akan dipercaya oleh orang lain dan menjadi subyek dominan yang dapat mempengaruhi orang lain.

• Pengaruh Lingkungan Luar Keluarga
Sikap tidak percaya diri dalam diri individu juga muncul sebagai akibat dan pengaruh Iingkungan, antara lain sikap lingkungan yang membuat seseorang takut untuk mencoba, takut untuk berbuat salah, semua harus seperti yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut dimarahi, seseorang jadi malas untuk melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan. Maka orang tersebut akan mempunyai citra diri yang negatif dalam hidupnya. Ia hanya mampu menjadi “follower” dalam hidupnya. Sedangkan individu yang mendapat pengaruh baik dari lingkungan seperti dukungan dan pendorongon terhadap perkembangan kreativitas akan mempunyai citra diri yang baik dilingkungannya, karena dengan tindakan yang dilakukannnya, dia telah dipercaya oleh lingkungan masyarakat. Individu akan mampu menjadi ‘”trendsetter” yang pada gilirannya dapat memengaruhi masyarakat lain untuk mengikutinya.

• Pola Asuh (Lingkungan Keluarga)
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi diusia dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Orang tua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa pencaya diri pada anak tersebut. Anak tersebut dikemudian hari akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri seperti orang tuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya. Sehingga nantinya bisa menjadi orang dengan citra diri yang baik dan dapat menjadi yang dominan dari masyarakatnya.
Lain halnya dengan orang tua yang kurang memberikan perhatian perkembangan jiwa pada anak atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang telah dicapai oleh anak ataupun seolah-olah menunjukkan ketidak percayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orang tua menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri, segala sesuatu disediakan dan dibantu orang tua. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orang tua. Anak akan merasa rendah diri dimata saudara kandungnya yang lain atau dihadapan teman-temannya. Akhirnya anak tidak percaya pada dirinya sendiri sehingga dia tidak akan menyadari adanya potensi dalam dirinya.

TUMBUHKAN PERCAYA DIRI SEJAK DINI
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dan dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika teman-teman sedang mengalami krisis kepercayaan diri:
 Evaluasi diri secara objektif
 Beri penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri
 Positive thinking (husnudhon)
 Gunakan self affirmation (penguatan diri)
 Berani mengambil resiko
 Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan
 Menetapkan tujuan yang realistik
 Banyak berhubungan dengan kelompok orang-orang yang positif (punya rasa percaya dir kuat).
Met Mencoba Ya Teman-Teman……

Accept yourself as you are. Otherwise you will never see opportunity. You will not feel free to move toward it;
you will feel you are not deserving.
(Dr. Maxwell Maltz)


NIA BUDIANA
052074004
PR ‘05