Kamis, 20 Maret 2008

Jelang Unas, Guru Stres

SURABAYA-Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (Unas), para siswa, guru, dan kepala sekolah (kasek) dihantui rasa was-was. Hal itu tergambar jelas dari keluhan para guru ketika mengikuti tutorial persiapan Unas SMA di Hotel Sahid, 14-16 Maret. Kegiatan ini diikuti puluhan guru dari Surabaya, Sidoarjo, Jember, Tuban, dan daerah lain.
Tutor Pelajaran Bahasa Indonesia Drs Suyatno MPd mengatakan, kekhawatiran guru terlihat ketika mereka disuruh menulis keluhannya terkait Unas yang akan dihelat 22 April mendatang, dalam secarik kertas. “Banyak sekali keluhan yang disampaikan. Rata-rata mengekspresikan rasa was-was terhadap momok Unas,” ujarnya, Sabtu (15/3).
Bentuk keluhannya, misalnya bagaimana siswa yang stres akibat selalu ditekan guru supaya rajin belajar agar lulus. Guru juga stres karena mendapat tekanan dari kasek agar siswa yang diajarnya lulus 100 persen. Sementara kasek lebih stres lagi karena diwarning kepala dinas pendidikan agar siswanya lulus semua. “Semuanya stres akibat beratnya beban psikologis yang ditimpakan pada mereka,” jelas Suyatno.
Beban berat yang dimaksud adalah, naiknya nilai ambang batas kelulusan dari 5,00 jadi 5,25 dan ditambahnya pelajara yang diunaskan. Kalau sebelumnya hanya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika, sekarang jadi enam. Program IPA ditambah biologi, fisika, dan kimia. Program IPS ditambah sosiologi, geografi, dan ekonomi.
Kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya guru yang kesusahan menebak soal. Suyatno mencontohkan bahasa Indonesia. Soal Unas untuk pelajaran ini biasanya bacaannya banyak. Guru banyak yang kesulitan menebak, mana di antara bacaan yang akan keluar. “Perspektif tersebut jelas salah. Selama paham struktur, isi, dan fungsi, pasti tidak akan ada masalah,” tegas Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Unesa ini.
Terpisah, Wakil Rektor I Unair Prof Dr Zainuddin mengatakan pengawasan Unas tahun ini akan ditingkatkan dengan melibatkan organisasi profesi. “Tapi yang dilibatkan adalah organisasi profesi yang paham masalah pendidikan, seperti PGRI,” ujarnya.
Dengan dilibatkannya PGRI, tim pengawas independen (TPI) Unas akan ditambah personelnya. Sebelumnya hanya berasal dari kalangan kampus, yakni dosen PTN dan PTS saja. Koordinator TPI di Jatim adalah Unair. “Untuk menentukan organisasi profesi dan orang yang dilibatkan memantau Unas, semuanya diserahkan pada PTN/PTS besar di daerah yang jadi TPI,” tandas Zainuddin. (Harian Surya, Minggu, 16 Maret 2008)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum...w.r w.b

Pertama, Oktavia ucapkan selamat atas diluncurkannya Blog bertema pendidikan bapak...Bagus banget isinya dan komplit.

paradigma pendidikan saat ini, memang ibaratnya seperti "telur di ujung tanduk" bagaimana tidak? pertama dengan menaikkan secara per tahun jumlah NEM (Nilai Ebtanas Murni) menjadi 5,25 itu jelas sudah menimbulkan rasa kekhawatiran di pihak guru bidang studi, apalagi siswanya...
namun, kita memang harus berbenah diri, terhadap sitem yang dicanangkan oleh pemerintah..yaitu memang saatnya kualitas pendidikan di Indonesia harus berbenah...salah satunya dengan menaikkan NEM tersebut agar dapat lulus...
Untuk para guru tercinta di Indonesia...mari kita bersama-sama berusaha sekuat tenaga terhadap sistem yang baru ini...seyogyanya, sering2lah melatih anak didik dengan soal-soal Try out untuk bidang studi yang di UAN kan..tidak hanya itu strategi kan juga tempat duduk siswa sesuai dengan nomor UAN nya, agar para siswa dapat terlatih keadaan emosi atau kejiwaannya.Hal ini penting sekali, mengingat selain materi yang dikuasai, jiwa mereka juga haru terkondiikan dengan baik...
INSYA ALLAH...BISA!!!SEMANGAT UNTUK PARA GURU DI INDONESIA...

dan untuk Pak SUyatno, Sukses terus pak!!! Saya tunggu blog selanjutnya

wassalamualaikum...w.r w.b

- OKtavia Catur H/ PR 2004 -

Dr. suyatno, M.Pd. mengatakan...

Trims mbak Okta, peta pikirannya sudah okey? memang problem pendidikan kita sangat menggumpal besar, perbaikannya harus dari kita-kita ini sehingga pelan-pelan gumpalan itu dapat cair. Yang penting, apapun yang dapat kita sumbangkan untuk pendidikan, sumbangkanlah semampunya.

suyatno
www.garduguru.blogspot.com