Kamis, 27 Maret 2008
Benarkah Dirimu Seorang Humas?
Suyatno
Sebatas apakah dirimu mampu membangun citra diri bagi diri sendiri, oranglain, dan khalayak ramai? Tentu, kita tidak akan pernah tahu kecuali dengan bertanya kepada orang lain tentang kita atau melihat gejala yang tampak dari orang lain kepada kita. Jika kamu kentut di sela kerumunan lalu seorang dari kerumunan itu dengan cepat menutup hidung sambil memandangi wajahmu, itu artinya orang tersebut telah memberikan reaksi atas citra dirimu. Begitulah ukurannya untuk melihat daya efek atas peran kita.
Kita adalah seorang humas karena selalu berkaitan dengan orang lain, tiap detik dan tiap menit. Dampak dari kedekatan kita terhadap orang lain adalah pemunculan citra yang baik dan buruk. Kalau bercitra baik, kita akan segera ditanggapi secara positif. Orang akan mendekat, bergabung, dan menerima setiap pesan informasi dari kita. Sebaliknya, jika citra buruk yang ditampilkan, orang lain akan mereaksi dengan menjauh, mencemooh, melawan, dan bahkan melakukan tindakan yang merusak kita. Jadi, jalan satu-satunya untuk tampil dengan baik haruslah bercitra diri baik.
Seorang humas sejati harus penuh simpati dan empati kepada siapa saja. Bahasa yang diproduksinya selalu memberikan daya tanggap menyenangkan, menantang, dan memberikan kedamaian. Bahasa tubuhnya memberikan kesejukan bagi siapa saja yang melihat. Kemudian, gagasan-gagasan yang dikeluarkan selalu memberikan warna kemenarikan. Humas sejati tidak akan pernah berhenti belajar dari fenomena apa saja. Dirinya adalah citra sejati.
Orang yang yakin akan citra diri masing-masing mengandung kehebatan potensi yang mampu meledakkan dunia adalah orang yang mampu menikmati kehidupan. Siapapun dapat menempuh jalan keyakinan asalkan sadar bahwa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
Mulutmu adalah harimaumu, buruk muka cermin dibelah, berjalan peliharalah kaki bicara peliharalah lidan, dan pepatah yang sejenis lainnya merupakan pertanda bahwa citra diri sangat diutamakan dalam berkehidupan. Dirimu adalah humasmu. Kalimat itulah yang cocok untuk mengatakan bahwa tampilan citra diri membungkus prestasi yang sesungguhnya dalam hidup. Bagaimana komentar Anda?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Adek Dwi Oktaviantina PNB/2004
Assalamualaikum Pak Yatno,
Menurut pandangan saya, kehumasan bagi diri sendiri atau pencitraan diri tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Bahkan artis ternama pun perlu memiliki manajer untuk mencitrakan dirinya di mata masyarakat.
Untuk menimbulkan citra diri bagi individu, berarti seseorang tersebut harus memiliki self control yang luarbiasa dan disiplin menjaga perilaku. Nah, sulitnya ada di situ pak. Kemampuan untuk bersimpati all day long itu yang susah untuk terjaga.
Faktor yang kedua, yaitu pemakaian bahasa yang menyenangkan dan komunikatif. Bukankah kadang-kadang kita sendiri mengalami kondisi emosi yang berubah setiap harinya? Bagaimanapun menjadi humas sejati merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Harus senantiasa belajar sepanjang waktu. Kemampuan bicara juga tidak sama untuk setiap orang. Ada orang yang mampu berkomunikasi dengan baik, ada pula yang tidak.
Jadi, menurut saya kehumasan membutuhkan sebuah proses pembelajaran baik dari diri sendiri maupun lingkungan.
Posting Komentar