Senin, 31 Maret 2008

Beda Quantum Teaching dan Quantum Learning

Pengasuh yang terhormat, saya sangat tertarik menerapkan berbagai metode pembelajaran inovatif. Namun, saya masih kebingungan dengan perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning. Dapatkah saya dibantu membedakan? Apakah penerapan di dalam kelas berbeda?
Indra Rukmini SPd, Mojoagung, Jombang

Jawaban Drs Suyatno MPd

Bu Rukmini yang saya hormati, selamat ya. Ibu telah menggemari pembelajaran inovatif. Semoga akan terjadi loncatan keberhasilan mengajar sehingga memberikan dampak prestasi bagi murid-murid Ibu. Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Boby DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.

Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.

Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. (*)

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak, Bapak saya dari,,

http://noriefwarisman.blogspot.com

Berkata:
Pak, ide penulisannya bagus, yaitu memuat interaktif yang tentunya membawa pencerahan bagi semua.

Pak Yatno yang berkumis, saya mau tanya, jika permasalahannya seperti ini proses pembelajaran Quantum Teaching dengan TANDUR-nya telah diberikan tetapi gatot (alias gagal total) hal itu karena faktor siswa yang ternyata lumayan lemot (lemah otak) dalam menghadapi setiap hal, jika masalahnya demikian bagaimana Pa Kumis? heheheheheh.....

Hal tersebut yang patut disalahkan siapa? Apa gurunya yang kurang telaten? Apa Gurunya yang kurang tepat metodenya? atau bahkan si siswa yang salah karena ke-lemot-tannya?

Anonim mengatakan...

warsman yth. terima kasih atas kepedulian terhsdap dunia pendidian yang sedang menuju perubahan ini. Banyak pembelajaran yang gatot karena ketidaktepatan mengidentifikasi aspek pendukung, yang salah satunya aspek siswa. kalau siswa lemot, model kuantumnya ya sesuaikan saja dengan tingkat lemotnya.rata rata banyak guru yang menyalahkan siswa.

lara mengatakan...

PAk... lalu bagaimana cara menemukan titik sentuh pada siswa tunagrahita untuk menjadikan "segalanya berbicara" ?

Sedangkan untuk menulis dan membaca saja mereka sering merasa kelelahan ?

laraasih.com

Anonim mengatakan...

laraasih yth. Jangan mengukur tunagrahita sama dengan yang lainnya. titik sentuh anak tunagrahita bisa jadi melalui warna, tulisan unik dan besar, gerak, atau suara ehingga untuk mengajarkan membaca harus lewat aspek tersebut. Jangan berpikir anak normal dengan bacaan biasa kalau memang bacaan untuk tunagrahita.