Minggu, 30 Maret 2008

Kapal Itu Bernama Guru


Oleh Suyatno

Kapal yang berlayar akan mampu membawa semua awak dan penumpangnya ke pulau tujuan dengan selamat sehingga semua penumpangnmya dapat mewujudkan keinginan ke tujuan masing-masing. Kapal yang seperti itu adalah kapal yang dinakhodai oleh seorang yang bertanggung jawab, berpusat pada keselamatan penumpang, dan memberikan kegembiraan kepada penumpang sehingga tidak jenuh di kapal. Dalam kapal itu, juga tersedia tempat-tempat yang disenangi penumpang sehingga penumpang lupa akan kejenuhan, kekhawatiran, dan ketakutannya. Penumpang dapat bebas ke sana dan ke mari di dalam kapal karena laju kapal itu diatur agar tidak memunculkan goncangan tinggi akibat terjangan ombak.
Guru yang baik juga dapat disamakan sebagai kapal yang mampu menampung muridnya ke pulau tujuan. Guru tersebut mengenali karakteristik murid dengan detail, mendalam, dan sehati. Dengan begitu, guru dapat dengan tepat memberikan layanan bagi muridnya. Kemudian, guru memberikan lahan pikiran, sikap, dan geraknya untuk dijelajahi murid dengan suasana yang tidak menjenuhkan, kekhawatiran, dan bahkan ketakutan. Saat proses pembelajaran berjalan pun, guru mengatur irama layanan dengan tenang sehingga tidak goyang karena ombak hambatan.
Bagaimana agar guru dapat menjadi kapal yang baik bagi muridnya? Pertama, identifikasilah karakteristik murid dengan detail, rinci, dan mendalam. Kedua, siapkan segala sarana dan sarana yang sesuai dengan karakteristik murid sebagai penumpang kapal pembelajaran nantinya. Ketiga, siapkan menu perjalanan dengan mengatur iramanya, bawalah murid ke gelombang pembelajaran yang menyenangkan sehingga tidak merasa belajar meskipun sesungguhnya belajar. Keempat, nilailah perkembangan perjalanan kapal pembelajaran dengan melihat tingkat kapasitasi murid, kelima, antarkan mereka ke pelabuhan cita-cita yang sesuai dengan jatidirinya.
Guru sebagai kapal senantiasa mengutamakan penumpangnya, yakni murid dengan senang hati. Hati guru menjadi nakhoda yang mampu mengajak pikiran, sikap, dan perilaku ke alur laut dengan tepat. Pandangan guru mengarah ke ufuk tujuan sehingga sesuai dengan perjalanan kapal pembelajaran.
Murid sebagai penumpang kapal pembelajaran perlu dikelompokkan berdasarkan kecerdasan masing-masing sehingga mempermudah layanan. Murid yang cerdas matematika logis diberikan menu kamar kapal yang bertumpu pada hitungandan deretan angka, muirid yang cerdas bahasa diberikan menu layanan kapal yang berujung pada proses berbahasa, yakni dengan soal cerita, praktik cerita dan sebagainya.
Tidak semua guru dapat menjadi nakhoda dalam kapal pembelajarannya. Untuk itu, hati guru selaku nakhoda kapal perlu senantiasa dilatih, diberi kepercayaan, dan diserahi tanggung jawab yang total. Dengan begitu, kapal guru akan dinakhodai hati dengan penuh ketulusan, keikhlasan, dan tanggung jawab. Bagaimana komentar Anda?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mohammad Abdurrohman (072074001)

Berbicara merupakan hal yang biasa kita lakukan setiap hari, sejak kecil ketika kita semua sudah bisa mengucapkan kata-kata kita sudah mengenal apa yang kita sebut berbicara. Masalahnya saat ini berbicara dimana da hal apa yang ingin dibicarakan. Karena saat ini banyak masyarakat terutama anak muda walaupun dia pandai saat berbicara dengan temannya tetapi pada saat dia berbicara di depan umum dengan tema yang telah ditentukan atau tidak, Ia akan merasa bahwasanya Ia merasa tidak mampu untuk berbicara di depan umum karena masih merasa malu dan belum berani.

Bagi siapa saja yang merasa kalian bisa berbicara tapi bemun dapat berbicara di depan umum itu merupakan hal yang menurut saya tidak benar karena berbicara di depan umum dengan berbicara dengan teman tidak jauh berbeda hanyasaja kalau di depan umum kita dituntut untuk bisa mempengaruhi audien dengan bahasa dan pembawaan kata-katanya penuh dengan inspirasi dan ajakan bagi para audien. Coba sekarang kita lihat orang yang tidak dapat berbicara mulai sejak kecil dan untuk selamanya (bisu) tetapi mereka masih tetap melakukan komunikasi dan komunikasi yang mereka pakai adalah komunikasi non verbal (bahasa isyarat). Mereka setiap saat menggunakan bahasa isyarat kepada semua oran yang ada di dekatnya untuk menyampaikan informasi yang ingin dia sampaikan. Masak kita kalah dengan mereka sedangkan kita sudah diberikan kemampuan untuk berbicara.

Berbicara merupakan salah satu hak dan kewajiban kita. Kita semua memiliki hak untuk berbicara dalam menyampaikan pendapatnya sedangkan kewajibannya kita wajib melakukan kegiatan berbicara karena kita sudah diberikan kesempatan untuk berbicara dan syukur kita masih bisa berbicara dibandingkan dengan orang yang bisu.

Maka untuk itu kita harus bisa berbicara dimana saja dan kapan saja sebelum kita dibicarakan orang lain. Alangkah baiknya sebelum ita dibicarakan orang lain kita harus lebih dulu berbicara sebelum orang lain membicarakan kita karena setiap individu mempunyai kemampuan untuk berbicara dan tinggal individu masing-masing yang harus meningkatkan kemampuan berbicaranya. Jangan pernah puas dengan apa yang kita dapat saat ini tetapi juga jangan pernah berhenti mengucapkan syukur kepadaNya. Tetap berjuanng dan berusaha.

SEMANGAT......!!!