Rabu, 26 Maret 2008

Jangan Jadi Pendidik ala Plato

SURABAYA - "Apakah bapak ibu seorang guru? Benar-benar seorang guru?" Itulah pertanyaan pertama yang dilontarkan Drs Suyatno MPd dalam semiloka pendidikan Peduli Profesionalitas Guru (PPG) kemarin. Di hadapan lebih dari 300 guru di Aula Telkom Divisi Regional V Jawa Timur, Suyatno meminta para guru memenuhi satu syarat sebelum memulai semiloka.

"Mari bersama-sama membuang hambatan. Mari kita berteriak, aku bebas!" tutur pakar pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut lantas diikuti para peserta. Dalam semiloka Metode dan Media Pembelajaran Inovatif itu, Suyatno ingin melihat guru terus bebas meng-up date diri.

Jangan sampai para guru menjadi pendidik ala Plato. "Zamannya Plato, cara mengajarnya teori mental, alias ceramah. Itu 400 tahun sebelum Masehi," katanya. "Masak ibu-bapak guru masih seperti itu? Gaya 400 tahun sebelum Masehi dong...," sambungnya penuh sindir.

Menurut Suyatno, metode dan media pembelajaran harus dibuat berubah-ubah, bervariasi, dan sekreatif mungkin. Apalagi pelajaran-pelajaran yang dianggap siswa sebagai momok. Metode kontekstual, menurut dia, terangkum dalam tujuh hal.

Yakni, inkuiri (menemukan dengan bertanya dan observasi), pemodelan, masyarakat belajar (pembelajaran kelompok), konstruktif (menyusun konsep), pertanyaan, penilaian autentik (penilaian proses dan hasil), serta refleksi. "Metode tersebut dapat diterapkan ke dalam banyak kegiatan," katanya.

Misalnya inkuiri, siswa dapat langsung mengobservasi subjek pelajaran. "Tapi jangan lupa, guru juga harus terlibat langsung," tegasnya. Penting bagi guru untuk belajar dan mengalami bersama-sama siswanya. Sebab, dengan demikian siswanya bakal mendapat pengalaman simulasi, informasi, dan lain-lain.

Suyatno kemarin juga berbagi tips media pembelajaran alternatif. Di antaranya kartu bicara dan lagu. Dalam kartu bicara, para siswa diminta membuat pertanyaan ataupun pernyataan mengenai sebuah topik pembelajaran. Kartu-kartu tersebut wajib dikumpulkan. "Kalau tidak, siswa tak bisa istirahat cepat, misalnya," katanya.

Segala macam pertanyaan dan pernyataan tersebut lantas didiskusikan bersama. Begitu pula media lagu. Guru tinggal mengambil lagu populer yang disukai siswa, dan mengubah lirik lagunya sesuai muatan pelajaran. Suyatno lantas mencontohkan. "Oh, oh, metamorfosa, ada tiga jenis," nyanyi Suyatno mengubah lirik lagu Ketahuan milik band Matta yang populer itu.

"Wah, ini betul-betul baru bagi saya, kok sebelumnya tidak kepikiran yah kalau bisa juga menghafal lewat lagu," tutur Sudarno, guru PKn SMPN 32 Surabaya. Dia mengatakan, metode tersebut amat berguna, khususnya untuk pelajaran yang memerlukan penghafalan seperti pelajaran yang diajarkannya.(ara/nw)
Sumber: Indopos Online

3 komentar:

Djoko Adi walujo [Pemerhati Buku] mengatakan...

WADUH KOK WIS PINTER NGEBLOG

Anonim mengatakan...

Zaman sekarang para guru juga dituntut untuk bisa semakin inovatif dalam mengajar sehingga proses pembelajaran bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Ide2 segar seperti contohnya dibuatnya game-game dalam setiap penyampaian pelajaran akan menjadi semakin menarik dan mengena kepada sasaran.Selalu menampilkan contoh-contoh kasus yang faktual ketimbang yang ada di buku pelajaran, akan lebih mudah dipahami oleh para murid.
Mudah2n dunia pendidikan kita ke depan akan lebih maju.

Dr. suyatno, M.Pd. mengatakan...

Trims komentarnya, guru memang perlu terus distimulasi agar tetap kencang dalam pendirian untuk maju.

suyatno
www.garduguru.blogspot.com