Oleh Suyatno
Model pembelajaran dengan teknik probing masih belum banyak dilakukan karena kesulitan para guru dalam mengolah pertanyaan sehingga susah menemukan akar masalah yang dimiliki siswa. Padahal, teknik probing akan lebih banyak menuatkan kapasitas siswa dalam belajarnya. Siswa akan lebih antusian dan tertarik untuk mengeksplorasi pikirannya.
Teknik probing merupakan suatu teknik membimbing dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan. Teknik tersebut dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Namun dari hasil observasi ditemukan bahwa guru belum pernah menggunakannya. Teknik probing adalah usaha atau langkah-langkah sistematis dalam pembelajaran untuk menggali informasi (fakta, data) yang dinilai penting dari siswa dan relevan dalam mengembangkan pembelajaran. Probing membutuhkan common sense yang sehat dan terlatih dari seorang guru. Probing skills merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga unsur pengalaman (learning curve) mempunyai arti yang sangat penting. Probing diperlukan dalam rangka pembelajaran karena (1) informasi penting dan relevan dalam pembelajaran sering tidak tersedia (terutama untuk siswa di kelas), misalnya data latar belakang kognisi siswa. Setiap analisis siswa cenderung bersifat unik, sehingga generalisasi sangat minimal. Melalui probing seringkali diperoleh informasi yang jauh lebih penting, yang tidak mungkin diketahui tanpa usaha probing yang efektif. Tentu, guru memerlukan dukungan sistem, agar pada saat melaksanakan probing diperoleh hasil yang baik.
Berikut ini hasil penelitian penggunaan probing dalam pembelajaran yang dilakukan Maman Wijaya. Penelitian Maman itu diadakan dengan tujuan untuk menelaah bagaimana penggunaan teknik probing dalam pembelajaran Keseimbangan Benda Tegar, sebagi upaya untuk mencari alternatif lain dalam menerapkan teknik mengajar Fisika yang dapat membimbing siswa dalam membangun pengetahuannya. Mula-mula dibuat pola umum teknik probing, lalu disusun rencana pembelajaran tentang Keseimbangan Benda Tegar bekerja sama dengan guru, meliputi penetapan tujuan pembelajaran khusus (TPK), menetapkan metode, menyusun langkah-langkah probing untuk membahas setiap TPK, menyiapkan alat yang diperlukan, dan menyususn soal ulangan harian, untuk disampaikan oleh guru dalam 4 kali tatap muka (4 X 2 jam pelajaran X 45 menit). Tiap tindakan pembelajaran diamati secara langsung, dibantu dengan alat perekam gambar (video) dan perekam suara (tape recorder).
Hasilnya, dari keempat tatap muka itu terdapat 40 pola probing dengan rata-rata tiap pola mengandung 8 pertanyaan. Tiap jenis kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, diskusi kelas, diskusi kelompok, kegiatan percobaan, dan kegiatan akhir memiliki pola yang relatif berbeda. Pada penurunan rumus dan pada pembahasan soal, teknik probing cenderung akan lebih berhasil bila dilakukan dalam kelompok. Respon siswa terhadap probing guru yang berupa respon verbal, non-verbal, dan respon tertulis pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) cukup baik, namun respon diam siswa pada diskusi kelas masih tergolong tinggi. Respon guru terhadap jawaban siswa dalam kegiatan probing tersebut sebagian besar termasuk ke dalam kategori positif, berupa pengajuan kembali pertanyaan lain pada siswa. Distribusi pertanyaan belum cukup merata, tetapi pada umumnya siswa dapat mengikuti probing guru. Aktivitas mentalnya tetap terjaga, karena setiap siswa berusaha berpikir untuk merumuskan jawaban dan mencoba menyimpulkan berdasarkan jawaban-jawaban itu, walaupun belum tentu ditanya oleh guru. Dengan demikian secara keseluruhan, penggunaan teknik probing dalam pembelajaran Keseimbangan Benda Tegar menunjukkan kecenderungan dapat membimbing siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari penggunaan teknik probing tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya tentang penggunaannya pada metode dan konsep-konsep yang lain, serta tentang efektivitas dan efisiensinya.
Teknik probing memerlukan kekuatan dalam mengembangkan pertanyaan. Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
murid belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
murid harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain:
mendorong siswa untuk berpikir,
meningkatkan keterlibatan siswa,
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan,
mendiagnosis kelemahan siswa,
memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan
membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
Keterampilan bertanya dasar terdiri dari komponen-komponen:
pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,
pemberian acuan,
pemusatan,
pemindahan giliran,
penyebaran,
pemberian waktu berpikir, dan
pemberian tuntunan.
Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari komponen:
pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
pengaturan urutan pertanyaan,
penggunaan pertanyaan pelacak,
peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, guru memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
kehangatan dan keantusiasan
menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulang jawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan.
waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar,
susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.
Jika kekuatan membangun pertanyaan seperti di atas dilakukan dengan benar, pembelajaran melalui probing akan lebih mengasyikkan. Cobalah sekali-kali guru menggunakan probing ini dalam pembelajarannya. Hasilnya, kapasitas siswa akan lebih meluas dan mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar