Kamis, 23 Oktober 2008

Guru di Mata Mbok Siti (29)

Ketika menjelang rumah Mbok Siti, aku lihat kelihaian seorang petani dalam mengolah tanahnya. Seakan-akan, petani itu sudah sampai tingkat master atau doktoral kalau diukur dari tingkat sekolahan. Aku terpana melihatnya. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh sapaan mbok yang masih sehat itu. "Ada apa anakku?", katanya.

"Itu Mbok, petani itu sangat mahir mengolah gembur tanah untuk padinya", jawabku. "Dia pandai bahkan lihai mengolah tanah karena memang tiap hari bergelut dengan tanah", jawabnya enteng. Petani itu dulunya juga tidak dapat apa-apa. Namun, karena mengalami proses pengulangan secara teratur, dia sangat pandai bertani bahkan hasilnya melimpah. Siswa pun, jika dibiasakan melalui pengulangan yang teratur, pasti akan menemukan kemahirannya. "Guru yang baik tentu berpedoman pada cara pengulangan yang tertata, anakku", jawab Mbok yang suka dengan nasi jagung itu. Jangan sampai, guru beranggapan bahwa sekali diberi, siswa pasti langsung pandai. "Cobalah pergi ke kota yang belum kamu kenal. Pastilah, kamu akan mendapatkan kebingungan. Ketika diulang ke kota itu, pasti juga masih bingung", katanya mantap. Namun, karena berulang-ulang mengenali kota itu, seseorang pasti akan paham tentang posisi dan situasi kota.

Tidak ada komentar: