Senin, 13 Oktober 2008

Guru di Mata Mbok Siti (26)

baru kali ini, aku diajak jalan-jalan melintasi pematang sawah. Betapa riuh para petani mengolah tanah. tampak di kanan dan kiri petani mencangkul dan membajak tanahnya. Aku berjalan pelan mengikuti langkah Mbok Siti. Kaki terbuka penuh lumpur. Terasa dingin dan mengasyikkan tanah yang menempel di kaki ini. kadang menginjak kubangan dan kadang menginjak tanah bertunas rumput, kaki ini. Aduh asyiknya.

"lihatlah petani di kirimu", tiba-tiba Mbok Siti mengejutkan lamunanku. "Iya, Mbok, ada apa?" sahutku. "Dia dengan setia mengajak anaknya untuk turut di belakangnya", kata Mbok Siti yang tampak bergairah hari itu. Meskipun anak itu tidak ikut membajak, namun dia ikut mengitari sambil mencari-cari kreco (siput sawah). Begitulah tiap hari anak itu. Tentu, lama-kelamaan, anak itu mahir membajak. "Buktinya, orang itu, dulu ketika kecil, juga mengikuti bapaknya yang sekarang sudah meninggal", kata Mbok sambil melangkah menghindari kubangan air. Itulah pembelajaran alamiah yang langsung praktik secara rutin. Anak itu tidak sadar kalau dia belajar namun dia belajar. Andai saja di sekolah, guru juga menerapkan pembelajaran alamiah sambil praktik langsung dengan cara menyenangkan, tentu banyak yang didapat oleh siswa itu kelak.

"Iya Mbok", kataku mengamini. Kami terus saja berjalan sambil sesekali tertawa. lalu, kami singgah di warung untuk sekadar melepas lelah sambil minum dawet segar. Mbok Siti juga menikmati dawet itu.

Tidak ada komentar: