Jumat, 31 Oktober 2008

Guru di Mata Mbok Siti (30)

Baru kali ini, aku melihat Mbok Siti tertawa terkekeh-kekeh setelah melihatku basah kuyup berdiri di teras rumahnya. "Kok mau berbasah-basah?" tanya Mbok sambil melihat sekujur tubuh ini yang habis dimakan air hujan. Hujan memang sangat deras sedangkan aku tidak membawa jas hujan dan tidak ada sedaun pun untuk berteduh.

"Hujan itu alam yang mempunyai keharusan mengguyur bumi", katanya sambil memberikan haduk kering padaku. Manusia diberi kekuatan dan kreativitas untuk menyiasatinya agar membahagiakan hidupnya. Ketika kita membiarkan hujan menyentuh tubuh, jadinya, badan akan basah. Sebaliknya, ketika kita berusaha menangkis hujan dengan berteduh, menunda keberangkatan, menggunakan jas hujan, dan cara lainnya, tentu, badan tidak akan basah meski hujan tetap membasuh bumi. "Itulah hukum sebab dan akibat, anakku", ujarnya sambil menyodorkan kopi hangat padaku. Aku masih saja menggigil di pori-pori yang lembab ini.

Guru pun perlu mempelajari hukum sebab-akibat sehingga apa yang dilakukannya selalu berdasarkan pertimbangan matang. Jika guru tidak melibatkan sebab-akibat, sesuatu yang terjadi dalam dirinya akan berlangsung tanpa makna dan bahkan merugikan bagi diri dan siswanya. Kadang, tanpa melihat sebab-akibat, yang dilakukan guru dapat berkategori benar. Namun, itu hanya kebetulan.

Tidak ada komentar: