Sabtu, 18 Oktober 2008

Guru di Mata Mbok Siti (28)

Warung dawet baru saja kami tinggalkan. Tubuh ini rasanya sangat kuat kembali setelah digelontor dawet segar. Kami pun jalan lagi menuju ke rumah Mbok Siti, kaki melangkah satu-satu. Rupanya, Mbok Siti hanya ingin ajak aku memutari sawah saja, tidak ada tujuan lain.

Jalan kaki ini rasanya sangat terasa bagi kegembiraanku karena Mbok Siti tidak hentinya meluapkan segala pembicaraannya tentang guru. "Guru itu sama dengan jalan kaki, anakku", kata Mbok Siti. Aku terhenyak. "Alasannya apa MBok?" tanyaku lirih. Setiap jalan kaki selalu didahului dorongan untuk menggerakkan kaki sehingga terjadi sentuhan kaki dengan tanah yang mendorong tubuh ini bergerak. "Guru juga mempunyai dorongan untuk bersentuhan langsung dengan siswanya sehingga terjadi proses berkelanjutan dalam belajar", ungkap Mbok yang sangat sehat saat berjalan itu. Jika guru tidak bersentuhan langsung dengan siswanya, guru tidak akan pernah merasakan dinamika siswanya. Langkah yang ditempuh pastilah diawali dari pertautan antara langkah satu dengan yang lainnya. "Guru yang baik juga harus mampu mengayunkan langkah pembelajaran tahap demi tahap sehingga membentuk perjalanan belajar siswanya", kata Mbok Siti sambil melirik petani yang tampak kejauhan mencangkul sawahnya.

Tidak ada komentar: