Kamis, 28 Agustus 2008

Guru di Mata Mbok Siti (13)

Tiba-tiba saja, aku mendapatkan potongan cermin, amat kecil, di sela tepas dapur Mbok Siti. Aku ambil potongan itu mumpung Mbok Siti masuk ke dalam rumah dan kulihat wajahku sendiri. Ya. Wajahku sendiri.

"Kalau ingin bercermin mengapa harus sembunyi-sembunyi," kata suara Mbok Siti dari dalam menuju ke dapur. Aku cepat-cepat meletakkan kembali cermin kecil itu ke selipan tepas dengan posisi seperti semula. Bercerminlah dengan sepuasnya sampai kamu mendapati gambar yang utuh dari dirimu. "Jika kita bercermin dengan cermin kecil, tentu, hanya akan tampak gambar kita dengan kecil pula," kata Mbok Siti penuh senyum. Bercerminlah di depan cermin besar yang mampu memantulkan gambar kita dengan besar pula. "Guru juga senantiasa perlu bercermin agar mengetahui gambar asli dan perubahan dirinya setiap waktu," jelas Mbok Siti sambil duduk di sebelahku. Aku gemetar dan merasa bersalah melakukan perbuatan bercermin tanpa sepengetahuan Mbok Siti.

Justru bercermin yang baik jangan sampai diketahui orang karena bercermin adalah tindakan melihat diri sendiri. Guru yang baik jangan sampai bercermin kalau ada orang yang melihatnya saja. "Cobalah bercermin dengan khidmat dan tulus. Akui semua gambar yang muncul karena itulah keaslian diri," sela Mbok Siti.

Tidak ada komentar: