Jumat, 22 Agustus 2008

Guru di Mata Mbok Siti (10)

Dingin menyelinap di pikiranku saat musim kemarau sedang meracau. Namun, kutekatkan juga menghampiri Mbok Siti meskipun hari masih pagi. Kebetulan juga, Mbok Siti ada di rumah tepas yang reyot itu. Tampak dapur membumbungkan asap. Mbok Siti setia berada di depan dapur tanah untuk isi kayu bakar.

"Wah, anakku kok rajin banget pagi ini, ada apa gerangan?," tanya Mbok Siti sambil membawakan secangkir kopi buatku. "Aku mampir Mbok, kebetulan hari ini ada waktu meski sebentar lagi akan ke kota," jawabku pelan. "Kopi pagi ini sangat pas buatku, Mbok," komentarku basa-basi.

"Kopi itu nikmat karena mempunyai perpaduan yang tepat antara air mendidih, gula, dan kopi," jawabnya kalem. Andaikata gula terlalu banyak, kopi sedikit, dan air tidak matang, kopi itu tidak dapat dinikmati. Begitu juga komposisi sebaliknya, jika kopi terlalu banyak, gula sedikit, dan air kurang matang. Jadi, untuk mengisi cangkir yang tadinya kosong, diperlukan usaha mencampur gula, kopi, dan air mendidih dengan tepat. "Begitu pula, guru dalam meramu sajian materi, perlu komposisi yang tepat sehingga dapat dinikmati murid-muridnya," tambah Mbok yang berbaju hitam seperti baju hari-hari kemarin.

Cangkir kopi itu ibarat murid yang siap diisi dengan materi yang tepat agar dapat berfungsi sebagai cangkir. Materi pembelajaran yang tepat tentu ditandai oleh porsi materi pembelajaran, kekuatannya, kedalaman, keluasan, dan penyesuaiannya dengan alam pikiran murid, seperti bahasa, logika, dan persepsi konkret murid. "Andai cangkir itu saya isi ramuan kopi dengan berlebih, tentu akan tumpah kopinya karena kapasitas cangkir memang hanya memuat seukuran bentuk dan volumenya," ujar Mbok Siti. Aku mengamininya.

Tidak ada komentar: