Oleh Suyatno
Buku ajar yang paling tepat semestinya dibuat oleh guru yang bersangkutan, di sekolah tempat guru mengajar, dan disesuaikan dengan karakter lingkungan sekolah tersebut. Namun, saat ini, banyak buku ajar yang dibuat oleh orang lain, dari tempat yang jauh, dan sangat tidak kontekstual. Akibat dibuat oleh orang lain, buku ajar yang digunakan tidak mengena dan tidak tepat. Contohnya, buku ajar dengan topik pertanian, yang dicontohkan pertanian di pegunungan padahal, siswa pengguna buku ajar berada di kawasan pertanian dekat pantai; topik transportasi yang dicontohkan kereta api padahal di tempat siswa belajar yang ada hanya perahu.
Hasilnya, siswa lebih mengenal kereta api daripada perahu dan siswa lebih mengenal pertanian pegunungan daripada pertanian dekat pantai di daerahnya. Siswa menjadi terasing di bumi sendiri. Hal demikian menyalahi prinsip belajar, yakni dari yang dekat ke yang jauh, dari konkret ke abstrak, dari mudah ke yang sulit, dari sederhana ke yang kompleks, dan dari diri sendiri ke lingkungan luarnya.
Penyimpangan peruntukkan tersebut terjadi karena kelangkaan buku ajar yang kontekstual, dominasi penerbitan, sentralisasi kebijakan, dan kemalasan guru dalam membuat buku ajar. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, ke depan, pendidikan tidak dapat memenuhi harapannya, yakni membumi, sesuai dengan persepsi siswa, dan kontekstual. Untuk itu, guru perlu segera menyiapkan diri untuk membuat buku ajar meskipun hanya sederhana.
Buku ajar sangat mudah dibuat oleh guru. Himpunlah materi pembelajaran dari RPP kemudian tambahkan instrumen lainnya, maka jadilah buku ajar. Berilah siswa daftar keinginan belajar dan himpunlah menjadi sebuah bendel keinginan. dari keinginan itu, buku ajar dapat terwujud. Lalu, mengapa menulis buku ajar dirasakan susah?
Cara mudah lainnya dalam membuat buku ajar adalah memalui peta pikiran. Peta pikir di sini bukan merupaka prasyarat untuk mengembangkan buku ajar, akan tetapi peta pikiran ini semacam brainstorming yang akan membantu membuka pikiran guru seluas-luasnya sehingga memudahkan untuk mengadakan pemilihan atau mengambil keputusan. Peta Pikir (Buzan & Buzan, 2000) merupakan alat berpikir yang sangat efektif karena ia memberi peluang kepada guru untuk membuat garis besar tentang berbagai gagasan pokok (main ideas) dan menyebabkan kita melihat secara jelas dan cepat bagaimana berbagai gagasan tadi saling berhubungan dan berkaitan. Peta Pikir seakan-akan menyiapkan suatu tahapan tepat guna antara proses berpikir dan pencurahan pikiran kita dalam bentuk kata sebenarnya di atas kertas.
Dengan menggunakan Peta Pikir untuk memaparkan kebutuhan dan keinginan, prioritas dan faktor penghambat, guru dapat membuat keputusan berdasarkan pandangan yang lebih jelas mengenai masalah yang sedang Anda hadapi.
Cara berikutnya, buatlah daftar kebutuhan yang akan menjadi dasar pengembangan buku ajar. Daftar kebutuhan yang telah dibuat dapat juga disebut keputusan dyadic (berasal dari kata Latin dyas yang berarti ‘dua’). Secara luas keputusan dyadic dapat digolongkan sebagai keputusan berkenaan dengan penilaian dan keputusan ini mecangkup pilihan sederhana seperti: ya/tidak, lebih baik/lebih buruk. lebih kuat/lebih lemah, lebih efektif/kurang efektif, lebih efisien/kurang efisien, lebih mahal/tidak begitu mahal.
Sehubungan dengan buku ajar yang akan dikembangkan guru, peta pikir dapat membuka pikiran selebar-lebarnya dan dengan demikian sangat membantu guru menemukan berbagai gagasan cara menyajikan materi buku ajar berdasarkan pada analisis kebutuhan. Pemikiran analisis kebutuhan (Cohen, Lawrence & Morrison, 2001)
telah ada di dunia pendidikan lebih dari seabad, berasal dari kesejahteraan sosial (misalnya, perumahan, ketenagakerjaan, pencegahan kejahatan, dan program pendidikan kemiskinan), program kesehatan dan penelitian kebijakan sosial. Salah satu kegunaan analisis kebutuhan ialah: mengenali (identify) kebutuhan peserta belajar.
Dalam merencanakan suatu analisis kebutuhan ada empat tahap yang dapat diikuti guru:
Tahap 1: Tentukan tujuan analisis kebutuhan dan definisikan apa yang dimaksud
dengan kebutuhan yang akan dianalisis.
Tahap 2 Kenali (Identify) fokus analisis kebutuhan.
Tahap 3: Tentukan metodologinya, cara pengambilan sampel, penginstrumentasian,
pengumpulan data, prosedur analisis, dan kriteria yang digunakan untuk
menilai besaran, lingkup, tingkat, serta kepelikan kebutuhan tersebut, dsb.
Tahap 4: Tentukan pelaporan dan penyebaran hasilnya. (Cohen & dkk, 2001).
Pengembangan materi adalah proses perencanaan yang diciptakan dalam bentuk unit. Materi buku ajar dalam berbagai unit tersebut menerapkan tujuan umum dan tujuan khusus yang telah dibuatnya. Pengembangan materi berlangsung sepanjang kontinum penentuan keputusan dan kreativitas yang terentang mulai dari diberinya buku ajar sampai sebuah jadwal untuk “mencakup” buku ajar tadi. Pada waktu guru ingin mengembangkan paket belajar, guru harus mengetahui apa tujuan/sasaran paket belajar ini. Organisasi buku ajar tersebut sebagai berikut.
a. Pendahuluan
b. Kompetensi
c. Fokus Kegiatan
d. Kemampuan Khusus
e. Evaluasi
f. Rujukan
g. Saran prosedur belajar
Misalnya, buku ajar tentang : Komunikasi di Bandar Udara. (a)Pada bagian Pendahuluan memerikan apa yang akan diajarkan dalam buku ajar ini. (b)Pada bagian Kompetensi ditulis tujuan umum yang akan dicapai oleh peserta belajar, (c)Dalam Fokus Kegiatan dikenalkan kosa kata sehubungan dan yang berkaitan dengan bandara dan sekitarnya serta cara penggunaan kata-kata tersebut dalam kalimat sederhana (sebetulnya sederhana atau tidak bergantung pada pengetahuan awal peserta belajar yang dapat Anda ketahui dari hasil analisis kebutuhan). Peserta belajar disuruh mempelajarinya. (d) Kemampuan khusus dinyatakan dengan kata operasional tentang
kemampuan yang diharapkan dari pseserta belajar setelah mempelajari Fokus Kegiatan. (e) Evaluasi ditandai dengan peserta belajar yang diharapkan dapat mengevaluasi
sendiri apakah sudah menguasai apa yang telah dipelajarinya. (f)Rujukan berisi semua buku yang digunakan dalam buku ajar. (g) Anjuran prosedur belajar memerikan atau usul bagaimana sebaiknya belajar.untuk menguasai materi ajar seperti yang diharapkan dalam Kemampuan Khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar