Selasa, 10 November 2009

Kepala Sekolah galak, Guru dan Siswa Sakit-Sakitan

Kira-kira, ada tidak ya kepala sekolah yang galak dengan wajah cemberut, garang, dan membawa pentung atau rotan? Rasanya, kepala sekolah yang seperti itu masih ada meski dunia sudah berubah. Kepala sekolah yang seperti itu perlu hati-hati karena perilaku kepala sekolah sebagai atasan ternyata punya pengaruh besar pada kesehatan guru dan siswa sebagai anak buahnya. Menurut kompas. com, atasan yang otoriter, misalnya, diduga bisa membuat bawahannya berisiko sakit jantung, selain tentu saja stres.

Kaitan antara kesehatan dan gaya manajemen atasan tersebut terlihat dari hasil survei terhadap lebih dari 1.000 karyawan di Eropa. Meski tidak secara langsung menyebabkan penyakit, survei ini menyebutkan apa yang terjadi di kantor bisa terus terbawa sampai luar kantor.

"Hasil survei ini dengan jelas menunjukkan hubungan antara gaya manajemen atasan dengan tingkat stres dan kesehatan karyawan," kata Anna Nyberg, peneliti dari Karlinska Institute, Swedia, yang melakukan polling terhadap lebih dari 20.000 karyawan di Swedia, Finlandia, Jerman, Polandia, dan Italia.

Ia menemukan bahwa para pekerja pria di Stockholm, Swedia, yang memiliki bos galak berisiko 25 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dalam kurun waktu 10 tahun setelah survei. Risiko ini jauh lebih besar dibanding pada karyawan yang memiliki atasan yang baik dan disukai.

Selain itu, pekerja yang merasa tidak puas dengan gaya manajemen atasannya diketahui lebih sering absen karena sakit. "Jumlah absensi karena sakit para karyawan yang menjadi responden kami ada kaitannya dengan sikap para atasan," kata Anna. Ia menambahkan, karyawan yang absen karena sakit itu diindikasikan karena stres atau kelelahan akibat kerja yang berdampak pada fisiknya.

Dalam laporannya, Anna menyebutkan bahwa perilaku atasan bukan faktor utama kesehatan para bawahan. Namun, kaitan antara gaya manajamen bos dan kesehatan karyawan cukup jelas terlihat dari survei ini.

Dr Redford Williams, Direktur Behavioral Medicine Research Centre dari Duke University, AS, mengatakan, kehidupan kantor memang rawan stres. Selain dari sisi tanggung jawab pekerjaan dan gaji, hubungan yang kaku antara atasan dan bawahan, serta jenjang karier yang tidak jelas, sering menyebabkan karyawan stres.

"Hormon stres yang dilepaskan tubuh bisa meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa, bahkan bisa membuat sel-sel darah lebih kental dan berdampak pada penyumbatan pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke," kata Williams.

Secara umum ia mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang atasan memang berpengaruh besar pada kesehatan karyawan. Namun, pada setiap orang dampaknya mungkin berbeda-beda tergantung pada karateristik tiap individu. Misalnya saja pada orang yang termasuk kategori rawan stres, mungkin kesehatannya akan langsung terpengaruh.

Begitu pula, di sekolah, kepala yang otoriter tidak akan pernah merasakan kebahagiaan para guru dan siswanya senyatanya. Kepala sekolah yang demikian hanya mementingkan diri sendiri dan bekerja berdasarkan pola penjajah yang merasa berkuasa atas semuanya. Mereka merasakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan paling benar. Ketakutan guru dan siswa merupakan wujud keberhasilan kepemimpinan yang diemban kepala sekolah otoriter itu.

Tidak ada komentar: