Oleh Suyatno
Entah berapa kali lagi, berita tentang guru melukai siswa dengan mencubit, menempeleng, menjewer, memukul, menyabet, dan bentuk menyakitkan yang lainnya hanya untuk melampiaskan kemarahan guru. Alasan guru agar siswa berubah menjadi baik. Namun, siswa tetap saja membandel. Guru marah. Jalan keluarnya, siswa disakiti sebagai bentuk hukuman.
Ketika siswa berulah menjengkelkan, tentu timbul kemarahan dalam diri guru. Ingin rasanya berteriak memarahi bahkan memukul siswa karena sulit dinasihati. Padahal, guru tidak perlu bersikap demikian. Masalahnya, dengan menaikkan suara, berarti guru akan menciptakan suatu pertempuran yang cuma-cuma, yang bukan hanya membuat hati kesal dan frustrasi, tapi juga membuat suasana menjadi tidak enak yang diakhiri dengan perasaan bersalah.
Agar semua ini tidak lagi dialami guru, coba deh 11 cara berikut ini. Siswa menjadi tidak ketakutan mendengar teriakan gurunya, guru pun dapat hidup bebas tanpa stres dalam mengajar.
1. Biarkan
Jangan terlalu cepat bereaksi. Jika siswa mengambil spidol lalu membuangnya, tidak perlu berteriak memarahinya. Minta dia mengambil spidol itu dan katakan untuk tidak mengulangi perbuatannya yang tidak baik itu. Yang paling penting dari semua ini adalah menyelamatkan kesehatan jiwa kita. Jadi, hadapi dengan tenang sehingga teriakan akan berkurang.
2. Jangan berharap terlalu banyak
Jika guru merasa selalu siap berteriak dan marah-marah pada siswa, mungkin karena guru terlalu banyak mengharapkan dari mereka. Siswa itu bukan orang dewasa yang dapat cepat menangkap sesuatu. Siswa memerlukan pengulangan, penyederhanaan konsep, dan penggunaan bahasa yang membelajarkan.
3. Cukup perlahan
Ketika guru marah, cobalah menggunakan suara pelan dan lembut dengan kata-kata yang menyentuh diri siswa. Kedengarannya aneh? Yang jelas, hampir bisa dipastikan Anda tak berteriak dengan suara keras saat marah jika sudah terbiasa berbicara dengan perlahan dan halus.
4. Pakai strategi
Temukan cara untuk menyelesaikan suatu tugas yang membuat guru stres. Misalnya, guru dan siswa tidak sejalan dengan PR yang diberikan. Katakanlah ke siswa untuk tidak mengulang kembali kejadian ini, cobalah mencari jalan lain. Misalnya, ulang kembali tentang kejelasan bahasa guru berkaitan dengan PR itu.
5. Temukan mantra
Cari sebuah kata atau kalimat yang dapat meredam amarah dan mengingatkan guru bahwa siswa sedang tidak mencoba mempermainkan guru. Dia hanya anak kecil. Itu saja! Kalimat mantra itu bisa seperti, "Mereka siswaku yang kucinta." Ulangi terus beberapa kali ketika guru merasa akan berteriak.
6. Remas bola
Ambil bola kecil, sapu tangan, genggaman, atau benda lentur lainnya. Remas-remas begitu rasa marah mulai memuncak dan guru siap berteriak.
7. Olahraga
Daripada berteriak-teriak atau marah mengeluarkan energi, sebagai gantinya lebih baik guru berolahraga. Entah itu joging, lompat-lompat, atau apa saja sehingga guru dapat merasa seperti tengah mengeluarkan emosi berteriak. Tentunya tidak dilakukan di depan siswa, cukup di rumah saja. Siapa tahu dapat keuntungan ganda: emosi bisa diredam, berat badan juga ikut turun!
8. Minta bantuan
Mengajar siswa kadang menimbulkan rasa jenuh. Berteriak atau marah merupakan satu tanda dari keletihan dan stres. Dengan kata lain, guru membutuhkan istirahat! Jangan ragu minta bantuan kepada guru lain!
9. Tenang
Jika pada suatu ketika guru dihadapkan pada keadaan yang sangat kacau sehingga guru stres, salami siswa nakal itu katakan dengan lembut bahwa yang dilakukan tidak berkenan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
10. Anggaplah Manusia
Ingat bahwa pendidikan itu bersifat manusiawi bukan hewani. Menyakiti siswa dalam bentuk apapun tidak manusiawi melainkan hewani. Jadi, ketika akan menyakiti siswa, segeralah guru ingat bahwa perlakuan itu bersifat hewani.
11. Pasang Siswa Pengingat
Katakanlah ke siswa untuk mengingatkan jika guru marah. Dengan begitu, guru tidak akan pernah marah. Yang tahu kita marah atau tidak salah satunya adalah siswa. Jadi, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar