Rabu, 07 Januari 2009

Guru di Mata Mbok Siti (36)

"Mbok, mengapa ranting mangga itu patah?" tanyaku keheran-heranan saat melihat dahan ranting mangga belakang rumah Mbok Siti. "Ranting itu patah karena ada yang mematahkan", anakku. Selamanya, ranting mangga tidak pernah menginginkan untuk patah. Namun, pihak lainlah yang menyebabkan ranting itu patah dalam keterpaksaan untuk patah.

Oleh karena mangga mempunyai semangat hidup dan tumbuh, selang beberap hari akan ada tunas baru di sela ruas bawah ranting yang tidak patah. "Lihatlah, ranting itu sudah ditumbuhi tunas baru yang akan memberikan harapan tumbuh dengan daun-daun yang mungkin lebih segar dan mengembang", ujarnya sambil menunjuk tunas itu.

Begitu pula, guru yang baru saja mengajar lalu mendapatkan ejekan dari guru lain, jangan lantas selamanya tidak bangkit. Guru yang baik, ketika mendapatkan masalah, dia akan cepat bangkit kembali seperti tunas sebuah pohon. Ibarat seorang jejaka, ketika putus cinta, dia akan segera bangkit kembali mencari cinta dan segera melupakan tragedi putus cinta itu.

Tidak ada komentar: