Rabu, 17 Desember 2008

Wibawa Guru Bukan dari Guru Jahat

Oleh Suyatno

Suatu saat, ada guru yang mengatakan bahwa wibawa guru akan turun jika guru akrab dengan siswa. Menurutnya, guru harus jaga jarak untuk membangun citra kewibawaan. Sesekali, guru menghardik, menjewer, atau menghukum agar siswa memberikan perhatian tinggi pada guru yang bersangkutan. Itulah resep guru berwibawa, menurutnya.

Fakta itu tampaknya menyeruak di segala sekolah sehingga memberikan kesan bahwa guru adalah sosok yang harus dihormati penuh oleh siswa, guru segalanya, dan gurulah orang yang harus disegani siswanya. Fakta itu memberikan kesan bahwa siswa sebagai objek dan guru sebagai subjek ditambah lagi guru mempunyai otoritas penuh terhadap skor perolehan siswa.

Dari sisi siswa, guru yang demikian itu biasanya disebut sebagai guru jahat, menakutkan, dan membuat merinding bulu roma saat bertemu dengannya. Tiap guru jahat muncul, semua mulut siswa terkunci dan terdiam bukian karena menunggu informasi menyenangkan tetapi menunggu agar guru tersebut cepat pergi.

Padahal, wibawa guru bukan bersumber dari guru jahat melainkan dari guru yang dekat dan setara dengan kejiwaan siswa. Rasa hormat siswa dibangun dari ketulusan hati siswa karena sesuatu yang diperlukan siswa dapat tersedia dari guru tersebut. Guru wibawa dapat dipastikan murah senyum, ramah, dan paham akan kejiwaan siswanya. Guru tersebut tahu dan mengerti kapan saat berkelakar dengan siswa, bergaul, dan berproses belajar dengan siswa.

Berikut ini tips menjadi guru berwibawa. Pertama, saat menyampaikan pelajaran, guru tersebut dapat memodifikasi materi pembelajaran sesuai dengan kerangka berpikir siswa sehingga mudah diserap. Kedua, bahasa yang digunakan guru sesuai dengan bahasa yang dimiliki siswa sehingga sangat komunikatif. Ketiga, perkembangan psikologis siswa sangat diketahui oleh guru sehingga segala layanan guru sesuai dengan kondisi siswa. Keempat, senyum selalu diberikan kepada siswanya. Kelima, hardikan, ancaman, dan hukuman tidak diberikan dengan cara kasar tetapi dengan bahasa yang dapat menyentuh siswa untuk berubah. Keenam, segala perlakuan guru saat di kelas selalu berdasarkan perencanaan yang matang.

Guru wibawa bukan berasal dari tipikal guru jahat tetapi berasal dari guru yang berhati mulia karena tugasnya semata untuk membangun siswa sesuai dengan jatidirinya. Kewibawaan akan datang dengan sendirinya dari perbuatan guru yang memang benar-benar seorang guru. Ingatlah, siswa itu manusia yang juga mempunyai hati dan perasaan yang kelak akan menggantikan kita. Bagaimana jadinya, jika sejak kecil sudah diajari dengan kejahatan yang dicontohkan guru secara langsung kepada siswanya.

Tidak ada komentar: