Hujan tidak mau mengenal lelah, guyurannya, membasah di setiap ceruk tanah. Itulah tanda kesetiaan sejati antara hujan dengan tanah yang selalu merindukannya. Begitu pula, aku sangat rindu pada Mbok Siti di setiap ceruk napasku. Baru kali ini, aku dapat berjumpa dengan Mbok Siti. Perjumpaan itu pun hanya dapat sekejap mata memandang karena kesibukan menggelayuti terus di pundakku.
"Waduh, anakku, kok lama tidak bertemu", ujar Mbok Siti sambil menyilakan duduk di kursi yang dulu pernah aku duduki. "Maaf Mbok, aku sangat tidak ada waktu untuk kemari", jawabku membela diri. "Kalau seseorang tidak ada waktu berarti dia juga mempunyai waktu", jawab Mbok yang masih juga berpakaian hitam. Waktu itu selalu ada bagi siapapun. Di satu sisi tidak ada waktu berarti di sisi lain ada waktu. Tinggallah, bagaimana waktu itu diberikan secara seimbang kepada sisi mana pun yang memerlukan waktu.
Begitu pula, setiap guru pasti mempunyai waktu untuk murid-muridnya. "Hanya saja, waktu itu diberikan pada sisi apa?", kata Mbok Siti. Jika waktu diberikan dengan seimbang antara murid satu dengan yang lainnya, murid itu juga akan memberikan perhatian yang seimbang. Waktu selalu ada karena bersifat tetap. Yang diperlukan dalam waktu adalah cara pengelolaannya. Guru yang mampu mengelola waktu akan diberikan manfaat oleh waktu itu sendiri. "Bergaul dengan waktu memberikan kedamaian dalam mengisinya", kata Mbok sambil mengacungkan segelas kopi kesukaanku. Problemnya, banyak waktu guru yang tidak berada dalam waktu siswa sepenuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar