Siang itu menjadi waktu yang paling lama karena di waktu siang yang lain tidak ada jumpa seperti sekarang ini dengan MBok Siti. Kami saling menumpahkan obrolan yang sempat tersekat dengan kesibukan luar biasa sehingga tidak dapat tertumpah di teras rumah Mbok.
"Saya juga heran Mbok, mengapa waktu terus mengikat diriku untuk sibuk dengan diri sendiri", ujarku sambil tanganku memegangi kepala. Mbok Siti tersenyum tenang seolah tidak percaya kalau aku sangat sibuk. Senyumnya terus mengembang dengan lembut tanpa menjawab sedikit kata pun. "Aku sangat sulit membagi waktu, meskipun hati ini ingin berkunjung ke rumah Mbok ini", sambungku. Dia masih saja tersenyum tanpa jawab sepatah kata pun.
"Semua waktu ada dalam dirimu. Kaulah yang berhak membaginya sesuai dengan peruntukkannya" jawab Mbok Siti dengan santainya. "Lihatlah burung merpati itu, ia terbang ke sarangnya karena ada waktu untuk ke sarang itu", kata Mbok yang selalu tersenyum itu. Ketika merpati ke sarang berarti merpati itu tidak ke dahan itu meskipun dalam hatinya ada keinginan ke dahan. Merpati itu ke sarang karena merasa lebih perlu ke sarang daripada ke dahan terlebih dahulu. "Itulah namanya silih-berganti". Nah, guru yang baik perlu memainkan silih-berganti dalam dirinya sehingga dapat membagi waktu untuk setiap siswanya. Waktu guru adalah waktu siswa. Siswa berhak atas waktu dari gurunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar