Kerinduan itu akhirnya datang juga meski sekian puluh tahun tertutup oleh kesibukan sehari-hari dengan kepentingan masing-masing. Puluhan mantan panitia PW ASPAC 1979, Sabtu-Minggu, 18--19 Juni 2011 akan mendatangi lokasi kemah saat itu. Rupanya mereka akan melacak jejak aktivitas sebagai panitia. Tentu, akan dibutuhkan ingatan yang suprakuat, saat merunut lokasi sebenarnya karena kondisi saat ini sangat maju dan tidak seperti yang mereka bayangkan.
Dulu, para punggawa PW ASPAC masih mengingat tentang mobil yang ditelan lumpur, rumah tepas, jalan tanah, dan ibu-ibu makan sirih. Anak-anak masih telanjang dada. Petani jalan kaki. Hutan masih menutup mata. Jembatan masih bersusun kayu. Penduduk segelintir saja. Kondisi itu jangan diharapkan lagi terlihat di Desa Lebakharjo saat ini. Jadi, panitia harus mampu menggunakan ingatan perubahan drastis dari sebuah kehidupan.
Para penegak setempat yang dulu turut berkemah saat ini sudah bercucu. Anak-anak yang melihat tenda lalu berlari ke sana ke mari saat ini sudah berumah sendiri. Kini, anak dan cucu mereka juga berseragam pramuka. Untuk itu, jika panitia PW ASPAC datang ke lokasi itu, harus mau untuk beralih fokus ke anak-anak itu.
Datang hanya melihat kenangan lalu pulang tentu akan sia-sia semata bagi pelaku sejarah. Jangan menjadi turis di bekas tanah yang dahulu di olah menjadi sebuah peradaban. Jangan pula kedatangan hanya sebuah kewajiban menguak memori. Kedatangan harus berdimensi pada kekuatan pengabdian. Oleh karena itu, kedatangan mereka, yang sekarang sudah bekerja dengan layak itu, harus memberikan kontribusi yang mampu memberikan loncatan kemajuan untuk 20 tahun mendatang. Apalagi, jalan lintas selatan, sebentar lagi akan melewati desa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar