Cahaya matahari menusuk sela-sela daun ranum buah mangga yang tumpahannya menerangi dedaunan kencur subur di bawah kaki. Kokok ayam bersahutan dengan suara bebek seakan memberikan lagu kegirangan petani padi saat panen membentang. Pagi itu begitu lincah. Aku menyenandungkan lagu gembira dengan lirih suara di telinga.
“Betapa gembiranya dirimu hari ini, anakku”, celetuk Mbok Siti yang ternyata mengamati dari jauh lalu mendekatiku.
“Iya Mbok. Aku sangat gembira setelah melihat udara segar, sinar matahari yang hangat, suara hewan berirama, dan dedaunan memancarkan gairah hidup”, jawabku sangat lancar.
“Aku juga bergembira setelah melihat kamu gembira, anakku”, jawab Mbok Siti seakan tidak mau kalah.
Gembira itu merupakan sebentuk kepuasan dari jiwa yang hidup dan menyatu dengan mata, telinga, dan rasa dari diri ini. Itulah perpaduan sempurna yang membuncahkan kegembiraan sejati. Gembira itu sebuah kepastian bagi pikiran yang menjangkau ke depan dengan pengharapan seutuhnya. Jadi, guru selayaknya dibalut kegembiraan dalam kondisi apapun dan di manapun ketika bergulat dengan dunia murid. Secara asasi, murid kita itu sejak lahir telah mempunyai naluri gembira dalam menyambut dunia baru. Dengan gembira itulah, murid dapat mengisi gelas pengalaman bagi hidupnya.
“Karena murid adalah kegembiraan, guru mengajar pun harus berwujud kegembiraan meski dalam situasi yang teramat sulit”, jelas Mbok Siti. Dari kegembiraan, pendukung keberhasilan murid akan muncul dengan sendirinya, seperti kejujuran, ketulusan, kepuasan, dan kemantapan diri. Kejujuran selalu mengiringi kegembiraan. Gembira yang senyatanya menguatkan ketulusan. Kepuasan selalu disokong oleh kegembiraan, Kemantapan diri murid akan menjadi kokoh jika disentuh dengan kegembiraan. Guru hebat adalah sebuah kegembiraan. Dengan kegembiraan itulah, guru dapat merambat cepat mencapai keberhasilan dan bahkan dia akan diperlukan bagi guru lain sampai di tingkat mana pun, dari desa sampai nasional, dan bahkan internasional. Gembiralah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar