Selasa, 02 Februari 2010

Kualitas Kepala Sekolah dan Pengawas Kurang

Upaya peningkatan mutu sekolah selama ini terganjal antara lain karena minimnya kualitas dan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam mengembangkan sekolah dan siswa. Untuk itu proses perekrutan dan seleksi kepala sekolah dan pengawas sekolah akan diperketat dengan mensyaratkan perlunya memiliki kemampuan managerial sebagai kemampuan dasar.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Sabtu (30/1/2010), mengakui peran pengawas sekolah belum optimal. Padahal peran pengawas sekolah lebih penting dan lebih kuat daripada pegawai di dinas pendidikan karena pengawas sekolah seharusnya memahami apa yang diperlukan dalam menilai kinerja secara akademik, managerial, dan kewirausahaan kepala sekolah.

"Fungsi pengawas sekolah ini yang belum kokoh. Hubungan pengawas sekolah dengan kepala sekolah juga belum sekohesif yang kita harapkan," kata Fasli seusai meluncurkan Program Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2010 di Jakarta.

Jika pengawas sekolah dibekali kemampuan supervisi yang berkualitas, kualitas kepala sekolah pun akan meningkat. Seperti halnya pengawas sekolah, menurut Fasli kepala sekolah juga harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya. Untuk memaksimalkan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah, kata Fasli, kepala sekolah harus diberikan kebebasan sebagai manager pendidikan dan tidak terkooptasi oleh birokrasi dan politik. Jika terganggu oleh birokasi dan politik , kepala sekolah akan lumpuh dan tidak akan bisa optimal dalam mengembangkan kemampuan sekolahnya.

"Harus berani memisahkan mana yang nanti bisa masuk birokrasi dan mana yang otonomi di tingkat sekolah. Cukup diawasi oleh komite sekolah dan profesinya seperti kepala sekolah dan pengawas . Kegagalan kerap terjadi karena kepala sekolah dicampuri macam-macam," kata Fasli.

Kepala sekolah yang tidak mampu mengembangkan kemampuan sekolah dan anak didiknya akan berpengaruh pada pemberian insentif dan bantuan dana atau program dari pemerintah. " Kinerja yang buruk itu akan otomatis terkait dengan pembiayaan atau insentif lain seperti pemberian fasilitas laboratorium komputer, pelatihan di luar negeri, dan lain-lain. Kalau kepala sekolahnya canggih, guru pasti akan termotivasi dan tidak lagi malas," kata Fasli.

Sesuai fungsinya, kepala sekolah harus dapat memaksimalkan visi anak didik dan memanfaatkan berbagai peluang. Pasalnya, belajar bukan hanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan saja tetapi mengajak anak didik untuk belajar menjalani kehidupan. Oleh karena itu selain sebagai manager, kepala sekolah juga harus menjadi wirausaha pendidikan yang akan memaksimalkan sumber daya yang ada dan mencari sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah di luar uang pembayaran dari siswa.

Regulasi
Untuk meningkatkan kualitas kepala sekolah dan pengawas sekolah, Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Surya Dharma menyebutkan pada tahun 2010 akan ada penguatan kemampuan 30.000 kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Saat ini terdapat 250.000 kepala sekolah dan 25.000 pengawas sekolah di seluruh Indonesia. Selama tahun 2009 hingga sebelum 100 hari program kerja mendiknas, terdapat lebih dari 19.000 kepala sekolah yang dilatih. "Harapannya, di tahun 2014 tidak ada kepala sekolah yang tidak kita kenal kompetensinya. Mereka harus memberdayakan dirinya terus menerus," kata Surya. Upaya penguatan ini harus didukung regulasi yang mengatur tentang perekrutan dan seleksi kepala sekolah dan pengawas sekolah. Untuk itu, kini tengah dilakukan finalisasi revisi Permendiknas No 162 Tahun 2003 tentang penugasan guru seba gai kepala sekolah dan finalisasi rancangan Permendiknas tentang seleksi dan perekrutan pengawas sekolah.

1 komentar:

Toko Buku Kupu-kupu Lucu mengatakan...

Kepala sekolah memang memegang peranan penting dalam perkembangan sekolah. Kepala sekolah yang kreatif dan enerjik akan mengedepankan mutu sekolah dengan mengadakan suatu acara yang bisa mengangkat nama baik sekolah baik, itu secara akademik maupun nonakademin (sebut saja ekstrakurikuler). Tetapi kadang kala mereka (Kepala Sekolah) terbentuk dengan dana sehingga tidak bisa merealisasikan ide-ide mereka untuk memajukan sekolah. Bahkan tidak jarang kepala sekolah yang jujur dan berprestasi baik dijerumuskan, kadang dengan fitnah korupsi atau penyelingkuhan dana yang didapat dari diknas, padahal secara materiil, keadaan keluargaanya sangat pas-pas(an) karena tidak mau mengambil harta gono-gini, yang notabene bukan haknya. Permasalah itu timbul dari keirian terhadap potensi dan kebaikan, serta kejujuran mereka. Untuk permasalahan seperti itu, bagaimana mengatasinya, jelas-jelas kepala sekolah yang berpotensi disingkirkan oleh mereka (orang-orang yang tidak menyukai) Kepala sekolah tersebut.