Banyak cara menerapkan ilmu budi pekerti di sekolah. Hanya saja, cara-cara itu harus dengan pendekatan-pendekatan yang bisa membuat anak didik selalu berinteraksi dengan baik di sekolah, baik itu dengan guru maupun teman-temannya. Anak diajarkan secara langsung tentang pentingnya mental berkompetisi yang harus menjunjung tinggi kreatifitas dan sportifitas.
Demikian dikatakan oleh sosiolog Fisip Universitas Indonesia Paulus Wirutomo kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (5/2/2010). Olahraga misalnya, kata Paulus, punya dampak pendidikan budi pekerti yang baik, sehingga lucu dan aneh jika ada sekolah yang tidak bisa memfasilitasi anak didiknya berolahraga.
"Olahraga akan mengembangkan sportifitas si anak. Dengan memainkan sepakbola atau bola basket misalnya, anak akan diajarkan secara langsung betapa pentingnya berkompetisi yang menjunjung tinggi kreatifitas dan sportifitas," ujarnya.
Pendidikan lingkungan yang diberikan secara langsung juga sangat tepat dijadikan sebagai media ajar ilmu budi pekerti. Sebutlah misalnya, kata dia, pendidikan lingkungan yang dimasukkan dalam mata pelajaran biologi dan ilmu sosial.
"Ketika si guru berbicara soal menyayangi tanaman atau hewan, di situlah nilai-nilai moral bisa dimasukkan. Ketika bicara soal air, guru bisa berbicara soal menjaga lingkungan sungai, di mana ikan-ikan di sungai akan mati jika sungai dicemari sampah atau zat kimia," kata Paulus.
Selain olahraga dan lingkungan, kesenian juga menjadi bagian yang tak bisa disepelekan oleh guru dan sekolah. Berkesenian, menikmati kesenian, serta memelihara kesenian itu sendiri akan menjadi tahapan anak didik dalam menyelami ilmu budi pekerti.
"Seni itu akan menjadi penyeimbang mereka dari bidang akademik. Emosinya akan terjaga oleh seni, daya imajinasi dan kreatifitasnya juga akan muncul karena terbiasa memainkan produk-produk seni, dan keinginannya menjaga seni dari kepunahan pun dengan sendirinya akan muncul," ujar Paulus.
Untuk itu, Paulus menambahkan, menerapkan ilmu budi pekerti tidak cukup dengan menyiapkan hanya fasilitas fisik saja, melainkan juga kreatifitas para tenaga pendidiknya. "Dan kurikulum di sekolah pun harus memfasilitasinya dengan baik, apalagi karena ilmu budi pekerti ini perlu diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran," tambahnya.(Sumber: Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar