Senin, 30 Maret 2009

Guru di Mata Mbok Siti (48)

Pagi itu, aku sudah merapat ke rumah MBok Siti dengan sepeda motor butut. Ketika di sungai dekat rumah MBok Siti, aku berhenti sejenak dan tiba-tiba aku melihat beberapa penduduk mandi di sungai. Mereka tampak akrab, damai, dan menikmati. Tentu, itu sebuah tradisi yang masih ada sampai saat ini.

"Ada apa anakku, kok kamu terus tersenyum?", tanya Mbok ketika aku berada di teras rumahnya. "Eh. Eh. Aku tersenyum karena masih ingat orang-orang mandi di sungai tidak jauh dari sini, Mbok", jawabku ringan. "Oh, itu. Mereka memang berada di alam yang masih mereka agungkan untuk kedamaian hidup, anakku", timpal Mbok Siti dengan rendah hati. Sungai itu telah memberikan berkah bagi kami untuk melangsungkan kehidupan. Salah satu berkah adalah air sungai itu memberikan media bagi kami untuk membersihkan badan, pakaian, ternak, dan apa saja yang dapat dibersihkan.

"Anakku, begitu pula dengan guru", katanya. Guru harus mampu mengalir seperti air sungai yang membawa kekuatan untuk dimanfaatkan para siswanya secara alamiah. Siswa dapat memanfaatkan kesejukan air sungai keguruan. "Guru juga harus mampu membersihkan riak kebodohan siswa dengan kesejukannya", tambah Mbok Siti. Jadi, guru harus selalu mengalir dengan membawa kesejukan dan fungsi melarutkan itu.

Tidak ada komentar: