Mbok Siti masih saja di pelataran rumah sambil memindahkan jagung gelondongan ke dalam karung goni. Padahal, senja sudah terlalu memerah pertanda malam segera menjemput perannya. Aku segera memarkir sepeda motor untuk segera membantu Mbok Siti. "Aku bantu Mbok", kataku dengan cepat. Mbok Siti menganggukkan kepala menyetujui. Kami dengan cepat memasukkan jagung yang kering, keras, dan berwarna kilap. "Ini ciri jagung baik ya Mbok?", tanyaku sambil menunjukkan satu tongkol ke Mbok Siti. "Tepat sekali, anakku. Itulah jagung baik", jawab Mbok Siti sambil terus memasukkan ke karung jagung-jagung itu. Jagung baik pastilah berbeda dengan jagung yang tidak baik. Perbedaan itu berdasarkan bentuk yang disepakati, yakni lebih besar, padat isi, warna cerah, kering, dan sehat atau tanpa ulat.
Guru baik juga berbeda dengan guru tidak baik. "Guru baik pasti lebih besar kepeduliannya, padat isi pikirannya, cerah dan bergembira, tidak terpengaruh hal yang buruk, dan sehat", terang Mbok Siti. Berarti, tidak semua guru menjadi guru baik meskipun semua guru berpotensi menjadi guru baik. Banyak pikiran guru sangat baik tetapi buruk di pelaksanaan nyata. Guru baik itu seperti jagung pilihan yang siap menjadi benih dengan menurunkan jagung yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar