Rabu, 25 Maret 2009

Guru di Mata Mbok Siti (47)

Di sekitar rumah Mbok Sitilah, burung dapat dilihat terbang dengan bebasnya tanpa dikurung dan dijinakkan seperti perilaku orang kota. Aku dapat dengan lama mendongakkan kepala dan memandangi alur kibasan kepak burung berwarna-warni, dan beraneka bentuk. Burung-burung itu sangat lincah menguasai langit seperti raja menguasai kerajaannya. Aku lihat, MBok Siti pun ikut mendongakkan kepala sambil memandangi ayunan sayap hidup itu.

Tiba-tiba, aku mendengar suara lantang dari seorang Mbok yang tampak tersenyum melihat burung-burung berterbangan itu. "Lihat anakku! Burung itu menari penuh gembira dengan warna memesona", katanya lantang sambil menunjuk burung elang yang melintas. Burung itu dapat dengan anggun melayang-layang di udara karena keseimbangan gerakan antara sayap kiri dan kanan. "Keseimbangan itu dipadukan dengan gerakkan ekor dan parunya", jelas Mbok Siti.

Agar dapat bergerak menikmati suasana kelas, guru juga perlu keseimbangan antara berpikir otak kanan dan kirinya. "Guru itu manusia. Pastilah dia mempunyai otak kiri dan kanan", jelas Mbok Siti. Untuk itu, alangkah sayangnya jika kedua fungsi otak milik guru tidak digunakan dengan penuh keseimbangan. Begitu pula, ketika menghadapi siswanya, guru perlu mengiramakan kepaduan otak kiri dan kanan siswa-siswanya. Dengan begitu akan terjadi pesona imbang yang terlahir dari kelas dinamis.

Tidak ada komentar: