Kamis, 31 Desember 2015

Mimpi Indonesia, Mimpi Kita Semua

Indonesia harus bermimpi untuk membingkai laku yang akan dijalankan ke depan. Meskipun, rintangan, halangan, dan hambatan menutupi langkah dalam bermimpi. Mimpi itu perlu karena membawa alur kehidupan melintasi rintangan, halangan, dan hambatan itu. Indonesia tentu layak untuk bermimpi. Mimpi itu telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo di Tanah Surga, Papua. Kemudian mimpi, yang ditulis tangan itu dimasukkan ke kapsul waktu, yang kelak 70 tahun kemudian akan dilihat kembali tulisan itu untuk dicocokkan. Salut untuk Presiden Indonesia yang berani bermimpi.

Selama ini, kita seakan berada pada kondisi yang tidak sempat bermimpi akibat desakan kesibukkan dari waktu ke waktu. Padahal, ketika kecil, seseorang dipenuhi daya imajinasi yang mampu membumbui mimpi mereka masing-masing. Mimpi demi mimpi disulamkan ke dalam tindaka seorang anak kecil. Namun, mimpi itu seakan hilang akibat ulah pragmatis seseorang itu dengan ribuan alasan, yakni sibuk, tidak sempat, susah, dan sebagainya sehingga mimpi yang dahulu dicanangkan itu terselip entah ke mana seakan terlupakan. Mimpi ada tetapi entah ke mana.

Jokowi, Presiden Indonesia, di penghujung 2015, menuliskan mimpi bagi bangsanya, bangsa Indonesia. Mimpi tersebut mengingatkan kepada semua warga bangsa bahwa Indonesia adalah negara besar yang memunyai hak untuk bermimpi besar. Indonesia itu bukan negara kerdil dan kecil. Bukan pula, Indonesia itu negara miskin dan terlunta. Bukan itu Indonesia. Indonesia adalah negara dengan penduduk yang besar. Sumber Daya Alam melimpah dan bervariasi. Penduduknya sangat plural. Kaya laut dan garis pantai menjadi identitas Indonesia. Penduduknya sangat layak menjadi cerdas karena asupan yang penuh gizi di sekelilingnya. Untuk itu, sangat layak jika Indonesia bermimpi sebagai negara besar di dunia ini. Selamat Presiden Indonesia yang telah bermimpi mewakili anak bangsa yang lain.

Keberhasilan sesuatu biasanya bermula dari mimpi yang diformulasikan dengan baik sehingga menjadi aurora tindakan dalam perjalanan menempuh waktu. Memang, yang namanya mimpi kadang tidak sesuai dengan kondisi saat ini karena belum terjadi dan belum tergambar dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, sangat wajar jika seseorang menganggap mimpi sebagai ilusi semata. Banyak pula yang mengatakan bahwa mimpi itu tidak masuk akal. Ukuran menilai mimpi bukan dengan fakta sekarang karena pasti tidak akan pernah cocok. Ukuran mimpi itu adalah usaha dan upaya yang terus-menerus sehingga mewujudkan mimpi ke dalam suasana yang realistis.

Obama kecil, ketika masih siswa SD kelas V di Jakarta, menulis cita-cita seperti yang diminta gurunya. Tulisan cita-cita itu oleh Obama diberi judul "Cita-Citaku Menjadi Presiden." Ketika itu, orang lain akan tertawa dan mengejek setelah tahu tulisan Obama karena tidak mungkin jika dikaitkan dengan kondisi saat itu. Tidak disangka, tiga puluh tahun kemudian, Barack Obama, menjadi Presiden USA. Tentu, Obama juga lupa dengan tulisan saat siswa SD saat itu. Namun, alam mendorong dan mengawal tulisan itu sampai yang menulis mewujudkannya.

Lihat pula, Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, saat masih SMA selalu memakai baju kebesaran gubernur dengan warna putih-putih. Baju itu dipajang di lemari kaca dan tiap hari dilihatnya. Teman lain mencibir kelakuan Nur Alam itu. "Kau gila Nur Alam, mana mungkin kau bisa jadi gubernur karena bukan pegawai negeri," ujar kawannya. Nur Alam cuek saja. Seolah baju putih-putih itu adalah mimpinya meskipun menurut logika saat itu tidak mungkin. Tidak disangka, 15 tahun berikutnya, Nur Alam menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara. Lagi-lagi, alam menangkap kehendak itu dan mendorong si pemakai baju putih-putih untuk menjadi gubernur yang sebenarnya. Allah maha tahu kepada manusia yang memunyai keinginan yang mendalam.

Berkas:Gubernur Sultra Nur Alam.png
Gubernur Nur Alam

 Lalu, teramat penting mimpi Presiden Joko Widodo untuk dikawal oleh semua anak bangsa agar ketika 2085 dapat terwujud dengan baik. Mimpi Jokowi itu sangat wajar ketika saat ini Indonesia mempunyai kelebihan yang masih tersembunyi. Pernik negatif yang ada selama ini merupakan warna proses perkembangan Indonesia untuk menjadi lebih baik.

Berikut 7 poin tulisan tangan Jokowi:
1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung nilai-nilai etika
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan paling berpengaruh di asia pasifik
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

Ini Tulisan Tangan Jokowi yang Ditaruh di Kapsul Waktu: Impian Indonesia 2015-2085
 (sumber www.detik.com)

Sudah waktunya bangsa Indonesia berani bermimpi untuk masa depannya. Presiden Jokowi telah mewakili keberanian itu. Salut Pak Presiden! 

Tidak ada komentar: