Senin, 04 Maret 2013

Batas Selera Kepuasan Seseorang



Sampai di penghujung manakah batas selera kepuasan seorang manusia? Itulah pertanyaan yang memberikan kepastian terhadap wilayah sebuah kepuasan setiap manusia. Dengan pertanyaan itulah, dunia berkembang silih berganti memberikan asas kemanfaatan dalam kepuasan yang hidup. Kepuasan disusuli kepuasan yang lainnya sampai memperkokoh sebuah kehidupan.
Lihat saja, sebuah gedung dibangun tidak berhenti pada fungsi semata tetapi dibangun sampai pada taraf makna. Dari sebuah makna itulah, sebuah gedung dikenali lebih mendalam dan tertahan dalam memori seseorang dibandingkan dengan gedung lain yang berdiri tanpa makna. Ketika seseorang disodori gambar gedung tertentu, seketika itu pula seseorang menyebutkan nama gedung. Kemudian, terlahirlah bangunan yang mudah dikenali karena bermakna, seperti gedung DPR, menara Petronas, rumah gadang, rumah joglo, kampus UI, dan gedung yang lainnya.
Unesa saat ini mulai merambah ke makna sebuah sarana dengan mempercantik diri yang berdasarkan aksentuasi tertentu dan memberikan memori tersendiri bagi yang melihatnya. Dunia bentuk dan fungsi akan dilampaui sampai ke ujung jauh dari sebuah makna di Unesa. Tak ayal, kelak, makna berbagai sarana di Unesa akan dikenang semua orang hanya dengan melihat gambarnya atau hanya mendengar namanya semata.
Kantin tidak sekadar bentuk kantin dan berfungsi untuk melepas dahaga dan lapar semata. Kantin di Unesa memberikan makna “baseball” yang mengindikasikan buah manis atau olahraga permainan yang bernuansa kerja sama, kekompakkan, dan persahabatan. Ranunesa tidak sekadar bentuk tangkapan air dan berfungsi sebagai penampung air tetapi memberikan makna tertentu bagi yang menikmatinya. Gedung PPG tidak sekadar gedung yang berfungsi melainkan sebuah gedung yang memberikan aksentuasi tersendiri bagi yang melihat dan menimkamti gedung tersebut.
Bermain-mainlah sampai ke makna agar dunia mengakui kekhasan yang dihasilkannya. Makna bangunan akan memberikan arti yang melebihi dari sebatas bentuk dan fungsi. Untuk itu, teruslah mengisi makna dalam segala ikhtiar sampai pada terbentuknay sebuah ciri khas. Unesa ke depan tentu membangun berdasarkan makna yang dimunculkan sehingga memberikan nuansa tersendiri dari nuansa-nuansa yang pernah ada. 9Suyatno)

Tidak ada komentar: