Jumat, 28 Agustus 2009

Bolehkah Guru Berbohong?

Guru, disadari atau tidak, pasti pernah berbohong kepada diri sendiri, murid, atau kepala sekolahnya untuk maksud tertentu. Bolehkah guru berbohong?

Seorang psikolog asal University of Massachusetts, Robert Feldman, PhD mencoba menemukan jawabannya dan menghabiskan waktu 25 tahun untuk membuktikan seberapa sering manusia berbohong dan untuk apa mereka berbohong. Dalam bukunya yang berjudul The Liar in Your Life: The Way to Truthful Relationships, Feldman mengatakan, rata-rata orang mengatakan 3 kebohongan setiap 10 menitnya. Mungkin terdengar berlebihan, tapi itulah fakta yang ia dapatkan. Tentu, guru juga melakukan hal demikian bukan?

Bahkan berdasarkan studi yang dilakukan Feldman, diketahui bahwa tingkat kebohongan para responden sangat tinggi, berbohong bagi mereka sudah menjadi sangat umum dan hal biasa sampai-sampai seseorang tidak menyadari bahwa ia melakukannya. Menurut Feldman, berbohong sudah dilakukan sedari kecil, sekitar umur 2 atau 3 tahun. Semakin besar seseorang, keahlian berbohongnya pun semakin mantap. Sampai-sampai jika dilakukan tes dengan alat pendeteksi kebohongan mungkin bisa tidak terdeteksi.

Dari studi tersebut banyak orang mengatakan bahwa mereka berbohong untuk bertahan hidup, bahkan banyak diantara mereka yang merupakan orang-orang sukses dan memiliki jabatan tinggi yang sebetulnya adalah pembohong ulung.

Apa yang membuat guru berbohong? Jawabannya adalah 'kita berbohong karena itu berhasil'. Guru berbohong untuk mendapatkan apa yang ia mau. Contohnya, memuji kepala sekolah untuk mendapat pujian balik atau keuntungan tertentu, meyakinkan guru lain untuk meyakini apa yang dia mau dan sebagainya.

Teknik berbohong sebenarnya tidak dilakukan oleh manusia saja, hampir seluruh makhluk hidup melakukannya, dan satu alasan yang sama untuk berbohong adalah untuk mempertahankan hidup. Jika diperhatikan, hewan melakukan teknik kamuflase yang merupakan teknik berbohong sederhana. Kebanyakan hewan melakukan kamuflase untuk menarik lawan jenisnya atau mencari mangsa yang ujung-ujungnya bertujuan untuk mempertahankan hidup.

Lalu, bagaimana dengan manusia? Perlukah seseorang berbohong untuk mempertahankan hidupnya? Istilah white lie atau berbohong demi kebaikan pun kerap dijadikan alasan seseorang untuk melakukan pembelaan diri. Kebanyakan orang berbohong untuk membuat orang lain senang dengan apa yang mereka katakan, seperti 'saya setuju dengan Anda' atau 'baju itu cocok untukmu'. Berbohong juga dilakukan ketika seseorang ingin melakukan percakapan lebih lancar.

Orang yang berbohong juga cenderung menyombongkan diri, seolah ingin menunjukkan bahwa kita lebih pintar atau lebih mampu ketimbang orang lain. "Itu adalah mekanisme mempertahankan diri dan meningkatkan image seseorang," ujar Feldman seperti dikutip dari AOLhealth, Rabu (26/8/2009).

Apapun alasannya, semua orang pasti pernah berbohong, tidak perlu menyanggah. Tapi, bagi guru, kalau dapat, kebohongan yang dilakukan demi menguatkan prestasi muridnya. Misalnya, berbohong tentang orang akan masuk surga jika pandai. Padahal, orang bodoh pun akan masuk surga jika memang layak di surga. Berbohong, kalau ada murid di tahun lalu yang bangkit semangatnya gara-gara mengerjakan PR. Padahal, tidak ada murid yang seperti itu.

1 komentar:

Fafi Inayatillah, S. Pd. mengatakan...

menurut saya guru seperti itu adalah guru yang kreatif.... berbohong untuk kebaikan, no problem! Segala sesuatu bergantung niatnya ...