Oleh Suyatno
Di Jawa Timur, sudah ketiga kalinya, digelar kegiatan bagi generasi muda melalui pramuka penggalang (usia 11 s.d. 15 tahun) dengan tajuk Jelajah Situs Sejarah Bangsa dalam bentuk lomba. Lomba itu semuanya berkaitan dengan aspek pengalaman praktis saat menjelajah peninggalan sejarah bangsa. Lomba mengamati, menuliskan, mempresentasikan, mengunjukgelarkan, dan melaporkan segala temuan anak-anak muda itu dilakukan dalam bentuk perjalanan yang menyenangkan dan menghibur. Aspek nasionalisme menjadi titik tekan dalam kegiatan lomba yang diadakan tiap tahun oleh Gerakan Pramuka Kwartir Daerah jawa Timur.
Kegiatan tersebut cukup menarik dan mendapatkan apresiasi tersendiri untuk saat ini. Betapa tidak. Sementara aspek nasionalisme bangsa mulai kendur, terombang-ambing, dan mulai tidak dipedulikan, ternyata masih ada yan mengangkatnya menjadi kemasan kegiatan yang menarik. Peserta sangat senang dan baru mendapatkan pengalaman menarik bagi dirinya.
Pada kegiatan pertama, tahun 2007 di Surabaya, peserta sangat takjub dengan jejak kepedulian pahlawan terhadap bangsanya. Peserta menjelajah dari depan gedung Grahadi untuk menusuri rute Hotel Oranje (sekarang Hotel Majapahit), makam dr. Sutomo, tugu Pahlawan, Jembatan Merah, Sunan Ampel, dan berakhir di Morokrembangan tempat AAL dan pusat militer Belanda. Peserta sangat mengapresiasi jejak itu melalui karya tulis yang dbuatnya. Kemudian, kegiatan jelajah situs sejarah bangsa yang kedua dilaksanakan tahun 2008 di Situs Majapahit, Trowulan, Mojokerto. Peserta, sebanyak 400 orang, terkaget-kaget tentang keperkasaan Majapahit melalui jejak candi, kolam, dan prasasti yang diamatinya dengan teliti.
Kali ini, untuk ketiga kalinya, jelajah dilaksanakan di Blitar pada 8 s.d. 10 Mei 2009 sejalan dengan bulan Pendidikan. 400 peserta akan diajak untuk jelajah melintasi situs Candi Penataran, Candi Gambar, Makam Bung Karno, museum PETA, dan di Yoniv 511 Blitar. Mereka akan beradu kecerdasan dalam mengamati, mengidentifikasi, menuliskan, mendebatkan, dan melaporkan.
Kegiatan jelajah seperti tersebut tentunya menjadi harapan yang mampu membingkai nasionalisme para kaum muda sejak dini. Akar kerusakan nasionalisme bangsa salah satunya ditentukan oleh pendidikan nasionalisme yang kurang berkesan di mata kaum muda. nasionalisme harus ditanamkan tidak melalui ceramah tetapi melalui kegiatan nyata, praktik, dan pengalaman yang langsung dapat terekam dalam memori kaum muda. Kegiatan semacam itu perlu didesain dengan matang dan menjadi sebuah gerakan cinta Indonesia.
1 komentar:
Kegiatan-kegiatan Pramuka memang keren pak. Saya dulu waktu SMA juga pernah ikut Pramuka. Waktu itu saya jadi ketua dewan ambalan (Gudep 905-906). Selama mengikuti pramuka itu banyak pengalaman yang saya dapat mulai dari mendaki gunung, panjat tebing air terjun, susur sungai, sampai menyelam. Bahkan waktu itu juga sempat naik kapal perang Perancis yang sedang berlabuh di Surabaya. Tidak itu saja, sejak mengikuti Pramuka saya jadi lebih muda beradaptasi, percaya diri, berkomunikasi di hadapan publik, berinisiatif, dan bekerjasama dalam tim. Pokoknya Pramuka is the best dalam membekali calon-calon pemimpin bangsa. Jadi calon presiden Indonesia nantinya harus pernah aktif dalam kegiatan Pramuka. Hey2 sepakat nggak pak? Trims.
Posting Komentar