Senin, 20 April 2009

Membedah Nilai Edukasi Film Slumdog To Be Millionaire

Film Slumdog Millionaire mengisahkan hidup anak yatim piatu yang berhadapan dengan kemiskinan, pengkhianatan, penyiksaan polisi, dan kuis ‘Who Wants to Be a Millionaire’ versi India. Semua dilakoninya demi bertemu kembali dengan cinta masa kecilnya. Bintang-bintang film ini bukan artis terkenal, seperti Rubina Ali, Dev Patel. dan Freida Pinto, hingga anak-anak yang dipungut Danny Boyle, sang sutradara, dari kawasan kumuh Mumbai, India.

Film ini dimulai dengan inspektur polisi (Irrfan Khan) di Mumbai, India, menginterogasi dan menyiksa Jamal Malik (Dev Patel), bekas anak jalanan dari kawasan kumuh Dharavi. Jamal adalah kontestan Who Wants to Be a Millionaire? versi India (Kaun Banega Crorepati) yang dibawakan oleh Prem Kumar (Anil Kapoor). Jamal berhasil mencapai pertanyaan terakhir, dijadwalkan diadakan besok, tetapi polisi menuduhnya curang. Pada saat diinterogasi, jamal menjelaskan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan padanya mempunyai hubungan dengan apa yang pernah dialaminya selama ini. Dan inspektur polisi menerima penjelasan dari jamal dengan sebutan "keanehan yang masuk akal".

Jamal adalah sosok tokoh film itu yang digambarkan sejak kecil hidup di kampung kumuh kelas paling gembel perkotaan Mumbai India. Akibat hidup di kampung kumuh, segala penderitaan fisik dan nonfisik sangat sering dialami. Anak kecil itu, sehari-hari selalu berlari lantaran dikejar-kejar polisi pamong praja, dipukuli oleh orang sekitarnya, bergulat dengan lalat, dan hidup dalam kekasaran, kekumuhan, kejijikan, dan kemelaratan. Pergulatan itu menjadi memori kuat yang mengisi pengalaman alam bawah sadar Jamal.

Berkat pergulatan sengsara itu, banyak pengalaman yang selalu diingat ketika Jamal menjelang dewasa. Ingatan itu membantu Jamal dapat sukses menjawab kuis Who Wants to Be a Millionaire dan menang dengan imbalan uang jutaan rupiah.

Kesuksesan Jamal yang berangkat dari dunia pengalaman yang kaya, yang dialaminya secara intensif dan menyatu memberikat penguatan terhadap kekuatan otaknya. Gambaran itu memberikan nilai edukasi tersendiri bahwa (1) pengalaman kuat seorang anak akan memberikan dukungan kepada kekuatan kecerdasan dan mental anak itu, (2) pembelajaran yang dilakukan melalui pengalaman langsung memberikan hasil yang luar biasa dibandingkan dengan pengalaman statis di kelas yang hanya dari itu ke itu, (3) kecerdasan dan kekuatan mental anak tidak hanya dibangun dari pengalaman keluarga mapan saja tetapi dapat pula terjadi dari pengalaman keluarga miskin, (4) pengalaman alamiah yang disentuh secara alamiah pula oleh anak untuk anak lebih memberikan kekuatan memori anak kelak, dan (5) pengalaman anak, seberapun baik dan jeleknya, akan selalu dibawa oleh anak itu sampai dewasa.

Anak-anak miskin asal Mumbai, India, yang menjadi bintang dalam film fenomenal Slumdog Millionaire sangat mampu membawakan peran yang memang mereka alami secara nyata. Bintang film itu bintang alami yang juga berangkat dari konteksnya, persis seperti film Laskar Pelangi, yang juga dibintangi oleh anak-anak setempat. Film yang menang beberapa piala oscar itu memberikan kontribusi kepada bintang anak-anak kumuh untuk menghadiri acara film paling glamor sedunia, Academy Award ke-81 di Kodak Theathre, Amerika Serikat. Acara ini digelar Minggu (22/2) malam waktu setempat atau Senin pagi WIB. Juru bicara Fox Searchlight Pictures, James Finn, memastikan, seluruh aktor cilik asal India yang berjumlah sembilan orang itu akan merasakan untuk pertama kalinya naik pesawat terbang. Bahkan, keberangkatan ini merupakan pertama kalinya bagi mereka ke luar dari permukiman mereka yang kumuh. Seluruh biaya ditanggung Fox. Mereka akan diperlakukan layaknya seorang selebritis dunia dan menginap di hotel berbintang lima. Hal ini merupakan bentuk penghargaan perusahaan film tersebut atas kontribusi anak-anak itu sehingga film itu memperoleh 10 nominasi Oscar, termasuk sebagai film terbaik.

Apabila pendidikan di Indonesia dikemas dengan konsepsi pengalaman alamiah anak-anak dalam setiap sentuhan pembelajaran, niscaya hasil yang diperoleh akan lebih mendalam, melekat, dan memberikan rangsangan potensial dalam kecerdasan anak. Pengalaman itu bersifat langsung, alamiah, dan menyenangkan. Bukan pengalaman yang hanya duduk diam di kelas dengan suara tunggal guru yang berceramah sampai titik darah penghabisan.

Tidak ada komentar: