Senin, 09 Juni 2014

Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman di Kepramukaan

Oleh Suyatno

Kepramukaan sangat jelas menggunakan metode pembelajaran berbasis pengalaman. Menurut WOSM dan Gerakan Pramuka Indonesia, metode kepramukaan dirinci menjadi alam bebas, belajar sambil melakukan, kiasan dasar, berkelompok, progresif (menarik dan menantang), sistem tanda penghargaan, berdasarkan kode kehormatan, keterlibatan orang dewasa, dan satuan terpisah. Dari rincian tersebut, terlihat bahwa pengalaman menjadi tumpuan pelaksanaannya. 
 
Teori John Dewey, dalam pembelajaran berbasis pengalaman menyatakan bahwa belajar merupakan proses merekonstruksi pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Pembelajar akan mengaitkan pengalaman  dengan berpikir. Seseorang akan belajar jauh lebih baik lewat keterlibatannya secara aktif dalam proses belajar. Baden Powell menyebutkan bahwa kepramukaan bukanlah ilmu yang harus diajarkan dalam ruang yang kosong melainkan melalui pengalaman bersama antara anak dengan orang dewasa dalam suasana menyehatkan, menyenangkan, menghasilkan karya, dan menolong orang lain. Antara teori John Dewey dan Baden Powell mempunyai garis yang sama dalam membelajarkan sesuatu melalui pengalaman. Anak akan tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman belajar secara nyata.
 
Pembelajaran berbasis pengalaman menawarkan proses belajar berdasarkan epistemologi empiris. Kebutuhan lingkungan belajar diharuskan untuk mengembangkan dan membangun pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman tersebut  menjadi modal melakukan refleksi dan observasi, mengkonseptualisasi dan menganalisis pengetahuan dalam pikiran anak.

Pembelajaran berbasis pengalaman merupakan kombinasi memperoleh pengalaman dengan mentransformasi pengalaman. Pengalaman terjadi akibat proses langsung dan tidak langsung. Proses langsung terjadi melalui indera manusia. Proses tidak langsung terjadi melalui bentuk simbol (konsep, gambar, dan seterusnya). Pengalaman tersebut selanjutnya menjadi bekal untuk mentransformasikan pengalaman ke dalam pemikiran melalui refleksi, observasi, kiasan, asosiasi, abstraksi, cerita, dan sebagainya. 
 
Meskipun menggunakan praktik nyata, pembelajaran berbasis pengalaman berbeda dengan pembelajaran berbasis struktural. Ciri belajar terstruktur adalah pemahaman konsep, praktik, dan penyimpulan. Sedangkan belajar berbasis pengalaman dicirikan oleh praktik nyata, refleksi, simbolisasi, dan penerapan untuk bentuk lain. Jadi, jika pembelajaran diawali oleh pencerahan awal bagi anak melalui ceramah singkat kemudian praktik, bukanlah belajar berbasis pengalaman. 
 
Ada seorang pelatih kepramukaan dalam sebuah KMD (kursus menjadi pembina pramuka tingkat dasar) di Cibubur memprotes kawan sesama pelatih kepada saya. Sebut saja, dia itu Kak Js. Kak Js menyampaikan kalau kawannya memberikan gambar menara bambu tiga kaki lalu meminta peserta membuat seperti gambar dengan alat yang telah tersedia tanpa menjelaskan terlebih dahulu pengertian menara. Menurut Kak Js, yang benar itu dijelaskan terlebih dahulu cara membuat menara kemudian dipraktikkan.  Saya menjelaskan dengan sederhana. Saya mengatakan bahwa kedua cara itu membelajarkan, yakni cara kawan Kak Js dengan cara Kak Js sendiri. Cara yang dilakukan kawan Js itu benar menurut pembelajaran berbasis pengalaman. Peserta tidak diberikan norma terlebih dahulu agar tidak terikat dengan norma tersebut. Inovasi dan kreativitas akan muncul dari kemampuan dalam trial and eror (uji coba). Selanjutnya, peserta akan dengan cepat belajar karena kesalahan yang diperbuat. Mereka akan menjadi rkeatif tanpa terikat dengan norma. Norma yang diterapkan adalah norma dari pikiran dan masa lalu mereka. Itulah pembelajaran berbasis pengalaman. 
Kemudian, saran Kak Js juga benar tetapi menurut pembelajaran struktural. Pembelajaran itu biasanya ditandai oleh pengarahan (ceramah, penjelasan, atau istilah lain), praktik, dan penyimpulan. Itu juga langkah benar tetapi bukan langkah menurut pembelajaran berbasis pengalaman. Bagus mana? Menurut saya, pembelajaran kepramukaan lebih berbasis pengalaman karena dituntut oleh metode kepramukaan yang menyatakan belajar sambil melakukan. Perkembangan peserta akan lebih cepat meningkat jika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis pengalaman.
 
KMD untuk guru SMP se-Indonesia 2014 yang diselenggarakan oleh direktorat PSMP Kemendikbud di Cibubur selama dua gelombang membuktikan bahwa pola pembelajaran berbasis pengalaman sangat memberikan percepatan belajar. Peserta merasakan tidak pernah belajar namun sebenarnya belajar dengan intensif. Hal itu dibuktikan dengan skor pretes dengan rata-rata 45 meningkat menjadi rata-rata 75 saat postes. Peserta merasakan banyak pengalaman yang diperoleh dan membekas dalam pikiran dan hatinya. Mereka mampu melaksanakan kegiatan pionering, orientering, dan mountenering tanpa harus membaca buku-buku tentang itu. Sosialisasi sesama kawan cepat terjadi karena mereka berkemah. Keterampilan berkemah dijalani secara nyata sehingga menguatkan pemahamannya tentang berkemah. 
 
KMD dirancang dengan siklus Concrete Experience (CE),, Refective Observation (RO), Abstract Conceptualization (AC), dan  Active Experimentation (AE). Pada CE, peserta melakukan tindakan nyata yang dipandu oleh jadwal dan pelatih. Mereka melakukan pengalaman konkret bersama kelompoknya di alam (bumi perkemahan Cibubur) sambil berkemah. Mereka menghasilkan karya sebagai wujud keberhasilan belajar berupa berdirinya tenda, tempat sepatu, tempat memasak, gapura, menara, jembatan bambu, ikatan tongkat, gerakan berbaris, pengiriman pesan sandi, dan sebagainya. Atas hasil itu peserta mendapatkan penghargaan setiap malam secara berkelompok. Kemudian, kiasan dasar diberikan (konseptualisasi abstrak) setiap malam melalui kegiatan reflektif atas pengalaman yang telah mereka lakukan. Keesokan harinya, peserta melakukan AE untuk menguatkan dasar belajar mereka.

Metode kepramukaan memang harus didudukkan sebagai metode berbasis pengalaman. Dalam setiap pelatihan, pola pengalaman harus diterapkan sampai mendapatkan hasil yang maksimal. Itulah tantangan bagi pengelola Gerakan pramuka Indonesia.

Tidak ada komentar: