Ada dua hal yang perlu direnungkan dalam kepemimpinan, yakni
kepemimpinan panjat pinang atau panjat tebing. Kedua-duanya sama-sama ke
puncak dan mendapatkan hasil menjadi pemenang di ujung tertinggi.
Namun, tipikal keduanya sangat berbeda jauh.
Kepemimpinan panjat pinang dicirikan oleh kerja keras dengan cara
menginjak teman di bawahnya untuk dapat meraih hadiah di ujung tiang.
Dia tidak peduli di bawahnya menahan sakit atau tidak yang penting dapat
menginjak bahu untuk berada di posisi yang lebih tinggi. Penonton hanya
tahu yang paling atas. penonton tidak pernah mengerti betapa susahnya
yang di bawah.
Kepemimpinan panjat tebing ditandai oleh usaha sendiri atas inisiatif
menaklukkan tebing dengan alat dan potensi energi. Kawan lain akan
membantu agar tidak terjadi kecelakaan yang menumbangkan langkahnya.
Tapak demi tapak dilalui untuk menaikkan derajat ketinggiannya. Dia
tidak akan pernah lelah sebelum berada di puncak. Kawan lainnya selalu
diperhatikan karena kebersamaan yang dipentingkannya.
Panjat pinang lebih banyak menebar kesedihan bagi lainnya. Sedangkan,
panjat tebing lebih memperhatikan keselamatan diri dan timnya. Keduanya
berbentuk usaha menguatkan energi agar sampai pada puncaknya. Segala
upaya dilakukan dengan cara yang khas antara pinang dan tebing.
Kepemimpinan sejati merupakan kepemimpinan yang mampu membahagiakan yang
dipimpinnya. Itu berarti pola panjat tebing menjadi teramat penting.
Seorang pemimpin tidak perlu mencederai orang lain hanya untuk
keberhasilannya. Dia akan membantu orang lain dengan cara yang khas agar
dapat ke puncak tebing bersama-sama.
Dalam konteks pilpres, kepemimpinan panjat tebing perlu ditekankan
daripada kepemimpinan panjat pinang. Untuk itu, perlilaku menghujat
lawan, menghitamkan orang lain, mencederai rasa kedamaian, dan membatasi
persaudaraan harus dijauhi. Jangan sampai pilpres menunjukkan
pembelajaran permusuhan.
Kita tentunya tidak menginginkan Pilpres ini memberikan pelajaran bagi
generasi muda sesuatu yang buruk. Pembelajaran yang buruk itu adalah jika
ingin menjadi pemimpin lakukan kampanye hitam. Jika ingin memimpin
hujat saja lawanmu. Presiden hebat itu adalah orang yang mampu
mempecundangi lawan dengan agitasi kesombongan. Pembelajaran buruk itu harus sama-sama dihindari dengan pemikiran yang negarawan.
Semua orang, termasuk calon presiden, mempunyai rasa damai dalam
dirinya. Bahkan, keinginan dasarnya adalah membahagiakan rakyatnya.
Untuk itu, kesantunan berbahasa, kejernihan berpikir, dan kenegarawanan
yang hebat perlu diimplementasikan secara nyata. Kepemimpinan panjat
tebing perlu dikembangkan lebih jauh. Indonesia adalah negara bangsa
yang multietnis. Di situlah kesantunan menjadi jatidirinya.
1 komentar:
Salam kenal :)
Posting Komentar