Memang, predikat berprestasi akan menguatkan percaya diri bagi seseorang yang meraih predikat itu. Namun, percaya diri tersebut bukan untuk memperkukuh gengsi sehingga berlabelkan kesombongan dan kearoganan diri. Percaya diri akibat prdikat berprestasi justru lebih memperkuat sikap rendah hati, empati, dan berkarya lebih lanjut demi perkembangan masyarakat.
Salah satu peserta seleksi guru berprestasi dan berdedikasi tingkat Jawa Timur yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 9--11 Juni di Hotel Purnama, Kota Batu, mengatakan bahwa dirinya bukan untuk meraih gengsi tetapi untuk menguatkan diri dalam menyebarluaskan pengalaman ke masyarakat sekolah dan secara umum. Pernyataan itu sangat menyentuh kalbu. Pernyataan itulah yang diinginkan oleh khalayak agar terjadi perubahan pendidikan ke arah kualitas.
Secara serentak, seleksi dilaksanakan dengan sistem portofolio, tes, wawancara, dan presentase dengan juri berbeda-beda sehingga validitas dan akuntabilitas dapat dipercaya. Guru, pengawas, kepala sekolah dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan SMK mengikuti seleksi sesuai dengan jenjangnya. Kemudian, pemenang I berdasarkan hasil seleksi akan mewakili Jawa Timur ke tingkat nasional. Wakil itu adalah sosok yang telah teruji dalam aspek pengalaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Peserta seleksi yang ikut di tingkat provinsi adalah pemenang di tingkat kabupaten/kota. Mereka berpredikat berprestasi di wilayahnya dengan seleksi tersendiri yang diadakan oleh dinas pendidikan setempat. Hasil seleksi itu dibawa ke tingkat provinsi untuk diadu lagi sehingga diperoleh prestasi yang mampu bersaing di tingkat nasional.
Gengsi bukanlah cara yang tepat untuk membawakan diri di tengah masyarakat karena akan menghambat pola komunikasi antara biasa dan berpredikat. Memang seseorang memerlukan gensi bagi dirinya untuk menempatkan diri. Tetapi, gengsi itu bukan untuk dipertunjukkan ke orang lain. Gengsi yang ditunjukkan ke orang lain hanyalah sebuah wujud kesombongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar