Banyak karya-karya inovatif diciptakan para pelajar dan kemudian mereka
meraih penghargaan di tingkat internasional. Ada siswa yang meneliti
tentang manfaat kulit kacang, membuat alat pemisah sampah yang terdapat di sungai, menciptakan bra penampung ASI, dan sebagainya. Para guru dinilai punya andil besar dalam mengembangkan daya kreativitas siswa melalui proses pembelajaran.
Praktisi
pendidikan Arief Rachman menilai, kreativitas dikembangkan dari proses
pembelajaran yang tepat. "Kreativitas bukan dari materi-materi
kurikulum, tapi bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran di dalam
kelas agar anak senang bertanya, suka meneliti, dan senang menciptakan,"
kata Arief saat ditemui Tempo, Kamis, 4 Juli 2013, di ruang kerjanya di Gedung C Depdiknas, Jakarta.
Menurut
Arief, kurikulum di sekolah formal hanya memenuhi empat hal. Pertama,
mempersiapkan siswa masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua,
mempersiapkan siswa agar mempuyai gagasan-gagasan sesuai minat mereka.
"Dengan kata lain, kurikulum harus relevan dengan minat mereka di masa
yang akan datang," kata dia.
Ketiga, kurikulum harus menjamin
tuntutan-tuntutan masa depan di masa kerja atau di kehidupan. Serta
keempat, kurikulum harus mendekatkan mereka pada Tuhan. "Kalau dilihat
dari empat ini, itu bisa menampung anak-anak yang kreatif," kata dia.
Namun,
seumpama kurikulum formal yang dirancang sekolah tidak mendukung minat
siswa, kata Arief, sekolah tentu bisa mengakomodasi melalui kegiatan
ekstrakulikuler. "Tentu bukan tugas dari kurikulum formal. Kurikulum
formal hanya membantu siswa berpikir kreatif, inovatif, imajinatif,
analitik, dan sintetis."
Siswa-siswa kreatif yang meraih
penghargaan di ajang-ajang internasional, memang umumnya berasal dari
sekolah-sekolah yang menekankan pentingnya kegiatan penelitian.
Contohnya adalah SMA Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan. Tak heran jika
Nisrina Nuramalia Fathina, siswi kelas XII sekolah itu, memenangi medali
perak untuk penelitiannya tentang kulit kacang di ajang olimpiade
internasional di New York, Amerika. "Sekolah ini memang sangat mendorong
siswanya untuk melakukan science project," kata Nisrina pada Tempo, Jumat, 5 Juli 2013, di sekolahnya.
Demikian
juga yang terjadi pada SMAN 6 Kota Yogyakarta. Dua karya para pelajar
sekolah itu meraih penghargaan di Internasional Exhibition for Youth
Inventor (IEYI) 2013 di Malaysia. Kedua karya itu adalah bra penampung
ASI, dan Turbin Undershoot Penyaring Sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar