Rabu, 10 Juli 2013

Guru Agen Kreativitas Siswa Berprestasi

Banyak karya-karya inovatif diciptakan para pelajar dan kemudian mereka meraih penghargaan di tingkat internasional. Ada siswa yang meneliti tentang manfaat kulit kacang, membuat alat pemisah sampah yang terdapat di sungai, menciptakan bra penampung ASI, dan sebagainya. Para guru dinilai punya andil besar dalam mengembangkan daya kreativitas siswa melalui proses pembelajaran.

Praktisi pendidikan Arief Rachman menilai, kreativitas dikembangkan dari proses pembelajaran yang tepat. "Kreativitas bukan dari materi-materi kurikulum, tapi bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran di dalam kelas agar anak senang bertanya, suka meneliti, dan senang menciptakan," kata Arief saat ditemui Tempo, Kamis, 4 Juli 2013, di ruang kerjanya di Gedung C Depdiknas, Jakarta.

Menurut Arief, kurikulum di sekolah formal hanya memenuhi empat hal. Pertama, mempersiapkan siswa masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua, mempersiapkan siswa agar mempuyai gagasan-gagasan sesuai minat mereka. "Dengan kata lain, kurikulum harus relevan dengan minat mereka di masa yang akan datang," kata dia.

Ketiga, kurikulum harus menjamin tuntutan-tuntutan masa depan di masa kerja atau di kehidupan. Serta keempat, kurikulum harus mendekatkan mereka pada Tuhan. "Kalau dilihat dari empat ini, itu bisa menampung anak-anak yang kreatif," kata dia.

Namun, seumpama kurikulum formal yang dirancang sekolah tidak mendukung minat siswa, kata Arief, sekolah tentu bisa mengakomodasi melalui kegiatan ekstrakulikuler. "Tentu bukan tugas dari kurikulum formal. Kurikulum formal hanya membantu siswa berpikir kreatif, inovatif, imajinatif, analitik, dan sintetis."

Siswa-siswa kreatif yang meraih penghargaan di ajang-ajang internasional, memang umumnya berasal dari sekolah-sekolah yang menekankan pentingnya kegiatan penelitian. Contohnya adalah SMA Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan. Tak heran jika Nisrina Nuramalia Fathina, siswi kelas XII sekolah itu, memenangi medali perak untuk penelitiannya tentang kulit kacang di ajang olimpiade internasional di New York, Amerika. "Sekolah ini memang sangat mendorong siswanya untuk melakukan science project," kata Nisrina pada Tempo, Jumat, 5 Juli 2013, di sekolahnya.

Demikian juga yang terjadi pada SMAN 6 Kota Yogyakarta. Dua karya para pelajar sekolah itu meraih penghargaan di Internasional Exhibition for Youth Inventor (IEYI) 2013 di Malaysia. Kedua karya itu adalah bra penampung ASI, dan Turbin Undershoot Penyaring Sampah.

Tidak ada komentar: